Tutup
ReligiSekapur Sirih

Menjunjung Nilai Kemerdekaan dalam Keimanan

2
×

Menjunjung Nilai Kemerdekaan dalam Keimanan

Sebarkan artikel ini
Menjunjung Nilai Kemerdekaan dalam Keimanan
Dokumentasi foto keadaan dimasa perjuangan bangsa indonesia.

Menjunjung Nilai Kemerdekaan dalam Keimanan

KABARNUSA24.COM,  Segala Puji hanya layak kita haturkan kepada Allah SWT yang menganugerahkan nikmat kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Saat ini kita tengah berada di bulan Agustus yang sarat peristiwa bersejarah, salah satunya peringatan kemerdekaan.

Atas rahmat Allah kita bisa menjadi rakyat yang merdeka, bebas melakukan kebaikan tanpa dirong-rong oleh ketakutan kepada siapa saja.

Dengan nikmat kemerdekaan, kita bisa beribadah dengan tenang dan nyaman, kita bisa membangun kehidupan keluarga, kita bisa mengantarkan anak-anak ke sekolah dengan rasa aman tanpa dicekam rasa khawatir. Kemerdekaan ini diraih dengan cucuran darah, keringat, air mata, dan pengorbanan yang tiada tara.

Kisah perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan harus kita ingat dalam memori hati kita agar kita bisa mengisi kemerdekaan sebagaimana mestinya.

Ada empat karakter para pejuang kemerdekaan yang patut kita jadikan sebagai pegangan untuk mengisi dan melanjutkan apa yang telah mereka perjuangkan.

Pertama, cinta tanah air.

Ada sebuah ungkapan, “Hubbul Wathan minal iimaan.” (Cinta tanah air bagian dari iman). Ungkapan ini memang benar adanya. Mencintai tanah air karena Allah akan menjadi sarana yang penting dalam mengamalkan ajaran syariat Islam sehingga kita bisa menjalaninya tanpa hambatan.

Ketika cinta tanah air telah terpatri dalam sanubari kita, segenap anak bangsa yang berbeda agama, bisa menjalankan keyakinannya dengan aman. Dari sinilah tercipta harmoni kehidupan umat beragama dalam bingkai bhineka tunggal ika.

Dalam Surat Ibrahim ayat 13 menjelaskan kepada kita tentang pentingnya stabilitas suatu negeri. Negeri yang aman menjadi tempat yang kondusif dalam menyemai iman :

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.”

Kedua, pantang menyerah.

Jenderal mana yang sebelumnya akan membayangkan bahwa pasukan penjajah yang mereka bawa akan kocar-kacir oleh serbuan pejuang bermodalkan bambu runcing. Persenjataan yang canggih nyatanya hanya menjadi onggokan besi di medan laga.

Kalah dengan semangat tak kenal lelah dalam mengorbankan jiwa dan raga demi kemerdekaan tanah air.

Dengan keimanan yang kuat, para mujahid dari umat Islam, pantang untuk mundur apalagi menyerah. Perjuangan mereka adalah copy paste dari perjuangan Rasul ﷺ dan sahabatnya.

Dalam sejarah kita mengenal peristiwa Badar. Jumlah pasukan di barisan Islam hanya 313 orang.

Mereka bertempur menghadapi pasukan kafir yang tiga kali lipat lebih banyak, lengkap dengan persenjataan yang lebih memadai.

Namun, lihatlah bagaimana dengan iman yang menancap kuat di hati dan strategi jitu, para mujahidin berhasil meluluhlantakkan pertahanan musuh. Semangat juang seperti ini yang harus kita miliki.

Ketiga, nilai kemerdekaan yang harus kita perjuangkan adalah mengutamakan kepentingan bersama.

Para pejuang kemerdekaan telah membuktikan nilai ketiga ini. Mereka berjuang tidak untuk mendapatkan jabatan atau sanjungan.

Mereka berjuang bukan untuk mendapatkan harta dan materi. Mereka berjuang untuk kepentingan seluruh elemen bangsa tanpa melihat agama, suku, dan etnis. Semboyan yang mereka pekikkan, “Merdeka atau mati.”

Para pejuang mungkin tidak ikut merasakan hasil perjuangan yang telah mereka lalui. Kitalah yang hari ini menikmatinya.

Mereka menanam, kita yang merasakan hasilnya. Gambaran ini membuktikan bahwa mereka memiliki karakter mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi.

Keempat, ikhlas tanpa pamrih dalam berjuang.

Orang yang ikhlas dalam beramal tidak lagi memikirkan akan dapat apa dari tiap langkah pengorbanan yang telah dikerjakan. Tidak ada lagi dalam hatinya perasaan mencari pandangan manusia, kecuali hanya fokus mencari rida Allah SWT.

Pondasi seluruh amal adalah ikhlas. Rasul ﷺ pernah ditanya tentang siapa yang termasuk orang yang berjihad di jalan Allah. (1) orang yang berperang dengan tujuan menunjukkan keberanian (2) orang yang berperang dengan tujuan kesombongan (3) berperang dengan tujuan pamer.

Rasul ﷺ menjawab,

مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

“Siapa yang berperang untuk meninggikan kalimat Allah dialah yang disebut fii sabilillah.” (HR. Bukhari-Muslim).

Karena itulah, seorang pejuang yang ikhlas akan totalitas dalam mengerahkan seluruh kemampuannya, tanpa berpikir apakah Allah SWT akan membalasnya.

Ia hanya fokus dalam kontribusi yang bisa diberikannya pada yang ia cintai, meski orang menilainya tidak baik, tapi di hadapan Allah, ia telah memiliki nilai tersendiri karena keikhlasan hatinya, seperti firman Allah SWT :

مِنْكُمْ مَّنْ يُّرِيْدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرِيْدُ الْاٰخِرَةَ ۚ

“Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada (pula) orang yang menghendaki akhirat…” (QS. Ali Imran : 152)

Imam Sahl bin Abdullah At-Tusturi berkata, “Para ulama ahli tasawuf meneliti arti ikhlas. Mereka tidak menemukan jawabannya, kecuali : ‘Seluruh gerak-gerik seseorang, baik saat menyendiri bersama orang lain, hendaknya semata-mata karena Allah SWT, tanpa tercampur oleh apa pun, baik nafsu, keinginan, atau pengaruh duniawi.”

Inilah empat nilai kemerdekaan yang bisa kita sampaikan dari perjalanan perjuangan para mujahidin dalam merebut kemerdekaan. Mereka adalah pejuang yang cinta tanah air, berjuang untuk kepentingan umat dan bangsa, tanpa lelah dan putus asa, hanya Lillaah (semata-mata karena Allah SWT).

 

Sumber: Ulasan Dakwah Materi Khutbah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *