Bondowoso, kabarnusa24.com.
Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) lewat program Power To Youth melakukan kegiatan Pertemuan Advokasi Penyedia Layanan Kesehatan Kabupaten Bondowoso di Hotel Grand Padis, Jumat (22/3/2024).
Ada dua isu yang digarap YGSI,yakni Hak Kesehatan Reproduksi dan Seksual (HKSR) dan Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KBGS).
Hadir dalam kegiatan itu, bapekab Bondowoso, DPMD Bondowoso, kemenag Bondowoso, kepala puskesmas Maesan, kepala puskesmas Wringin, bidan desa sumber Sari, bidan desa gubrih, bidan desa ampelan, bidan desa suco lor, kepala desa, Forum Anak, Media, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial P3AKB,Tanoker, STI At Takwa Bondowoso , Unibo Bondowoso, Gereja Jawi Wetan Bondowoso, Fatayat NU,serta lembaga swadaya masyarakat lain.
Nurhadi dari Tanoker Ledokombo Jember mengatakan ada tiga hal yang menjadi garapan dari program Power To Youth yang dilakukan oleh YGSI,yakni pernikahan anak, remaja hamil dan berbagai praktek KBGS. “Ini menjadi garapan kami,agar pernikahan anak atau perkara anak bisa dicegah atau diturunkan kasus nya. Juga, kehamilan anak,”kata nya.
kadis Sosial P3AKB Anisatul Hamida lewat zoom mengatakan angka dispensasi kawin di Bondowoso sudah turun.”itu berkat usaha Dinas Sosial dan berbagai lembaga terkait,”, kata nya.
Sumaryati Kabid dinas sosial mengatakan mengajak pemuda untuk menjadi generasi pelopor dan pelapor yang berani speak up jika menemukan kasus kekerasan dilingkungan.
Astono dari kemenag Bondowoso mengatakan Bondowoso berhasil menghambat diskah atau dispensasi nikah tapi belum mampu menstop angka pernikah anak. Itu karena masyarakat berpendapat lebih baik nikah daripada zina. “Itu karena atong rotong yakni anak yang belum cukup umur tapi sudah tunangan dan dianggap konsep pertunangan sudah sama dengan nikah,” katanya.
Abdurahim dari desa Sumber Sari Maesan Bondowoso mengatakan bahwa penyuluhan agama di desa kurang pro aktif dalam mencegah pernikahan anak bahkan tokoh masyarakat selalu menggembosi upaya Abdurahrahim dalam mencegah pernikahan anak.(Eko)