Tutup
OpiniReligi

Gempa Maroko, Ujian Keimanan dan Solidaritas Kemanusiaan

4
×

Gempa Maroko, Ujian Keimanan dan Solidaritas Kemanusiaan

Sebarkan artikel ini
Gempa Maroko, Ujian Keimanan dan Solidaritas Kemanusiaan

Gempa Maroko, Ujian Keimanan dan Solidaritas Kemanusiaan

KABARNUSA24.COM,-
Jumat (8/9/2023) adalah hari yang berat bagi Maroko, negara kerajaan yang terletak di bagian barat laut Benua Afrika dengan garis pantai memanjang dari Samudra Atlantik melewati selat Gibraltar (جبل طارق, Estrecho de Gibraltar), sampai ke laut tengah.

Orang Arab menyebut Maroko sebagai Al-Mamlaka Al-Maghribiya yang berarti ‘Kerajaan Barat’, orang Turki menyebutnya Fez, sedangkan orang Persia menyebutnya sebagai Marrakech atau ‘Tanah Tuhan’. Maroko berperan penting dalam penyebaran Islam di wilayah Afrika Utara.

Maroko adalah pintu gerbang masuknya Islam ke Spanyol, Eropa. Sejarah mencatat: seorang komandan militer dari dinasti Umayyah, Tariq Bin Ziyad (670-720) menaklukkan Andalusia dan mengibarkan bendera Islam di daratan Eropa pada 711 M.

Kini, negeri Maroko sedang diuji dengan gempa. Live updates CNN per 12:33 p.m. ET (10 September 2023) melaporkan, gempa berkekuatan 6,8 skala richter tersebut menyebabkan “lebih dari 2.100 orang dipastikan tewas,” dan “tim penyelamat memperingatkan jumlah korban diperkirakan masih akan bertambah” sebab akses yang sulit–terutama di daerah pegunungan terpencil.

Menurut Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), gempa tersebut merupakan salah satu gempa terkuat yang melanda wilayah negara Afrika Utara itu dalam kurun waktu 100 tahun terakhir. Per Senin (11/9/2023; 07.59WIB), USGS juga merekam terjadinya 50 gempa bumi (magnitude 2,5+) di berbagai tempat di bumi mulai dari Tatsugo (Jepang), Madang (Papua Nugini), Laut Banda, Halmahera (Indonesia), Coquimbo (Chile), Atka (Alaska), Segundo (Colorado), sampai ke Punta Cana (Republik Dominika) di Kepulauan Karibia.

1. Lauhul Mahfudz, ketetapan Allah SWT

Gempa bumi, termasuk apapun yang ada di alam semesta (sebelum kita, saat ini, dan yang akan datang) adalah bagian dari kehendak Allah yang telah tercatat dalam لَوْحُ المَحْفُوظٍ (Lauhul Mahfudz). Lauhul Mahfuz disebut belasan dalam Alquran, di antaranya dengan sebutan Kitabun Min Qabli (kitab ketetapan), Ummu Al-Kitab (induk kitab), Kitabin Maknun (kitab yang terpelihara), dan Kitabin Mubin (kitab yang nyata).

Terkait ketentuan tersebut, sebagai Muslim kita beriman kepada qada dan qadar yang telah Allah SWT tetapkan. Qada adalah ketetapan Allah SWT yang tercatat di Lauhul Mahfudz sejak zaman azali.

Ketetapan ini sesuai dengan kehendak Allah SWT dan berlaku untuk seluruh makhluk atau alam semesta. Adapun qadar atau takdir adalah ketetapan atau keputusan Allah SWTT yang memiliki sifat Mahakuasa (Qadir) atas segala ciptaan-Nya, baik berupa takdir yang baik maupun takdir yang buruk. Allah SWT berfirman:

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ

“Tidaklah menimpa sebuah musibah kecuali dengan izin Allah” (QS At-Taghabun: 11).

مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ

“Tidak ada bencana (apa pun) yang menimpa di bumi dan tidak (juga yang menimpa) dirimu, kecuali telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah.” (QS Al-Hadid: 22)

Rasulullah SAW bersabda, “Allah telah mencatat seluruh takdir makhluk 50 ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.” (HR Muslim, Tirmidzi, Ahmad).

