Tutup
DaerahPendidikan

PPDB telah berakhir

7
×

PPDB telah berakhir

Sebarkan artikel ini
PPDB telah berakhir

Bondowoso – kabarnusa24.com.

PPDB telah berakhir, tapi suasana dan semangat meraih simpati masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah tertentu masih belum hilang, dan masih hangat untuk dibicarakan.

 

Begitupula dengan SMPN 3 Bondowoso, yang tahun inipun harus dengan berat hati melakukan seleksi dan melepaskan calon siswa-siswinya yang ingin bersekolah di SMPN 3 Bondowoso.

 

“Sebenarnya kasihan mas, melihat orang tua yang telah mengantarkan anaknya untuk bersekolah di SMPN 3 Bondowoso tapi harus mencabut berkas pendaftarannya karena tidak diterima, hal ini karena keterbatasan ruang kelas, semoga tahun depan SMPN 3 Bondowoso mendapatkan ruang kelas baru, karena memang sangat dibutuhkan, dan kelas-kelas yang lainpun seharusnya sudah di rehab, memang sih sudah di rehab tapi rehab kecil, sebab di juknis BOS tidak diperkenankan untuk melakukan rehab berat”, ucap salah satu guru SMPN 3 Bondowoso yang meminta namanya dirahasiakan.

 

Di tempat lain, Elok Riskiyah, KS SMPN 3 Bondowoso, saat saya ditemui, dengan santai beliau menyampaikan bahwa, ” masyarakat antusias menyekolahkan anaknya di SMPN 3 Bondowoso, salah satunya karena peran media social, kami memang mempromosikan SMPN 3 Bondowoso ini secara masif, baik dengan FB, IG, Unggah status, atau disebarkan ke grup-grup WA yang dimiliki oleh para guru dan TU SMPN 3 Bondowoso, terutama grup WA wali murid dan siswa, ” paparnya

 

Setiap event yang diselenggarakan oleh SMPN 3 Bondowoso, entah itu kegiatan, prestasi dan sebagainya selalu di share di berbagai grup oleh guru dan TU, dan itu atas arahan Elok selaku KS SMPN 3 Bondowoso,

 

“siapa yang akan mempromosikan sekolah mas, kalau bukan guru dan TU nya sendiri” kata Elok,

 

Guru dan TU SMPN 3 Bondowoso ini sangat cinta kepada sekolahnya, sekolah ini bagi mereka adalah rumah kedua, guru dan TU betah berlama-lama di sekolah karena suasana sekolah yang menyenangkan, suasana kekeluargaan, dan kolaborasi, sampai saya harus mengingatkan mereka untuk pulang, kasihan keluarganya kalau sering ditinggal sampai sore bahkan malam, dan juga factor kesehatan kalau terlalu berlebihan dalam bekerja, sambungnya.

 

Sistem among pun bukan hanya diterapkan kepada siswa, tapi juga kepada guru yang masa kerjanya lebih lama kepada guru yang memiliki masa kerja yang lebih sedikit, guru dan TU kami disini saling membutuhkan, karena masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, bukan untuk saling membanggakan diri bagi guru yang memiliki masa kerja yang lama, sehingga melakukan pembulian terhadap guru yang memiliki masa kerja yang masih sedikit, atau guru yang yunior dengan kepandaian IT nya kemudian melakukan praktik-praktik tidak elegant kepada guru yang dianggap “jadul” karena kurang familiar terhadap IT, tetapi di SMPN 3 Bondowoso ini tidak demikian, guru yang memiliki banyak pengalaman memberikan contoh yang baik dan pengayoman terhadap yang lebih muda, sedangkan guru yang memiliki keahlian dibidang IT membagi ilmunya kepada guru yang masih perlu penguatan dalam bidang IT, Inilah SMPN 3 Bondowoso mas, yang memiliki dua motto yaitu Persatuan adalah kekuatan dan Kreativitas tanpa Batas, dan inilah kekuatan SMPN 3 Bondowoso, kata elok.

 

prestasi dan karakter baik yang telah terbangun itu karena Persatuan yang terus dipelihara dan dipertahankan sehingga kreativitas dapat terwujud dan melahirkan berbagai inovasi.

 

Jika kembali ke masa lalu sebelum di SMPN 3 Bondowoso, Elok pernah berada di beberapa sekolah, sebagai orang yang berkecimpung di media, saya tertarik untuk menanyakan kepada Elok, tentang pendapatnya tentang sekolah-sekolah tersebut, dan Elok pun bersedia menjawab dengan syarat tidak berkenan menyebutkan nama sekolah tersebut, dan diganti dengan sekolah X dan sekolah Y, dan sayapun menyetujuinya.

 

Dengan menghela nafas dan mata menerawang jauh ke depan Elok menyampaikan ide yang menurut saya sedikit “nyleneh tapi masuk akal ”. SMP X harus jadi pesantren mas, kata Elok,

 

yang membuatku sedikit terperanjat dengan ide tersebut, intinya begini, masyarakat disana itu kan lebih tertarik untuk memondokkan anaknya, karena kebanyakan para orang tua disana kerjanya di Kalimantan, sehingga mereka menitipkan anaknya kepada nenek, kakek, pak de, bu de, pak lek, bu lek, dan bahkan orang lain yang tidak memiliki hubungan apa-apa.

