Rayap-Rayap Amal Shalih
Kabarnusa24.Com,– Sebagai seorang muslim diharapkan tidak hanya mengerti soal perkara-perkara yang mengantarkan kepada kebaikan dan ibadah kepada Allah ﷻ, seperti keutamaan ibadah, zikir, shalat tahajud, puasa, dan lain sebagainya.
Akan tetapi kita sebagai seorang muslim hendaknya juga mengerti tentang pokok-pokok keburukan yang dilarang oleh agama Islam.
Supaya kita mampu membenci perkara-perkara yang juga dibenci oleh Allah ﷻ, sehingga kecintaan kita kepada Allah ﷻtetap terjaga kesempurnaannya.
Perlu kita ketahui bahwasanya perbuatan-perbuatan buruk yang dilarang oleh Allah ﷻ tidak hanya menjadikan pelakunya tersebut mendapatkan dosa dan murka dari Allah ﷻ saja.
Perbuatan-perbuatan buruk yang dilakukan, sejatinya juga akan mengikis amalan-amalan shalih yang telah kita lakukan sebelumnya tanpa kita sadari.
Oleh karena itu, sebagai seorang Muslim yang ideal, seharusnya kita bersungguh-sungguh untuk mengimbangi pengetahuan kita tentang arti ketaatan kepada Allah ﷻ.
Hal ini dapat dicapai dengan memahami dan mengamalkan perkara yang dicintai oleh Allah ﷻ, sehingga kita dapat mengisi gudang pahala kita. Selain itu, kita juga perlu memahami amalan-amalan yang dapat mengikis amal shalih kita.
Dengan demikian, kita tidak hanya dapat menjaga amal shalih kita tetap utuh, tetapi juga mampu menghindari tindakan yang dapat mengurangi kebaikan dalam amalan kita.
Semua ini diharapkan dapat membawa kita menghadap Allah ﷻ dengan tangan yang penuh dengan amal shalih, dan bukan dengan tangan hampa tanpa amal shalih sedikitpun.
Amalan keburukan ini akan merusak pahala dan amalan kebaikan, layaknya rayap menghancurkan kayu ataupun sebuah bangunan secara perlahan.
Syaikh Ibnul Qayyim menjelaskan, kesempurnaan cinta kepada Allah ﷻ dapat dicapai dengan empat hal, yaitu kita mengerti perkara-perkara yang dicintai Allah ﷻ, kita mengerti perkara-perkara yang dibenci Allah ﷻ, kita mengerti siapa yang dicintai Allah ﷻ, dan kita mengerti siapa saja yang dibenci Allah ﷻ.
Dari poin-poin tersebut, terdapat dua hal yang disoroti dalam pembahasan kita kali ini, yaitu kita harus mengerti perkara apa dan siapa saja yang dibenci Allah ﷻ.
Di sisi lain Sahabat Umar bin Khattab juga pernah mengatakan
إِنَّمَا تُنْقَضُ عُرَى الإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً إِذَا نَشَأَ فِيْ الإِسْلَامِ مَنْ لَمْ يَعْرِف الجَاهِلِيَّةَ
“Sesungguhnya bangunan keislaman seseorang itu akan terurai satu persatu, apabila dia tumbuh dalam Islam sedangkan dia tidak mengetahui perkara-perkara jahiliyah yang buruk atau perusak amalan.”
Dari sini, kita memahami bahwa iman seseorang akan semakin kokoh apabila ia juga memperhatikan amalan-amalan yang dapat menggerogoti iman.
Oleh karena itu, ketika kita sudah mengetahui hal tersebut, kita akan berusaha keras untuk menjauhinya sejauh mungkin.
Tidak hanya melakukan amalan ibadah yang dicintai oleh Allah ﷻ saja, tetapi juga menjauhi segala hal yang dapat merusak atau mengurangi kekuatan iman kita.
Ada empat perkara yang mampu mengikis pahala amal shalih, diantaranya:
1. Hasad
Hasad adalah rasa tidak senang atas suatu kebahagiaan dan nikmat yang diberikan oleh Allah ﷻ kepada orang lain baik itu tetangganya, temannya, kerabatnya, saudara-nya, keluarganya, dan bahkan ia berusaha agar orang-orang tersebut mereka kesenangannya semua hilang dan menjadi susah.
Orang yang ada hasad di dalam hatinya akan merasa senang ketika melihat orang lain susah dan sangat susah, dan di sisi lain kecewa melihat orang lain senang.
