Oleh : Yuni Safwani Jurusan teknik sipil, Universitas Malikussaleh
kabarnusa24.com. ||Lhokseumawe merupakan sebuah kota yang terletak di provinsi Aceh, Indonesia, yang telah lama dikenal dengan sejarahnya yang kompleks, terutama terkait dengan konflik bersenjata yang melanda wilayah tersebut selama puluhan tahun.
Meskipun konflik tersebut telah mereda sejak ditandatanganinya perjanjian damai antara pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka pada tahun 2005. Aceh dikenal dengan provinsi teraman, namun belakangan banyaknya tindakan kejahatan yaitu pembegalan yang semakin sering terjadi. Pembegalan merupakan tindakan kejahatan yang melibatkan pemaksaan dan pengambilan barang atau harta benda secara paksa dari seseorang atau kelompok, saat telah menjadi ancaman serius bagi masyarakat Lhokseumawe. Tidak hanya merugikan secara material, tetapi juga mengancam keselamatan dan kesejahteraan individu yang menjadi korban.
Dengan maraknya kasus pembegalan ini, menjadi penting bagi pemerintah dan masyarakat setempat untuk bertindak secara efektif dalam menangani masalah ini.
Mirisnya kebanyakan pelaku pembegalan ini ialah remaja dibawah umur yang masih mengenyam pendidik sekolah meenengah atas. Yang mana pelaku masih dalam perlindungi undang-undang dan hukum yang berlaku.
Remaja yang terlibat dalam aksi pembegalan ini menjalankan aksinya dengan menggunakan senjata tajam berupa sajam dan celurit, tidak hanya mencerminkan tingkat kenakalan yang mengkhawatirkan, tetapi juga mengancam moralitas dan keamanan masyarakat secara keseluruhan. Tindakan semacam itu tidak hanya merugikan korban langsung dari kejahatan tersebut, tetapi juga menyebarkan ketakutan dan ketidakamanan di kalangan warga. pembegalan ini seolah menjadi trend dikalangan remaja. Tren kenakalan remaja saat ini menimbulkan keprihatinan dalam dunia pendidikan, karena perilaku negatif yang semakin merajalela dapat mengganggu proses belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu, perlu adanya upaya yang lebih besar dari pihak sekolah dan orang tua untuk memberikan pendidikan yang lebih baik mengenai nilai-nilai moral dan etika kepada remaja guna mengatasi tren kenakalan tersebut dan menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih positif dan produktif , tak hanya peran guru dan orang tua penting bagi pihak berwenang untuk mengambil langkah-langkah tegas dalam menangani perilaku kriminal remaja ini demi menjaga keamanan dan keadilan sosial.
Pertama-tama, penting untuk memahami akar penyebab dari maraknya kasus pembegalan ini. Salah satu faktor utama mungkin terkait dengan situasi ekonomi dan sosial di daerah tersebut. Jika banyak individu atau keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi, maka tingkat kejahatan seperti pembegalan cenderung meningkat. Remaja yang berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang sulit mungkin cenderung mencari cara alternatif untuk memperoleh uang atau barang-barang yang diinginkan. Ketika mereka merasa tidak memiliki akses terhadap sumber daya yang memadai, pembegalan bisa menjadi pilihan yang terlihat menarik. Selain itu pengaruh faktor lingkungan tempat remaja berinteraksi, terutama teman sebaya, memiliki pengaruh besar dalam membentuk perilaku mereka. Jika remaja terlibat dalam lingkungan yang kurang baik, kemungkinan besar mereka akan terpengaruh dan terlibat dalam aktivitas pembegalan. umumnya remaja ynag masih berada dimasa peralihan mengalami ketidakstabilan emosional dan mental dalam Upaya mencari jati diri beberapa remaja mungkin mengalami masalah emosional atau mental yang tidak diatasi dengan baik. Ketidakstabilan ini dapat memengaruhi cara mereka berpikir dan bertindak, sehingga lebih rentan terhadap perilaku yang merugikan diri sendiri dan orang lain, seperti pembegalan. Ketidakmampuan remaja dalam mengelola permasalahnan dapat menyebabkan frustrasi pada remaja, remaja yang tidak memiliki keterampilan dalam mengelola konflik atau mengalami frustrasi mungkin cenderung menggunakan kekerasan atau tindakan kriminal sebagai cara untuk menyelesaikan masalah atau melampiaskan emosi mereka. Pengaruh media social juga menjadi salah satu alasan terjadinya kenalan berupa pembegalan, budaya populer dan media massa sering kali menggambarkan citra kekerasan dan kekayaan sebagai sesuatu yang menarik dan diinginkan. Remaja yang terpapar terus-menerus pada kasus ini mungkin memiliki dorongan untuk mengejar kesuksesan instan dan kekayaan dengan cara apapun, termasuk pembegalan. Remaja yang tidak mendapatkan pengawasan yang cukup dari orang tua atau peran orang tua cenderung memiliki kebebasan dan keberanian yang lebih besar untuk terlibat dalam perilaku berisiko, termasuk pembegalan. Tak hanya itu pengetahuan tentang hukum sangat diperlukan bagi remaja, beberapa remaja mungkin kurang memperhatikan atau mengabaikan konsekuensi hukum dari tindakan kriminal seperti pembegalan. Mereka mungkin merasa tidak takut atau tidak sadar akan resiko ditangkap dan dihukum, sehingga terlibat dalam perilaku yang melanggar hukum dengan lebih mudah.
