Tutup
Sekapur Sirih

Materi Khutbah Jumat: Hak Sesama Muslim yang Harus Dijaga

2
×

Materi Khutbah Jumat: Hak Sesama Muslim yang Harus Dijaga

Sebarkan artikel ini
Materi Khutbah Jumat: Hak Sesama Muslim yang Harus Dijaga

Materi Khutbah Jumat: Hak Sesama Muslim yang Harus Dijaga

Kabarnusa24.com,-

KHUTBAH PERTAMA

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوْا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Allah subhanahu wata’ala menciptakan manusia sebagai makhluk individu sekaligus sosial. Makhluk individu dalam arti ia memiliki karakter yang unik, berbeda satu dengan yang lain. Sedangkan manusia sebagai makhluk sosial maksudnya ia membutuhkan manusia lain dalam memenuhi hajat atau kebutuhannya.

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan sebuah kelompok dalam kehidupannya. Semua itu adalah dalam rangka saling mengambil manfaat dan tolong-menolong.

Dalam menjalankan perannya sebagai makhluk individu dan sosial, manusia mempunyai hak-hak dan kewajiban yang harus diperhatikan. Hal ini sebagai prasyarat untuk menciptakan kehidupan yang baik dan harmonis di tengah-tengah masyarakat.

Bagi seorang muslim, menjalankan hak dan kewajiban di tengah masyarakat bukan semata tuntutan sosial, lebih dari itu karena ia juga merupakan tuntunan agama.

Lima Hak Sesama Muslim
Banyak hadits-hadits Rasul yang berbicara tentang hak sesama muslim yang harus ditunaikan sebagai bagian dari anggota masyarakat. Salah satunya adalah dalam sabda Rasul yang diriwayatkan oleh imam al-Bukhari hadits nomor 1183 berikut ini,

Abu Hurairah berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ خَمْسٌ: رَدُّ السَّلَامِ، وَعِيَادَةُ الْمَرِيْضِ، وَاتِّبَاعُ الْجَنَائِزِ، وَإِجَابَةُ الدَّعْوَةِ، وَتَشْمِيتُ الْعَاطِسِ

“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima perkara: menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah, menghadiri undangan, dan mendoakan orang yang bersin.”

Lima hal yang disebutkan dalam hadits ini tentu bukan bermakna pembatasan, hadits ini hanya salah satu dari sekian banyak hadits yang berbicara tentang hak dan kewajiban sesama muslim.

Pertama: Menjawab Salam
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Salah satu bentuk kepedulian, penghargaan, dan penghormatan seseorang kepada orang lain adalah dengan saling menyapa. Dengan itu hubungan akan semakin erat dan akrab.

Banyak cara atau ekspresi seseorang ketika menyapa saudaranya, namun dalam ajaran Islam cara yang disyariatkan adalah dengan mengucapkan salam: ‘Assalamualaikum’, atau lengkapnya, ‘Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh’.

Salam sendiri dalam bahasa Arab berasal dari kata salima yang bermakna selamat atau damai. Bukan sekadar sapaan semata, tapi inti dari salam adalah doa, mendoakan keselamatan bagi orang lain. Salam juga bermakna tahiyyah (penghormatan) sebagaimana yang tersebut dalam al-Quran Surat an-Nisa ayat 86.

Artinya ketika seseorang mengucapkan salam, sesungguhnya dia sedang memberikan penghormatan. Penghormatan dalam bentuk jaminan akan nilai-nilai keselamatan dan kedamaian.

Selain itu, mengucapkan salam dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Ammar bin Yasir disebut sebagai salah satu bukti kesempurnaan imam.

ثَلَاثٌ مَنْ جَمَعَهُنَّ فَقَدْ جَمَعَ الْإِيمَانَ الْإِنْصَافُ مِنْ نَفْسِكَ وَبَذْلُ السَّلَامِ لِلْعَالَمِ وَالْإِنْفَاقُ مِنْ الْإِقْتَارِ

“Tiga perkara yang apabila seseorang memiliki ketiga-tiganya, maka akan sempurna imannya:(1) Bersikap adil pada diri sendiri,(2) mengucapkan salam pada setiap orang, dan (3) berinfak dalam kondisi pas-pasan.” (HR. Al-Bukhari, 1/15)

Orang muslim yang sempurna imannya adalah orang yang saling mencintai, bukti cinta itu dia wujudkan dengan mengucapkan salam.

Ada rasa yang berbeda ketika mengucapkan salam pada sahabat atau saudara ketika bertemu, sambil bersalaman, apalagi berpelukan. Saat itu ada kebahagiaan menyelusup ke dalam hati. Kebahagiaan yang mungkin tak mampu dilukis dengan kata-kata.

