Kisah Cinta Dzul Bijadain Berbalas Cinta 

Kisah Cinta Dzul Bijadain Berbalas Cinta 
Foto ilustrasi Perjalanan Hijrah sahabat Nabi SAW

Kisah Cinta Dzul Bijadain Berbalas Cinta

Kabarnusa24.Com, Besarnya kecintaan para sahabat kepada Nabi Muhammad sudah tidak diragukan lagi. Mereka rela mengorbankan keluarga, harta, bahkan nyawanya untuk sang kekasih.

Salah satunya adalah kisah sahabat yang bernama Abdullah yang terkenal dengan julukan Dzul Bijadain (pemilik dua helai kain).

Ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, beliau termasuk sahabat yang begitu merindukan Nabi. Hingga ia memutuskan untuk hijrah ke Madinah menyusul Nabi Muhammad SAW. Tapi, itu semua tak semudah yang dibayangkan. Kaumnya selalu menghalanginya untuk bertemu Nabi.

Hingga pada suatu hari ketika kaumnya lengah, dia ambil kesempatan pergi secara sembunyi-sembunyi. Ia bawa semua harta yang dimilikinya untuk bekal.

Namun, saat di perjalanan, ia dihadang oleh kaum kafir. Tapi beliau tetap bertekad melanjutkan perjalanannya dan berkata, “Jika kamu ingin ambil harta-hartaku, maka ambillah! Tetapi biarkan aku berhijrah, berjumpa dengan Nabi.”

Hingga akhirnya mereka pun mengambil semua harta yang dibawanya. Termasuk kuda dan baju yang dipakainya. Yang tersisa hanyalah dua kain untuk menutup badan bagian atas dan bawah.

Sungguh luar biasa kecintaan yang membara di hatinya. Sehingga Rasul pun menyambut kedatangannya seraya berkata,

“يا ذالبجادين ” 

Itulah sebab Rasul memberinya julukan Dzul Bijadain.

Cinta Berbalas Cinta
Ketika Dzul Bijadain wafat, Rasulullah meneteskan air matanya yang mulia. Saya Abu Bakar dan Saya Umar yang membawa jenazah Dzul Bijadain. Kemudian Nabi berkata, “Dekatkan (jenazah) saudara kalian kepadaku.”

Lalu mereka memberikan jenazah Dzul Bijadain kepada Nabi.
Rasul bersabda, “Bersikaplah lembut dengan saudaramu! Bersikaplah lembut dengan saudaramu! Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mencintainya.”

Air mata beliau pun terjatuh mengenai kain kafan Abdullah Dzul Bijadain. Beliau lalu meletakkan jenazah itu ke liang kuburnya.

Kemudian beliau menengadahkan kedua tangannya ke langit sambil berdoa, “Ya Allah, aku bersaksi di hadapan-Mu bahwa malam ini aku ridha dengan Dzul Bijadain, maka ridhailah ia.”

Indahnya cinta kepada Nabi yang tiada mungkin bertepuk sebelah tangan. Semoga Allah memenuhi hati ini dengan cinta kepada Nabi Muhammad SAW.

 

Sumber : Kutipan Ceramah Habib Umar bin Muhammad bin Hafidz (y-wa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *