Do’a Ibuku Menembus Tujuh Lapis Langit.
Kabarnusa24.com, Salah satu perbuatan yang wajib kita lakukan adalah berbakti kepada orang tua. Allah SWT berfirman :
قَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
Artinya, “Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia, janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut di sisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya!” (QS. Al-Isra: 23)
Begitu mulia dan tinggi kedudukan orang tua. Hingga Allah sandingkan perintah menyembah-Nya dengan kewajiban berbakti kepada mereka. Allah larang kita untuk berkata ‘ah’ pada mereka, apalagi membentak bahkan berlaku kasar dan kurang ajar.
Seorang salafus shaleh menangis ketika ibunya meninggal dunia. Ketika ditanya, “Mengapa engkau menangis?” Mereka menjawab, “Aku memiliki dua buah pintu yang terbuka untuk menuju surga, dan sekarang salah satu pintu tersebut sudah tertutup.”
“Sungguh sangat celaka.. ! Sungguh sangat celaka.. !! Sungguh sangat celaka.. !!!”
Para sahabat bertanya, “Siapa, Wahai Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab, “Sungguh celaka orang yang masih menjumpai kedua orang tuanya atau salah satunya, namun tidak bisa masuk surga.”
Namun, miris kita lihat di zaman ini. Berapa banyak anak yang ketika pergi tanpa izin atau pamit pada orang tuanya. Padahal, orang tuanya dalam keadaan gelisah memikirkannya. Berapa banyak anak yang berani berkata kasar dan berbohong kepada orang tuanya. Padahal, sakit hati terasa walau tertutup dengan senyum di wajah.
Ingatlah! “Kesuksesan seorang anak, karena sebab jerih payah dan do’a ibunya.”
Dikisahkan, pada suatu hari, Nabi Musa as bertanya kepada Allah, “Ya Rabb, siapakah sahabatku kelak di surga?”
Maka Allah menjawab, “Wahai Musa, laki-laki yang akan lewat di jalan ini adalah sahabatmu nanti di surga.”
Maka lewatlah seorang pemuda di jalan tersebut. Nabi Musa pun berjalan mengikutinya dari belakang. Rasa penasaran begitu besar, apa amalan pemuda ini hingga Allah beri kemuliaan, bisa menjadi sahabat para nabi di surga?
Sampailah pemuda tersebut ke dalam rumahnya. Ia duduk di hadapan seorang wanita tua. Ia keluarkan potongan daging dari tasnya, yang kemudian dimasak lalu dihidangkan kepada wanita tersebut. Ia suapkan makanan dan minuman dengan penuh kelembutan. Setelah selesai mengurusi semuanya, barulah pemuda ini keluar menemui tamunya.
Nabi Musa bertanya, “Siapa wanita tua itu?”
“Itu Ibuku,” jawabnya.
Pemuda ini tidak tahu kalau tamunya adalah seorang Nabi.
Nabi Musa bertanya lagi, “Apa do’a-do’anya untukmu?”
“Ia hanya mendo’akan aku dengan satu do’a saja. Tidak pernah berdo’a dengan do’a selainnya. Ia berdoa,
‘Ya Allah, tempatkanlah anakku bersama dengan Nabi Musa di surga kelak.’”
“Sungguh, doa ibumu telah diijabah oleh Allah. Dan ketahuilah, Aku adalah Musa bin Imron.”
Dahsyatnya do’a dari seorang ibu. Oleh karena itu, jangan biarkan perbuatan buruk kita membuat kesal hatinya, hingga terlontar do’a buruk dari lisannya. Na’udzubillah.
yt-wa