Kedua: Menjenguk Orang Sakit

Setiap kita barangkali pernah merasakan sakit. Saat sakit badan terasa lemas, makan tak berselara, pikiran kacau, sedih, kesepian, khawatir, bahkan terkadang sampai pada tingkatan tidak ada harapan untuk meneruskan hidup.

Dalam kondisi seperti ini, dukungan, motivasi, doa dan kunjungan dari kawan-kawan atau kerabat menjadi sangat penting bagi si sakit agar tetap kuat dan sabar dalam menghadapi cobaan sakit yang sedang dia rasa. Dia pasti akan merasa senang, semangat, atau paling tidak dirinya merasa berharga.

Terkait keutamaan menjenguk orang sakit, Rasulullah menyebutkan dalam hadits berikut sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim hadits nomor 2568,

إِنَّ الْمُسْلِمَ إِذَا عَادَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ لَمْ يَزَلْ فِي خُرْفَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَرْجِعَ

“Sesungguhnya seorang muslim jika menjenguk saudara muslimnya (yang sedang sakit) maka dirinya senantiasa berada di taman surga, sampai dirinya kembali.”

Menjenguk orang sakit adalah sarana untuk mengumpulkan pahala. Sekaligus ia juga merupakan bentuk kepedulian terhadap sesama, serta sarana untuk lebih bersyukur atas karunia nikmat sehat yang masih kita terima.

Ketiga: Mengantarkan Jenazah

Kematian itu pasti akan menghampiri siapa saja. Ketika ada orang yang meninggal dunia, yang masih hidup berkewajiban untuk memenuhi hak mayit. Hukum memenuhi kewajiban ini bersifat fardhu kifayah (kewajiban bersama).

Dalam kitab Matan Ghayah wa Taqrib halaman 14-15 disebutkan, kewajiban bagi orang yang hidup terhadap mayit itu ada empat: memandikan, mengafani, menshalati, dan menguburkannya.

Memandikan dan mengafani biasanya hanya oleh beberapa orang, terbatas bagi kerabat, atau orang yang ditunjuk keluarga secara khusus. Namun untuk menshalatkan dan mengantarkan ke tempat peristirahatan terakhir, bisa dilakukan oleh siapa pun tanpa ada batasan tertentu.

Oleh sebab itu, perintah yang secara detail disebutkan pahalanya oleh Rasulullah adalah menshalatkan dan mengantarkan ke pekuburan.

Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, sebagaimana termaktub dalam kitab Shahih Al-Bukhari hadits nomor 47,

مَنْ اتَّبَعَ جَنَازَةَ مُسْلِمٍ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا وَكَانَ مَعَهُ حَتَّى يُصَلَّى عَلَيْهَا وَيَفْرُغَ مِنْ دَفْنِهَا فَإِنَّهُ يَرْجِعُ مِنَ الْأَجْرِ بِقِيرَاطَيْنِ كُلُّ قِيرَاطٍ مِثْلُ أُحُدٍ وَمَنْ صَلَّى عَلَيْهَا ثُمَّ رَجَعَ قَبْلَ أَنْ تُدْفَنَ فَإِنَّهُ يَرْجِعُ بِقِيرَاطٍ

“Barang siapa mengiringi jenazah muslim karena imam dan mengharapkan balasan (pahala), dan ia selalu bersama jenazah tersebut sampai dishalatkan serta dikuburkan, maka dia pulang dengan membawa dua qirath. Setiap qirath setara dengan Gunung Uhud. Dan barang siapa menyalatkannya dan pulang sebelum dikuburkan, maka dia pulang membawa satu qirath.”

Selain mendapat pahala yang besar, hikmah lain di balik perintah ini adalah membuat kita selalu mengingat kematian. Ketika mengiring jenazah, pasti akan terbayang pula oleh kita bahwa suatu saat nanti kita pun pasti akan diperlakukan seperti itu juga.

Selain daripada itu, mengiringi jenazah adalah bentuk takziyah (menghibur) keluarga jenazah dari kesedihan. Keluarga yang ditinggal merasa sangat terhibur manakala saudara-saudaranya hadir pada saat itu, menghibur, memotivasi agar tabah menghadapi cobaan yang sedang dia hadapi.

Keempat: Menghadiri Undangan

Hak sesama muslim selanjutnya adalah menghadiri undangan.

Undangan yang dimaksud di sini adalah undangan secara umum, baik itu walimatul ‘urs (pesta pernikahan), aqiqah, maupun syukuran khitan, haji, dan sebagainya. Namun, yang wajib dihadiri menurut mazhab Syafi’i adalah undangan pernikahan, selainnya dihukumi sunah, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Fathul Wahhab jilid 1 halaman 104.

