Jalan Damai Dakwah Mus’ab bin Umair
KABARNUSA24.COM,- Mus’ab bin Umair merupakan sahabat Rasulullah Saw yang pertamakali ditunjuk sebagai duta Islam di Madinah. Beliau adalah sosok yang cerdas, fasih membaca Al-Qur’an, dan dikenal hidup sederhana.
Di kota Madinah beliau berteman dekat dengan salah seorang golongan Anshar yang berbaiat aqabah I, bernama As’ad b. Zurarah. Pemuda Madinah dari Bani Najjar ini digambarkan memiliki karakter yang mirip dengan Mus’ab bin Umair, yaitu sama-sama ramah dan baik dengan orang lain.
Kedekatan Mus’ab bin Umair dengan As’ad bin Zurarah dianggap sebagai ancaman bagi pemimpin kabilah di Kota Madinah. Mereka berdua dikhawatirkan mempengaruhi pemuda-pemuda Madinah untuk memeluk agama Islam dan melemahkan loyalitas kesukuan mereka.
Untuk mencegah pengaruh kedua pemuda kader Rasulullah Saw itu, timbul ide jahat dari pimpinan Bani Aus bernama Sa’ad bin Mu’adz yang saat itu belum memeluk Islam. Sa’ad bin Mu’adz membujuk Usaid bin Hudair agar mengusir duta Nabi Saw yang bernama Mus’ab bin Umair dari tanah Madinah.
Usaid bin Hudair terpancing dengan provokasi Sa’ad bin Mu’adz. Dengan wajah garang dan menenteng tombak, ia mendatangi tempat di mana Mus’ab bin Umair dan As’ad bin Zurarah biasa belajar agama.
Dengan amarah memuncak, Usaid bin Hudair berbicara lantang mengusir Mus’ab. Namun sahabat Nabi tak bergeming dan membiarkan lawan bicaranya itu melampiaskan seluruh isi kepalanya. Sesudah Usaid terdiam, baru Mus’ab berkata: “Alangkah terhormatnya seorang tokoh Madinah apabila duduk terlebih dahulu, sebelum berkata-kata.”
Mendengar perkataan Mus’ab tersebut, Usaid menurutinya sambil berkomentar: “Qad ansahta” (bijaksana sekali engkau!). Baru kemudian Mus’ab bin Umair menjelaskan kapasitas dirinya datang dan menetap di Madinah dan menyampaikan misi Rasulullah Saw kepada Usaid.
Mendengar penjelasan dan bacaan Al-Qur’an yang disampaikan Mus’ab bin Umair rupanya terketuk hati Usaid untuk memeluk agama Islam. Diapun berkata: “Apa yang kau lakukan sekiranya kamu memeluk Islam”.
Pertanyaan Usaid ini sejatinya mewakili isi hatinya tentang apa yang perlu dia kerjakan sebagai seorang muallaf. Kemudian Mus’ab memberikan penjelasan: “Bersihkan badan-mu dari najis dan mandi besarlah! Sesudah itu bacalah kalimat dua syahadat!”
Setelah yang diajarkan Mus’ab dikerjakan semuanya oleh Usaid, maka iapun kembali untuk menemui Sa’ad bin Mu’adz, tetapi dengan tujuan yang lain. Dalam benaknya terpikir bagaimana caranya mendatangkan ketua suku Aus itu dan berjumpa langsung dengan Mus’ab bin Umair supaya masuk Islam juga.
Kedatangan Mus’ab di kediaman Sa’ad dalam kondisi sumringah dianggap aneh oleh orang-orang Bani Aus. Usaid tidak menyampaikan bahwa dirinya telah masuk Islam, tetapi memberi kabar bahwa As’ad bin Zurarah yang merupakan anak bibiknya Sa’ad bin Mu’adz dalam ancaman orang-orang yang akan membunuhnya.
Usaid berkata demikian, maksudnya bukan untuk berbohong tetapi dengan tujuan supaya As’ad mau datang langsung menemui Mus’ab.
Rupanya Sa’ad walaupun beda keyakinan dengan As’ad bin Zurarah tetapi ia tetap ber-empati dan solidaritas kelompok telah menyulutnya untuk datang menemui Mus’ab bin Umair. Dengan wajah garang dan menenteng tombak dia bentak-bentak duta Rasulullah Saw itu.
Mus’ab dengan sikap tenang mendengarkan Sa’ad, sama seperti saat pertama menemui Usaid bin Hudair. “Duduklah, sebab tidak pantas seorang tokoh berkata-kata sambil berdiri,” kata Mus’ab.
“Alangkah bijaksananya Kamu!” jawab Sa’ad bin Mu’adz sembari duduk dan meletakkan tombaknya. Kemudia Mus’ab menjelaskan misinya di Madinah dan menyampaikan ajaran Islam yang dibawakan Rasulullah berdasarkan ayat Al Quran yang dia baca dengan suara fasih dan merdu.
Mendengar penjelasan sahabat Nabi itu terketuklah hati Sa’ad untuk memeluk Islam. Dia diminta mandi besar kemudian dibimbing langsung Mus’ab membacakan kalimat dua syahadat.
Sa’ad telah masuk Islam sebelum Rasulullah Saw hijrah ke Madinah. Sa’ad juga berhasil mengajak lebih dari 400 anggota Bani Aus untuk memeluk Islam di bawah bimbingan langsung Mus’ab bin Umair.
Demikian sepenggal kisah Mus’ab bin Umair, seorang duta Islam yang cerdas dan bijaksana, sehingga ajakannya diterima orang Madinah. Beliau merupakan pembuka jalan dakwah Islam sebelum Rasulullah Saw dan sahabat lainnya berhijrah ke Madinah.
Penulis: M. Ishom el Saha (Dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten)
Sumber: Kemenag RI