Beliau juga bersabda, “Yang pertama kali Allah ciptakan adalah qalam (pena). Lalu Allah berfirman kepadanya: ‘Tulislah’, ia menjawab, ‘Wahai Rabbku, apa yang aku harus tulis?’, ‘Tulislah takdir segala sesuatu sampai terjadinya kiamat.‘” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Abi Ashim)

Jadi, semua yang terjadi di muka bumi telah tercatat di sisi Allah SWT dalam Lauhul Mahfudz yang berisi rahasia apa yang ada di langit dan di bumi. Tugas kita sebagai manusia adalah menerima qada dan qadar. Kita juga tidak boleh berputus asa dari apa-apa yang terjadi tersebut. Sebab, di balik musibah selalu ada hikmah yang dapat dipetik oleh manusia.

2. Gempa terbesar, kiamat

Gempa-gempa yang terjadi di muka bumi bisa disebut sebagai gempa kecil jika dibandingkan dengan kiamat yang merupakan gempa besar. Allah SWT berfirman:

إِذَا زُلْزِلَتِ ٱلْأَرْضُ زِلْزَالَهَا

“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat).” (QS Az-Zalzalah: 1)

وَأَخْرَجَتِ ٱلْأَرْضُ أَثْقَالَهَا

“Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya.” (QS. Az-Zalzalah: 2)

Buya Prof Dr Hamka dalam Tafsir Al Azhar menulis bahwa surat Az-Zalzalah adalah keadaan yang akan terjadi di hari kiamat. Gempa dengan “goncangan (yang dahsyat) atau “segempa-gempanya”–dalam bahasa Hamka–berarti bahwa gempa itu “bukanlah gempa setumpah [satu tempat], melainkan seluruh permukaan bumi.”

“Sehingga segala isi yang tersimpan di sebalik bumi itu terbongkar keluar, tidak ada lagi yang tersembunyi, sampai pun tulang-tulang manusia yang beratur beribu tahun telah terkubur di balik kulit bumi itu akan terbongkar keluar,” tulis Hamka. Mengutip Al-Qurthubi, Hamka menulis bahwa isi yang keluar itu “bukan saja tulang-tulang manusia, melainkan perbendaharaan emas perak yang menjadi kekayaan bumi pun terbongkar.”

Di antara tanda kiamat dijelaskan dalam hadits berikut:

عنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَ : لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ ، وَتَكْثُرَ الزَّلَازِلُ ، وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ ، وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ ، وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ ، وَهُوَ الْققَتْلُ الْقَتْلُ ، حَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمْ الْمَالُ فَيَفِيضَ

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda,”Tidak akan terjadi hari kiamat kecuali setelah hilangnya ilmu, banyak terjadi gempa, waktu seakan berjalan dengan cepat, timbul berbagai macam fitnah, Al Haraj -yaitu pembunuhan- dan harta melimpah ruah kepada kalian.” (HR Bukhari dan Muslim).

Sebagai Muslim, kita beriman terhadap datangnya hari akhir yang meliputi adanya hari kiamat (kebangkitan), hisab (perhitungan) dan balasan surga dan neraka, serrta segala peristiwa yang akan terjadi setelah kematian. Keimanan itu menggerakkan kita untuk memanfaatkan waktu di dunia untuk berbagai amal saleh.

3. Solidaritas internasional

Menurut PBB, pada 2023 terdapat 195 negara di dunia yang mencakup 193 negara anggota dan 2 negara pengamat non-anggota: Tahta Suci dan Negara Palestina. Dari 195 negara di dunia itu, 54 negara berada di Afrika, 48 di Asia, 44 di Eropa, 33 di Amerika Latin dan Karibia, 14 di Oseania dan 2 di Amerika Utara.