Imam an-Nawawi menjelaskan dalam kitab Syarh Muslim li an-Nawawi jilid 18 halaman 246 menjelaskan, seseorang boleh tidak menghadiri undangan tersebut disebabkan adanya uzur, seperti (1) suguhan tidak jelas kehalalannya, (2) undangan hanya dikhususkan untuk orang kaya, (3) ada yang tersakiti jika ia hadir, (4) terdapat orang yang tidak layak untuk bersamanya, (5) diundang karena yang mengundang khawatir akan sikap buruknya, (6) diundang karena mengharap jabatan darinya, dan (7) diundang agar ia berkenan membantu dalam kebathilan.

Selain itu, tidak boleh ada kemungkaran dalam acara tersebut, semisal adanya minuman keras (miras), alat musik, perabot dari sutra, gambar-gambar hewan (yang dilarang), dan menggunakan bejana yang terbuat dari emas dan perak.

Kelima: Mendoakan Orang yang Bersin

Hak sesama muslim kelima adalah mendoakan orang yang bersin.

Bersin adalah keluarnya udara dengan keras, kuat, disertai hentakan melalui dua lubang: hidung dan mulut. Bersamaan dengan bersin keluarlah debu, kuman, kutu, atau mikroba yang terkadang masuk tanpa sengaja ke dalam organ pernafasan sehingga saluran pernafasan menjadi bersih kembali.

Rasulullah memberikan tuntunan bagi orang yang bersin agar berusaha menutup mulutnya dengan kain atau tangan, dan berusaha menahan suara agar tidak mengganggu orang lain.

Selain itu Rasul juga memerintahkan bagi yang bersin atau mendapati saudaranya yang bersin untuk berdoa. Sebagaimana dalam hadits riwayat Abu Dawud nomor 5033 berikut.

إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ وَلْيَقُلْ أَخُوهُ أَوْ صَاحِبُهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ وَيَقُولُ هُوَ يَهْدِيكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ

“Apabila salah seorang di antara kalian bersin, hendaklah dia mengucapkan, ‘Alhamdulillah ‘ala kulli haalin,’ dan saudaranya yang mendengar mengucapkan, ‘Yarhamukallah,’ dan dia menjawab, ‘Yahdikumullah wa yushlih baalakaum.’”

Imam an-Nawawi menjelaskan dalam kitab al-Adzkar jilid 1 halaman 442, para ulama sepakat atas disunahkannya mengucapkan lafaz ‘Alhamdulillah’, atau ‘Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin’, atau ‘Alhamdulillah ‘ala kulli haalin’ ketika bersin.

Bersin secara kesehatan dianggap sebagai respons tubuh untuk melindungi otak dari hal yang bisa mengganggu kinerjanya. Sehingga ketika bersin, sejatinya tubuh yang bersangkutan akan sehat sebab bersih dari kuman dan mikroba yang berbahaya.

Dari sini bisa kita paham bahwa bersin adalah nikmat Allah yang patut disyukuri, dan wujud syukur itu adalah dengan membaca doa seperti yang disebutkan oleh Rasul dalam hadits di atas.

Siapa Saja yang Bisa Disebut Muslim?
Muslim itu mempunyai makna yang lebih umum dari mukmin apabila disebut secara bersamaan. Muslim kaitannya dengan orang yang melakukan amalan lahiriah, baik perkataan lisan maupun anggota badan. Sementara mukmin terkait dengan amalan-amalan batin.

Namun apabila disebut secara terpisah, muslim dan mukmin itu bermakna sama. Seperti yang disebutkan dalam hadits lima hak sesama muslim.

Dalam hadits itu Rasul menggunakan kata “muslim”, tapi muslim dalam hadits itu juga bermakna mukmin, sebab disebutkan secara terpisah.

Standar seseorang dikatakan muslim adalah apabila dia percaya pada rukun Islam yang lima, dan mukmin apabila percaya pada rukun iman yang enam.

Artinya, siapa pun orang itu selama rukun Islamnya lima dan rukun imannya enam, dia berhak mendapat lima hak sesama muslim sebagaimana yang disebutkan Rasulullah.

Pemahaman akan hal ini penting, karena faktanya sering terjadi di tengah masyarakat, sebab beda ormas, beda pada amaliah ibadah yang masih dalam ranah khilafiah, sengketa masalah keluarga, atau masalah di tempat kerja, berakibat pada pengabaian akan hak-hak saudara muslim yang seharusnya dia tunaikan.

Kaum muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Demikian materi khutbah Jumat tentang lima hak sesama muslim yang harus dijaga. Semoga khutbah yang kami sampaikan ini bermanfaat, terutama bagi diri pribadi dan jamaah sekalian.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH KEDUA

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ

اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ المَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

 

Pemateri: Ashabul Yamin

Sumber: Materi Khutbah Jumat dakwah.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *