Menjadi Muslim Penyelesai Masalah
KABARNUSA24.COM, Sudah menjadi suatu keniscayaan bahwa setiap manusia membutuhkan orang lain untuk saling berinteraksi dan tolong-menolong. Karenanya, orang yang terbaik merupakan mereka yang mampu memberi banyak manfaat bagi orang lain.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam Musnad asy-Syihab, no. 1234,
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
Tidak hanya bersabda, Rasulullah juga merupakan teladan terbaik dalam menyelesaikan masalah dan memberi manfaat sebanyak-banyaknya bagi umat manusia.
Sejak usia muda Rasulullah terkenal dengan julukan al-Amin atau dapat dipercaya, dan amanah dalam menjaga barang titipan. Bahkan beliau pernah menyelesaikan perdebatan sengit antara orang-orang Quraisy ketika mereka hendak meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya semula setelah terjadi bencana.
Para sahabat juga merupakan penyelesai masalah.
Abu Bakar pernah menjadi konseling, membebaskan budak, dan menjadi solusi dalam hijrahnya Rasulullah menuju Madinah.
Mus’ab bin Umair pernah mempersiapkan kebutuhan dan mental masyarakat tempat hijrah Rasulullah.
Utsman bin Affan membeli sumur Raumah dan menginfakkan banyak hartanya untuk Perang Tabuk.
Dan masih banyak kontribusi dari para sahabat radhiyallahu ‘anhum lainnya, dalam menyelesaikan masalah genting di tengah umat kala itu.
Bahkan, para tokoh Islam pun merupakan para penyelesai masalah. Misalnya, Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berhasil memberantas kezaliman dan menyebarkan keadilan kepada seluruh penduduk negeri Islam.
Harun ar-Rasyid berhasil menyebarkan berbagai ilmu dengan mengadakan penerjemahan buku secara besar-besaran dan mendirikan Baitul Hikmah sebagai solusi dari kebodohan dan kejumudan.
Shalahuddin al-Ayyubi berhasil menyelesaikan masalah Palestina—al-Quds, dan mengembalikannya ke pangkuan kaum muslimin.
Muhammad al-Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel dengan menarik kapal-kapalnya melewati dataran Galata. Ide ini merupakan solusi luar biasa ketika pasukannya putus asa dan hendak mundur dari medan tempur karena sulitnya menembus benteng musuh.
Demikian juga Sulaiman al-Qanuni berhasil memanajemeni kekuasaannya yang mencapai Eropa, Afrika, dan Asia, serta membuat tata perundangan berbasis syariat Islam sebagai solusi dari berbagai permasalahan yang dihadapi.
Berbagai contoh di atas merupakan penguat akan pentingnya menjadi seorang muslim yang dapat menjadi solusi dari berbagai masalah yang sedang dihadapi umat. Mari kita mengingat kembali sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan keutamaan hal ini.
Disebutkan oleh at-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, no. 13646 dan Ibnu Abi Dunya dalam Qadha’ al-Hawaij, no. 36 bahwa Rasulullah bersabda,
أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ، وَأَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ، أَوْ تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً، أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا، أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا، وَلَأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِي فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ – يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا – وَمَنْ كَفَّ غَضَبَهُ سَتَرَ اللهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ كَظَمَ غَيْظَهُ، وَلَوْ شَاءَ أَنْ يُمْضِيَهُ أَمْضَاهُ مَلَأَ اللهُ قَلْبَهُ رَجَاءً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ مَشَى مَعَ أَخِيهِ فِي حَاجَةٍ حَتَّى يَتَهَيَّأَ لَهُ أَثْبَتَ اللهُ قَدَمَهُ يَوْمَ تَزُولُ الْأَقْدَامِ.
“Sebaik-baik manusia di sisi Allah adalah mereka yang paling bermanfaat. Dan amalan yang paling dicintai Allah adalah membuat bahagia saudara muslim, mengangkat kesulitan darinya, melunasi utangnya, atau memberi makan ketika ia kelaparan.
Sungguh membantu saudara muslim untuk memenuhi kebutuhannya lebih aku (Rasulullah) cintai dari iktikaf di masjid selama sebulan. Barang siapa menahan marahnya maka Allah akan menutup auratnya. Barang siapa yang menahan marahnya, padahal jika mau ia mampu untuk melampiaskan kemarahannya, maka Allah akan memenuhi hatinya dengan keridhaan-Nya pada hari kiamat.
Barang siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya sampai kebutuhannya tetap dan stabil, maka Allah akan menetapkan dan menstabilkan kakinya pada hari tergelincirnya kaki-kaki, yakni hari kiamat.
Mari kita juga mengingat sabda Rasulullah dalam hadits riwayat Muslim, no. 2699,
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا، سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ.
“Barang siapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya.”
Semoga kita termasuk orang-orang yang dapat memberi solusi dari berbagai masalah umat dewasa ini. Amin ya Rabb al-’Alamin.
Sumber: Kutipan Ulasan Dakwah materi Khutbah