Kendari//Kabarnusa24.com
Menyambut Pesta Demokrasi Dengan Bijak.Rabu 21 Juni 2023.
Ujar Eman Eks Ketua Umum Hippmapal saat di wawancarai oleh salah satu pihak media Kabarnusa24.com terkait bagai mana menghadapi Pesta Demokrasi dengan bijak Pesta demokrasi terbesar di Indonesia, Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak, yang akan menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin masa depan untuk kabupaten Konawe kepulauan di masa yang akan datang.
Namun, Melihat pesta demokrasi tersebut sudah mulai bisa dirasakan di berbagai penjuru wilayah kabupaten Konawe kepulauan.
Wajah-wajah para bakal calon pemimpin KONKEP yang akan berkontestasi pada Pemilu Serentak 2024 sudah mulai menghiasi sejumlah sudut kota maupun kabupaten.
Begitu pula suara-suara dukungan kepada masing-masing bakal calon pemimpin yang akan berkontestasi.
Masyarakat mulai membicarakan sejumlah bakal calon pemimpin Konawe kepulauan (Bupati) yang secara resmi sudah diusung partai politik untuk maju dalam Pemilu 2024.
Setidaknya saat ini sudah banyak calon-calon yang memperlihatkan diri nya sebagai calon pemimpin (Bupati Konkep).
Masing-masing partai politik di berbagai daerah sudah mulai bergerak mempersiapkan pigur mereka untuk tampil bakal calon sebagai mana untuk merai sebuah jabatan.
Terlebih, banyak nama yang kini kian muncul untuk menjadi bakal calon pemimpin/Bupati.
Peluang untuk bertambahnya bakal calon bupati pada Pemilu Serentak 2024 sesuai putusan MA bahwa pemilik akan di adakan secara terbuka agar setiap pigur bisa berkompetisi.
Terlepas dari Calon-calon pemimpin konkep yakni Bupati, tentunya masyarakat juga masih ingat betul pelaksanaan Pemilu 2019 yang diwarnai dengan politik identitas, dan memecah masyarakat Konawe kepulauan saat itu. Lanjut Eman.
Bahkan, muncul dua julukan bagi para pendukung masing–masing calon. Istilah Cebong dan Kampret mewarnai pelaksanaan Pemilu 2019.
Perseteruan antara Cebong dan Kampret, bukan lagi sebatas program kerja yang diusung masing-masing calon bupati
Namun, perseteruan tersebut bahkan menyerang individu secara pribadi. Bukan dari individu para calon bupati saat itu, melainkan muncul ujaran-ujaran yang menyakitkan antar kelompok pendukung.
Pengalaman tersebut sungguh berharga. Tidak jarang, dalam satu keluarga ataupun dalam lingkup kecil sosial ada perbedaan.
Namun, yang menjadi masalah saat itu adalah perbedaan tersebut benar-benar menjadi dasar perdebatan tanpa ujung.
Masyarakat memang memiliki hak yang mutlak untuk menentukan siapa yang layak untuk menjadi pemimpin di kabupaten Konawe kepulauan. Akan tetapi, dalam suatu proses demokrasi, sangat wajar ada calon yang tidak terpilih. Bagi pendukungnya, itu harus disikapi secara bijak.
Menjelang Pemilu Serentak 2024, pengalaman berharga pada 2019 tersebut jangan hanya menjadi pengalaman tanpa makna. Pengalaman yang hanya diingat, namun kembali terulang tahun depan.
Masyarakat konkep yang memiliki hak pilih pada Pemilu Serentak 2024, harus bijak menghadapi dinamika pesta demokrasi terbesar di Konkep itu. Menanggapi dengan kepala dingin saat menerima informasi hoaks terkait calon yang diunggulkan.
Setidaknya, jika memang harus melakukan perdebatan terkait para calon bupati diunggulkan, perdebatan itu harus dewasa dan membangun, yang berarti materi bukan menyerang atau menjelek-jelekkan individu.
Namun, perdebatan saling adu program yang digagas para calon bupati dan harus dengan lapang dada. Masing-masing, harus mengakui bahwa ada kekurangan dan kelebihan dari calon bupati.
Masyarakat konkep seharusnya sudah lebih dewasa dalam menghadapi Pemilu ke depan.
Oleh karena itu, pada pelaksanaan Pemilu Serentak 2024, diharapkan tidak ada lagi politik identitas yang menimbulkan perpecahan, namun muncul pesta demokrasi sehat untuk kemajuan Konkep. Tutup ujar Eman.