Tiga Jenis Hati Manusia
KABARNUSA24.COM, Dalam Al-Quran, Allah menyebutkan ada tiga jenis hati manusia. Pertama, qalbun salim, yakni hati yang sehat dan selamat. Kedua, qalbun mariidh, yakni hati yang sakit. Ketiga, qalbun mayyit, yaitu hati yang sudah mati.
Tiga Jenis Hati Manusia
1. Jenis pertama: Qalbun Salim
Secara bahasa, qalbun salim merupakan gabungan dari dua kata bahasa Arab. Qalbun, artinya hati. Dan salim, yang mengandung makna yang sangat banyak: sehat, selamat, bersih, lurus, suci.
Jika kedua kata ini digabungkan, qalbun salim artinya hati yang sehat, selamat, suci, dan ikhlas dalam segala gerak, pikiran, perasaan, perbuatan, dan lain sebagainya.
Para ulama menjelaskan bahwa hati seseorang baru bisa disebut qalbun salim apabila terhindar dari kesyirikan, terselamatkan dari akidah yang menyimpang, atau pemikiran-pemikiran sesat. Selain itu, kriteria hati yang salim adalah hati yang terbebas dari segala penyakit hati seperti hasad, ujub, riya’, dan semacamnya.
Pemilik qalbun salim akan selalu terpacu untuk melaksanakan ketaatan. Mempunyai integritas spiritual, moral, dan intelektual yang tinggi. Karena di dalam hati itulah ketakwaan bersemayam. Sebagaimana keterangan dari Baginda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim,
التَّقْوَى هَاهُنَا وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
“Takwa itu di sini—sambil menunjuk ke dada sebanyak tiga kali.” (HR. Muslim No. 2564)
Qalbun salim.Disebut demikian, karena salim itu hati manusia yang selamat dan menyelamatkan. Selamat dari berbagai noda dan menyelamatkan pemiliknya dari jilatan api neraka.
Karena semasa hidup di dunia, hati yang salim, selalu berusaha mengenali Allah, beriman kepada-Nya, lalu menggerakkan si pemilik hati itu untuk mewujudkan nilai-nilai keimanan dalam kehidupan sehari-hari. Maka, sudah selayaknya, hanya orang yang memiliki qalbun salim sajalah yang akan masuk surga di akhirat kelak.
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَ ۙ اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ ۗ
“(yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,”(QS. Asy-Syu’arā`: 88—89)
2. Jenis kedua: Qalbun Maridh
Hati yang sakit adalah hati yang di dalamnya terdapat keimanan, tetapi bercampur aduk dengan kesyirikan. Di dalamnya terdapat kecintaan kepada Allah, tapi juga masih mencintai kemaksiatan.
Cinta al-Quran, tapi juga masih hobi mendengarkan musik dan nyanyian jahiliah. Hati ini masih hidup. Tapi sedang terjangkit berbagai virus yang berbahaya, contohnya: kurang ikhlas dalam beramal, selalu iri-dengki kepada orang lain, merasa hebat, menyimpan dendam, suka pamer, gila kehormatan dan kekuasaan.
Kondisi hati seperti ini disebutkan Allah Ta’ala ketika menyebutkan sifat orang munafik,
فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًاۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ۢ ەۙ بِمَا كَانُوْا يَكْذِبُوْنَ
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta.”(QS. Al-Baqarah: 10)
Secara garis besar, penyakit hati yang menyebabkan qalbun maridh ini ada dua, yakni penyakit syubhat dan syahwat. Syubhat dapat membuat seseorang tidak bisa membedakan yang benar dan batil. Sedangkan syahwat dapat membuat seseorang terjerumus ke dalam jurang maksiat.
Adapun rincian dari penyebab qalbun maridh yang sering terjadi di antaranya adalah: lingkar pertemanan yang buruk, banyak tertawa, foya-foya, terlalu larut dalam membicarakan sesuatu yang tidak bermanfaat, dan mata yang liar; sering tolah-toleh saat sedang di luar rumah. Alih-alih ghadul bashar, malah curi-curi pandang.
Poin-poin tersebut, mungkin terkesan sepele. Namun jika dilakukan berulang kali, maka, sedikit demi sedikit, hati yang sakit akan sekarat. Statusnya pun akan berubah: dari qalbun maridh menjadi qalbun mayyit.
Dalam arsip Multaqa al-Khutaba’disebutkan bahwa di antara tanda-tanda qalbun maridh adalah ketika seseorang mempunyai angan-angan yang panjang akan kesenangan duniawi.
Indikasi lain dari hati manusia yang sakit adalah ketika seseorang tidak peka terhadap perbuatan dosa. Sehingga mudah terjerumus dalam kemaksiatan sampai hatinya mengeras. Dan inilah sanksi terberat yang Allah jatuhkan kepada pecandu maksiat. Dampak buruknya, pemilik hati yang sakit karena kebanyakan dosa, akan selalu dihantui rasa waswas, tidak tenteram hidupnya, dan takut secara berlebihan kepada selain Allah.
3. Jenis ketiga: Qalbun Mayyit, hati manusia yang mati
Hati yang mati, menurut Ibnul Qayyim al-Jauziyah rahimahullah, adalah hati yang tidak mengenal Tuhannya, tidak beribadah kepada-Nya, tidak taat, suka maksiat, dan selalu menuruti nafsu syahwat.
Orang seperti ini tidak tepat dijadikan teman dekat. Bergaul dengannya akan meracuni. Bermajelis dengannya akan membawa kehancuran.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
وَلَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا قَلْبَهٗ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ وَكَانَ اَمْرُهٗ فُرُطًا
“dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas.”(QS. Al-Kahf: 28)
Hati yang mati adalah hati yang gelap. Jauh dari sinar hidayah. Ia lebih membahayakan daripada jasad yang mati. Karena jasad yang mati dapat memutus seseorang dari kenikmatan dunia. Adapun jika hatinya yang mati, maka ia akan terputus dari kenikmatan dunia-akhirat. Dan ia akan sengsara selama-lamanya.
Penting juga untuk dimengerti, bahwa perumpamaan hati yang mati, ibarat rumah kosong yang sudah puluhan tahun tak berpenghuni. Di dalamnya, hiduplah serangga-serangga berbahaya, burung-burung yang singgah hanya untuk membuang kotoran, ular-ular berbisa, dan binatang beracun lainnya.
Seperti itulah kondisi hati manusia yang mati. Hanya ada kelalaian. Angan-angan. Syahwat. Serta niat-niat yang buruk dan jahat. Semua itu terjadi ketika seseorang berpaling dari Allah dan memusuhi orang-orang saleh yang menegakkan nahi munkar. Wal ‘iyaadzu billah.
Semoga Allah melindungi kita semua dari jenis hati seperti ini. Aammiiin yaa Rabbal ‘Aalamiin.
Sumber: Materi Dakwah