Religi  

Segera Tunaikan Amanah

Segera Tunaikan Amanah
Ilustrasi

Segera Tunaikan Amanah

KABARNUSA24.COM- Pada dasarnya, Allah telah memberi manusia amanah yang tidak sanggup untuk ditanggung oleh langit, bumi, dan gunung. Allah Ta’ala berfirman dalam Surat al-Ahzab ayat 72,

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًا

“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh.”

Terkait ayat tersebut, Imam al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya, Al-Jami’ lil Ahkam Al-Qur’an vol. 14 halaman 254, menerangkan bahwa yang dimaksud dengan amanah di ayat itu adalah kewajiban-kewajiban yang Allah amanahkan kepada hamba-hamba-Nya.

Kewajiban ini tentu berupa perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh manusia, seperti shalat, zakat, puasa, haji, dan menepati janji. Serta larang-larang yang harus ditinggalkan manusia, seperti berjudi, berzina, minum-minuman keras, dan durhaka kepada orang tua. Semua ini merupakan amanah yang harus diemban oleh setiap manusia.

Selain menjelaskan amanah yang Allah berikan, al-Quran juga menyebutkan segala amanah untuk dapat dikerjakan dengan sebaik-baiknya.

Allah Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Mu’minun ayat 8,

وَالَّذِيْنَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُوْنَ

“Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya.”

Berkenaan dengan ayat ini, Imam al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya, jilid 12 halaman 107, menerangkan bahwa amanah dan janji menggabungkan semua yang dipikul manusia berupa perkara agama dan dunia, baik ucapan maupun perbuatan. Untuk itu, konsekuensi dari yang demikian adalah menjaga dan melaksanakannya.

Oleh karenanya, seseorang yang mendapat amanah harus berusaha menunaikannya dengan sebaik-baiknya. Demikian itu karena Allah subhanahu wata’ala memerintahkan untuk menunaikan amanah kepada pemiliknya, dan melarang berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta melarang mengkhianati segala amanah yang diberikan manusia kepadanya.

AllahTa’ala berfirman dalam Surat al-Anfal ayat 27,

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لَا تَخُوْنُوْا اللَّهَ وَالرَّسُوْلَ وَتَخُوْنُوْا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”

Menguatkan firman Allah tersebut, Rasulullah pun memerintahkan untuk senantiasa menunaikan amanah, diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 3534,

أَدِّ اْلأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ وَلَا تَخُنْ مَنْ خَانَكَ

“Tunaikanlah amanah kepada orang yang memberi amanah kepadamu, dan janganlah engkau berkhianat kepada orang yang berkhianat kepadamu.”

Dalam hadis lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa mengkhianati amanah dan tidak menepati janji termasuk dari sifat-sifat orang munafik.

Rasulullah bersabda, riwayat al-Bukhari no. 33 dan Muslim no. 59,

آيَةُ المُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

“Tanda orang munafik itu tiga: apabila ia berucap berdusta, jika membuat janji mengingkari, dan jika dipercaya mengkhianati.”

Untuk itu, menunaikan amanah merupakan perkara wajib. Apabila seseorang telah mendapat suatu amanah, maka ia wajib untuk melaksanakan amanah tersebut dengan sebaik-baiknya.

Meskipun menunaikan amanah itu berat, akan tetapi mengerjakannya dengan sebaik-baiknya merupakan amal saleh dan sifat orang-orang mukmin sejati. Pemberian amal saleh kepada seorang hamba sendiri merupakan tanda bahwa Allah subhanahu wata’ala menghendaki kebaikan kepadanya.

Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah, riwayat at-Tirmidzi no. 2142 dan Ahmad no. 12037,

إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اِسْتَعْمَلَهُ، فَقِيْلَ كَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ قَبْلَ الْمَوْتِ

“Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka Dia akan mempekerjakannya.” Lalu ditanyakanlah pada beliau,“Bagaimanakah Allah mempekerjakannya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,“Dia akan memberinya taufik untuk beramal saleh sebelum dijemput kematian.”

Dari sini dapat dikatakan bahwa amanah yang diberikan merupakan bagian dari kebaikan yang Allah subhanahu wata’ala kehendaki untuk dijalankan dengan sebaik-baiknya. Terlebih jika amanah tersebut jelas-jelas merupakan amal saleh yang Allah ridhai dan banyak memberikan manfaat kepada orang lain.

Tentu dua hal tersebut merupakan suatu kebahagiaan tersendiri, bukan karena adanya jabatan ataupun kedudukan, melainkan kebahagiaan karena Allah memberikan kesempatan untuk beramal saleh yang berkaitan dengan hak Allah maupun hak sesama manusia.

Demikianlah perihal tentang kewajiban untuk bersegera menunaikan amanah. Semoga Allah subhanahu wata’ala senantiasa memudahkan kita semua untuk melaksanakan setiap amanah dengan sebaik-baiknya, aamiin ya Rabb.

 

Sumber: Kutip Ulasan materi Dakwah Khutbah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *