3 Wasiat yang Menghimpun Semua Kebaikan
Kabarnusa24.Com, Bertaqwa kepada Allah Ta’ala dengan cara berpegang teguh dengan petunjuk dan kebenaran dan menjauhi apa yang Allah dan Rasul-Nya larang. Sesungguhnya tidak ada satu kebaikan pun yang dapat mengantarkan seseorang mendekatkan diri kepada Allah, kecuali telah Rasulalloh jelaskan. Dan tidak ada keburukan yang dapat menjauhkan seseorang dari Allah, kecuali telah beliau peringatkan.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah kepada Allah dimanapun kalian berada. Iringilah kesalahan dengan melakukan kebaikan, niscaya hal itu menjadi penghapusnya. Dan bergaullah dengan orang-orang dengan akhlak yang baik.” (HR. At-Tirmidzi).
Inilah tiga wasiat dalam bermuamalah kepada Allah dan kepada sesama manusia. Ketiga wasiat ini menghimpun semua kebaikan.
Pertama: Bertakwa kepada Allah dimanapun berada.
Seorang muslim seharusnya senantiasa merasa diawasi Allah SWT. Menunaikan hak-hak Allah dimanapun dan dalam kondisi apapun. Menjauhi apa yang Dia larang. Memang, realitanya seseorang tidak bisa konsisten dalam hal tersebut. Karena itu, Allah buat syariat taubat dan istighfar. Allah bukakan peluang untuk beramal shaleh. Sebagaimana kalimat berikutnya dalam hadits,
وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا
“Iringilah kesalahan dengan melakukan kebaikan, niscaya hal itu menjadi penghapusnya.”
Kedua: Apabila seseorang jatuh pada kesalahan dan dosa, Baik berupa ucapan atau amalan. Baik yang nampak maupun tersembunyi. Hendaknya seseorang mengiringinya dengan amal kebajikan. Mudah-mudahan amal kebaikan tersebut bisa menutupi dosanya.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (Qs. Hud ayat: 114).
Dan kebaikan terbesar dalam hal ini adalah bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla. Karena taubat akan menghapus keburukan yang telah kita lakukan.
Hubungan yang baik antara seseorang dengan Rabbnya tidak akan sempurna kecuali seseorang memperbaiki juga hubungannya dengan sesamanya. Karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selanjutnya mengatakan,
وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Dan bergaullah dengan orang-orang dengan akhlak yang baik.”
Ketiga: Berinteraksilah dengan interaksi yang baik kepada sesama.
Dalam tiga kalimat dalam hadits ini, Nabi mengajarkan kita yang pertama-tama untuk memperhatikan hubungan dengan Allah. Dan dalam bermuamalah dengan Allah kita pasti ada kurangnya. Ada masa-masa kita melakukan pelanggaran. Karena itu kita dianjurkan untuk bertaubat dan melakukan kebaikan. Untuk menyempurnakan kedua hal tersebut, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menuntunkan kita untuk berinteraksi sosial dengan interaksi yang baik. Berakhlak yang baik kepada sesama makhuk.
Seseorang hendaknya berusaha semaksimal kemampuannya untuk berbuat baik kepada sesama. Menahan segala keburukan terhadap mereka. Baik keburukan hati, lisan, maupun anggota badan. Inilah inti akhlak yang mulia. Berbuat baik dan menahan diri dari berbuat buruk kepada mereka. Siapa yang berusaha melakukan ini, niscaya Allah akan memberinya taufik. Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (Qs. Al-Ankabut ayat: 69)
Jagalah tiga wasiat Nabi ini. Tanamkan benar-benar pada diri kita. Khususnya dalam muamalah yang Kita lakukan. Bermuamalahlah kepada Allah dengan ketakwaan. Iringilah kekurangan-kekurangan dan perbuatan dosa yang Anda lakukan dengan taubat dan istighfar. Dan bergaullah dengan masyarakat dengan akhlak yang baik. Kalau Kita melakukan ketiga hal ini, bergembiralah dengan mendapat keberhasilan di sisi Allah Ta’ala.
Sumber : Ulasan Dakwah Materi Khutbah.