Penyakit ini biasanya menjangkiti orang-orang yang bergelut dalam dunia politik, bisnis, dalam dunia pekerjaan, keluarga, bahkan terkadang di kalangan orang-orang berilmu pun terjangkit penyakit ini.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa’ 32:
وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللّٰهُ بِهٖ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍۗ لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُوْاۗ وَلِلنِّسَاۤءِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَۗ وَسْـَٔلُوا اللّٰهَ مِنْ فَضْلِهٖۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا
“Dan janganlah engkau iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah ﷻ kepada sebagian engkau lebih banyak dari sebagian yang lain. (Sebab) Bagi orang laki-laki ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang (telah) mereka usahakan, dan memohonlah kepada Allah ﷻ sebagian dari karunia-Nya. Sesungguh-nya Allah ﷻ Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisa’: 32)
Baginda Nabi Muhammad Rasulullah ﷺ bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ، فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ
”Jauhkanlah dirimu dari sifat hasad dengki, karena sesungguhnya hasad dengki itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu-bakar.” (H.R. Abu Dawud)
2. Ghadhab
Sikap pemarah dan emosi merupakan sikap negatif yang wajib dijauhi karena sikap marah yang tak terkawal, akan dapat menggugurkan amalan-amalan shalih yang kita lakukan.
Muslim sejati yang kuat bukanlah mereka yang pandai dan jago dalam bergulat, namun muslim yang kuat adalah muslim yang mampu menahan emosi atau amarahnya ketika ia sedang marah.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surah Ali-Imran, ayat 134:
… وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
“…Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali-Imran: 134)
Baginda Nabi Muhammad Rasulullah ﷺ bersabda:
لَا تَغْضَبْ. فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ: لَا تَغْضَبْ
“Janganlah engkau marah.” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi ﷺ bersabda, “Janganlah engkau marah.” (HR Al-Bukhari)
3. Ghibah
Ghibah atau biasa kita sebut dengan “nggosip” adalah suatu hal yang sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat.
Ghibah pada hakikatnya adalah membicarakan hal orang lain (tanpa ada niat dan maksud dan tujuan tertentu) yang apabila didengar oleh orang yang sedang dibicarakan maka orang tersebut akan merasa malu, tersinggung, dan bahkan marah.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Hujurat 12:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
“Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka (kecurigaan), sebab sebagian prasangka adalah dosa; janganlah (kalian) mencari-cari keburukan orang, dan jangan (kalian) menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara engkau suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah engkau merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah ﷻ sesungguhnya Allah ﷻ Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)
Perbuatan ini juga mampu mengikis habis amalan shalih kita, bahkan ketika di akhirat kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan tersebut.
Pahala amalan shalih yang kita kerjakan akan diberikan kepada orang yang kita ghibahi dan ketika hal tersebut tidak cukup untuk menebus perbuatan kita, maka dosa-dosa orang yang kita ghibahi akan dilimpahkan kepada kita. Na’udzubillahi min dzalik.
4. Takabur
Amalan terakhir yang dapat mengikis pahala kita adalah takabur. Sungguh, takabur ini merupakan sifat iblis.
Sebagaimana iblis yang amal ibadahnya sangatlah luar biasa kepada Allah ﷻ, namun ketika Allah ﷻ menciptakan Nabi Adam ‘alaihissalam dengan dibekali berbagai pengetahuan dan memerintahkan kepada seluruh malaikat untuk bersujud padanya, iblis menolak dengan angkuh.
Semua malaikat tunduk dengan perintah Allah ﷻ, hanya iblis yang enggan untuk bersujud kepada Nabi Adam ‘alaihissalam.
Iblis merasa tak layak melakukannya dan merasa lebih baik dari Nabi Adam ‘alaihissalam sehingga karena perbuatannya itu, Allah ﷻ menjadikannya terhina di dunia dan juga di akhirat.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an surah Luqman ayat 18:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman:18)
Dalam ayat yang lain Allah ﷻ berfirman:
اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِيْنَ
“Sesungguhnya (Dia Allah ﷻ) tidak menyukai orang-orang yang suka menyombongkan diri.” (QS. An-Nahl: 23)
Adapun dari hadits Rasulullah ﷺ, diriwayatkan dari Haritsah bin Wahb Al-Khuza’i berkata bahwa ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Maukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur (sombong).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Demikian empat hal yang dapat mengikis atau merusak pahala amal shalih. Hasad, ghadab, ghibah, dan takabur. Semoga Allah ﷻ senantiasa memudahkan kita untuk mengerjakan amalan-amalan yang Dia cintai dan juga memudahkan kita untuk menjauhi segala amalan yang dapat merusak pahala amal shalih kita.
(Kutip Ulasan Materi Dakwah Khutbah)