Memahami faktor-faktor ini dapat membantu dalam merancang strategi pencegahan yang efektif untuk mengurangi angka pembegalan di kalangan remaja. Upaya-upaya seperti meningkatkan ketersediaan alternatif yang positif, memberikan pendidikan dan dukungan mental-emosional, dan memperkuat hubungan antara remaja, keluarga, dan komunitas dapat berkontribusi dalam mengatasi permasalahan ini. Oleh karena itu, langkah-langkah untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat dapat membantu mengurangi insiden pembegalan. Selain itu, masalah keamanan juga perlu ditangani dengan serius. Peningkatan patroli polisi dan peningkatan kehadiran aparat keamanan di kawasan yang rawan pembegalan dapat membantu mencegah kejahatan tersebut. Selain itu, peningkatan kerjasama antara kepolisian, militer, dan masyarakat setempat juga penting untuk mengatasi masalah keamanan ini secara efektif. Namun, penanganan masalah pembegalan tidak hanya tentang penegakan hukum dan keamanan semata. Pentingnya peran Masyarakat sekitar juga diperlukan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan ini. Masyarakat perlu diberdayakan untuk melaporkan aktivitas mencurigakan dan bekerja sama dengan pihak berwenang dalam upaya pencegahan pembegalan. Selain itu, edukasi juga merupakan kunci penting dalam mengatasi masalah pembegalan. Masyarakat perlu diberi pemahaman tentang risiko dan konsekuensi dari tindakan kriminal seperti pembegalan, serta pentingnya menjaga keamanan pribadi dan kolektif. Program-program sosialisasi dan penyuluhan tentang keamanan dapat diadakan secara teratur di berbagai tingkatan masyarakat, mulai dari sekolah hingga tingkat komunitas. Tidak kalah pentingnya adalah memperkuat kerjasama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta dalam upaya mengatasi masalah pembegalan. Melalui kemitraan yang kokoh dan berkelanjutan, berbagai pihak dapat saling mendukung dalam merancang dan melaksanakan program-program pencegahan dan penanggulangan kejahatan. Selain itu remaja yang terlibat juga perlu diberikan sanksi yang tegas agar menimbulkan efek jera bagi mereka. Sanksi hukum yang tegas memang diperlukan sebagai bentuk penegakan hukum, tetapi juga perlu dipertimbangkan pendekatan rehabilitatif untuk para pelaku kejahatan. Melalui pendekatan ini, para pelaku pembegalan memiliki kesempatan untuk memperbaiki perilaku mereka dan kembali menjadi anggota yang produktif dalam masyarakat.Dengan demikian, dalam menghadapi tantangan pembegalan di Kawasan Lhokseumawe, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan terpadu dari berbagai pihak. Pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta perlu bekerja sama dalam upaya pencegahan, penanggulangan, dan rehabilitasi terhadap kasus pembegalan. Hanya dengan upaya bersama yang kokoh dan berkesinambungan, masalah ini dapat diatasi secara efektif, dan keamanan serta kesejahteraan masyarakat Lhokseumawe dapat terjamin.