 

Hal ini otomatis membuat orang tua sangat khawatir sehingga para orang tua disana lebih pasrah jika anaknya tinggal di pesantren, orang tua akan lebih tenang di perantauan, jika anak diasuh oleh orang yang tepat yaitu Bapak Kyai dan ibu Nyai.

 

Bagaimana menjadikan SMP X itu pesantren ? sekolah bisa bekerja sama dengan salah satu pesantren di Bondowoso yang setiap tahunnya pesantren tersebut, kedatangan para guru tugas yang akan mengabdi di pesantren kurang lebih 1 tahun, setelah selesai, akan diganti oleh para guru tugas yang lain, begitu seterusnya.

 

Dengan SMP X bekerja sama dengan salah satu pesantren, maka para guru tugas itu akan mengabdikan dirinya di SMP X yang beberapa kelasnya dijadikan pesantren, paginya bersekolah di SMP X tersebut, siangnya sampai malam tetap berada di sekolah tapi pindah ke ruangan lain yang telah di sulap menjadi kamar-kamar, ada tempat tidurnya, ada lemari pakaian dan lemari buku, layaknya sebuah pondok pesantren, sedangkan guru tugas bisa menempati rumah dinas,

 

untuk makan anak-anak bagaimana ? Ya ditanggung mas, sekolah harus pandai-pandai mencari donatur, supaya mudah untuk mendapatkan donatur, KS nya harus memiliki relasi yang banyak dan memiliki jejaring sehingga bisa mencari terobosan, dan tentunya juga mendapatkan dukungan dari stakeholders disana, karena masyarakatnya menginginkan suasana religius seperti di pesantren maka KS yang tepat adalah yang berbackground pesantren mas,

 

apakah harus dari guru PAI ? bisa juga, tapi dengan catatan pernah mondok loh, karena tidak semua guru PAI itu pernah mondok walaupun sebagian besar pernah mengenyam pondok pesantren, dari guru Non PAI juga bisa tapi yang pernah mondok di pesantren sehingga tahu betul bagaimana suasana pesantren, dan bagaimana mengembangkan sekolah yang memiliki pesantren, KS yang belum pernah mondok juga bisa, asalkan mau belajar pergi ke pesantren-pesantren untuk melakukan studi tiru dan memiliki niat yang kuat untuk mencoba ide nyleneh ini, tapi menurut saya cukup masuk akal,

 

Kalau ini berhasil bisa jadi inovasi, dan menjadi alternative solusi untuk SMP X tersebut, Ide ini pernah dilontarkan oleh Elok kepada salah satu pengurus PGRI di tingkat kecamatan, seorang guru SD yang sangat getol mengarahkan siswa-siswinya untuk bersekolah di SMP X tersebut, dan ternyata ide ini didukung, ide ini juga pernah saya lontarkan kepada KSnya dan ternyata disambut baik juga.

 

Untuk SMPN Y bagaiamana ? Adakah ide yang nyleneh juga ? SMP Y itu berada di jalan Raya yang tempatnya cukup strategis, namanya di pinggir jalan, ya pastilah dilewati oleh bermacam-macam orang dengan segala profesi dan kepentingannya, sehingga SMP Y itu harus disulap layaknya tempat wisata, sehingga setiap orang yang lewat akan menoleh ke sekolah tersebut, intinya tampilan sekolah harus menarik, dan kegiatan siswa dipusatkan di pelataran sekolah yang cukup luas, Akses jalan masuknya dibuat seindah mungkin dengan ornamen-ornamen seperti di tempat wisata, ada lampu sorot untuk penerangan malam hari, yang dari jauh dapat mengundang orang untuk melihat minimal melirik ke SMP tersebut, baner-baner kegiatan dan prestasi dipajang di sisi-sisi jalan depan SMP Y, jadi terkesan ramai seperti tempat wisata. Masyarakat disana juga religius, sehingga kegiatan keagamaannya harus maksimal, sepeti sholat dhuha, sholat dzuhur, jumat Religi, santunan anak yatim, PHBI dan kegiatan keagaaman yang lain, ya intinya mushollanya harus hidup dengan berbagai kegiatan, dan dilakukan secara istiqomah atau kontinyu, tapi ini hanya konsep saya, belum tentu juga cocok bahkan berkenan, tapi karena saya ditanya ya saya jawab sesuai dengan apa yang ada dalam pemikiran saya, bukan bermaksud untuk menggurui, atau seolah-olah lebih tahu, tapi ini hanya sekedar pemikiran, yang kebetulan berkelebat di benak saya, kata Elok sambil menyeruput teh manis dan pisang goreng yang ada di depannya,

 

membuat saya juga harus mengakhiri diskusi hangat dengan beliau di sore hari ini, tatkala semua aktivitas sekolah telah mulai berakhir, tapi masih terlihat beberapa guru mendampingi siswa yang sedang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Walaupun sore hari SMPN 3 Bondowoso tetap semarak kegiatannya, sehingga saya bergumam didalam hati, inilah sekolah yang dirindukan oleh masyarakat, sekolah masa depan, sekolah yang akan membawa kesuksesan siswa-siswinya untuk persiapan generasi emas 2045. Kesuksesan besar Indonesia akan dimulai dengan kesuksesan-kesuksesan kecil yang dimulai dari sekarang dan saat ini, dan itu telah dimulai oleh SMPN 3 Bondowoso.

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *