KABARNUSA24.COM, Tahun 2024 merupakan tahun kabisat karena bilangan tahun ini dapat dibagi habis dengan angka 4 (empat). Secara Bahasa, kabisat berasal dari bahasa Arab yang berarti mengisi, memasukkan, dan menambahkan.
Dalam kitab “Lisanul Arab” lafal “al-kabis” disamaartikan dengan lafal “thamm” yang berarti “mengisi lubang dengan debu”. Begitu pula dalam kitab “al-mu’jam al-muhith” lafal “al-kabis” dimaknai dengan “menimbun sungai dan sumur dengan tanah”.
Jadi tahun kabisat adalah tahun yang di dalamnya terjadi penambahan waktu satu hari. Yaitu pada bulan Februari yang biasanya jumlah tanggalnya 28 hari, ditambah satu menjadi 29 hari.
Pada tahun kabisat pula, orang yang lahir pada 29 Februari memiliki kesempatan merayakan ulang tahunnya hanya dalam waktu 4 tahun sekali. Sementara di luar tahun kabisat mereka “tak dapat” merayakan ulang tahunnya. Sebab, bulan Februari bilangan tanggalnya hanya 28 hari.
Penamaan tahun kabisat menggunakan bahasa Arab, cukup menarik dikaji. Pasalnya, penambahan tanggal satu hari dalam waktu empat tahun adalah lahir dari peradaban Fir’auniyah, yakni Mesir Kuno.
Masyarakat Arab sendiri bukan klan Mesir Kuno. Mereka memiliki sistem kalender tersendiri, mengikuti kalender Lunar. Dalam sistem kalender Lunar juga ada penambahan waktu, bahkan lebih banyak lagi, yakni 11 hari atau disebut bulan “an-nasi” di dalam QS. At-Taubah: 37.
Disebutkan dalam kitab “Lisanul Arab” bahwa orang-orang Arab dari negeri Syam (Syria) yang menyebut tahun Kabisat dengan menggunakan bahasa Arab, tepatnya pada saat mereka tunduk dalam kekuasaan Romawi.
Betul! Tahun kabisat lahir di Mesir. Para Fir’aun adalah orang pertama yang menggunakan kalender matahari dan hari kabisat. Walaupun demikian, tahun kabisat sangat populer berkat dikenalkan orang Arab Syiria dan berhasil dibesarkan oleh raja Romawi.
Raja Romawi saat itu bernama Paus Gregor Julius Caesar. Dia yang membawa kalender ini dari Mesir pada tahun 45 sebelum masehi. Dia menambahkan satu tanggal di bulan Februari yang mana di masa kekuasaannya Februari merupakan bulan terakhir, dan Maret adalah awal tahun. Hal ini mengacu arti dari nama bulan yang berakhiran “ber” mulai dari September-Desember yang berarti bulan ke-7 – bulan ke-10.
Penambahan satu tanggal di akhir bulan Februari dihitung berdasarkan perputaran bumi dalam orbitnya mengelilingi matahari dalam setahun yang menempuh jarak 940 juta km. Bumi sendiri berputar dengan kecepatan 107.000 km per jam, atau butuh waktu 365 hari, 6 jam dan beberapa menit untuk menempuh jarak tersebut.
Dikarenakan ada selisih waktu maka sisa waktu itu perlu digenapkan. Selisih waktu itu kemudian diakumulasikan menjadi 0,24 jam atau 1 hari setiap 4 tahun sekali yang disebut “tahun kabisat” dan jumlah harinya adalah 366 hari.
Demikianlah asal-usul tahun kabisat. Lahir di Mesir, dibesarkan di Romawi, dan dikenalkan oleh orang Arab. Kolaborasi ini tentu jadi pembelajaran terbaik buat umat manusia di dunia, tanpa pandang bulu dari mana asalnya maupun agamanya.
Penulis: M. Ishom el Saha (Dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten)
Sumber: Kemenag RI