Sejauh ini negara-negara di dunia saling menunjukkan solidaritas dalam berbagai isu internasional, termasuk dalam bencana. Selama 25 tahun terakhir mengutip Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), terjadi gempa bumi paling mematikan (Associated Press, 10/9/2023) sebagai berikut:

— 8 September 2023: Di Maroko, gempa berkekuatan 6,8 skala richter menewaskan lebih dari 2.000 orang

— 6 Februari 2023: Di Turki dan Suriah, gempa berkekuatan 7,8 skala Richter menewaskan lebih dari 21.600 orang

— 25 April 2015: Di Nepal, lebih dari 8.800 orang tewas akibat gempa berkekuatan 7,8 skala Richter

— 11 Maret 2011: Gempa berkekuatan 9,0 di lepas pantai timur laut Jepang memicu tsunami, menewaskan lebih dari 18.400 orang

— 12 Januari 2010: Di Haiti, lebih dari 100 ribu orang tewas akibat gempa berkekuatan 7,0 SR. Pemerintah memperkirakan jumlah korban tewas mencapai 316 ribu orang, namun besarnya kerusakan membuat perhitungan akurat menjadi mustahil

— 12 Mei 2008: Gempa berkekuatan 7,9 melanda Sichuan timur di Tiongkok, mengakibatkan lebih dari 87.500 kematian

— 27 Mei 2006: Lebih dari 5.700 orang tewas ketika gempa berkekuatan 6,3 skala Richter melanda pulau Jawa di Indonesia

— 8 Oktober 2005: Gempa bumi berkekuatan 7,6 skala Richter menewaskan lebih dari 80 ribu orang di wilayah Kashmir Pakistan

— 26 Desember 2004: Gempa berkekuatan 9,1 skala richter di Indonesia memicu tsunami di Samudera Hindia, menewaskan sekitar 230 ribu orang di banyak negara

— 26 Desember 2003: Gempa bumi berkekuatan 6,6 skala Richter melanda Iran tenggara, menyebabkan lebih dari 20 ribu kematian

— 26 Januari 2001: Gempa berkekuatan 7,6 melanda Gujarat di India, menewaskan sebanyak 20 ribu orang

— 17 Agustus 1999: Gempa bumi berkekuatan 7,6 melanda Izmit, Turki, menewaskan sekitar 18 ribu orang.

Data di atas menunjukkan bahwa bumi yang kita tinggali tidaklah aman seutuhnya, dan olehnya itu dibutuhkan sekali keimanan kepada Allah SWT, dan solidaritas dalam berbagai skala yaitu pribadi, komunitas, nasional, dan internasional.

Solidaritas internasional misalnya dalam kasus gempa bumi sejatinya adalah ekspresi semangat persatuan di antara negara-negara di dunia untuk saling membantu di saat kesulitan.

Selanjutnya, solidaritas internasional terwujud dari saling mengenal antar negara yang berlanjut pada saling membantu dan bersolidaritas dalam masalah kemanusiaan.

Secara prinsip, dasar kerja sama internasional dalam Islam tercermin dalam ayat tentang ‘ta’aruf’ (saling kenal-mengenal) yang dari itulah berlanjut pada saling memahami dan saling bekerjasama (termasuk saling membantu). Allah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.” (QS Al-Hujurat: 13)

Di dunia yang saling terkoneksi ini, semua negara saling mendukung untuk menjamin kelangsungan masyarakat internasional. Pada gempa Maroko, di berbagai media para kepala negara menyampaikan belasungkawa atas peristiwa tersebut dan bantuan untuk mengatasi bencana tersebut.

Pada skala makro, solidaritas internasional diperlukan untuk menguatkan negara yang terkena bencana. Pada skala mikro, kita sebagai manusia juga turut berempati atas bencana dan tergerak hati untuk mendoakan dan membantu saudara-saudara kita yang sedang kesulitan tersebut.

4. Urgensi mitigasi bencana

Satu hal yang penting untuk diperhatikan sebagai ikhtiar kemanusiaan adalah mitigasi untuk mencegah terjadinya bencana. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesungguhnya dapat mendorong kolaborasi (pemerintah, ilmuwan, industri, tokoh agama, masyarakat) untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana, apakah itu gempa bumi, banjir, longsor, tsunami, gunung meletus, dan lain sebagainya.

Akhirnya, kita berdoa semoga para korban gempa di Maroko diberikan tempat terbaik di sisi Allah SWT dan yang luka-luka diberikan kesembuhan. Sebagai Muslim kita yakin bahwa musibah yang terjadi pastilah berdasarkan ketentuan Allah SWT. Allah SWT berfirman:

قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَىٰنَا ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ

Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal” (QS At-Taubah: 51)

 

Sumber:
Oleh Yanuardi Syukur, Pengurus Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional MUI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *