Materi Khutbah Jumat: Bulan Dzulqa’dah Momentum Perubahan
Kabarnusa24.com,–
KHUTBAH PERTAMA
اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَمْدَ النَّاعِمِيْنَ حَمْدَ الشَّاكِرِيْنَ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ
نَشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
نُصَلِّيْ وَنُسَلِّمُ عَلَى الرَّسُوْلِ الْأَمِيْنَ الْمَبْعُوْثِ لِلْعَالَمِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَلَا فَإِنِّيْ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ حَيْثُ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, marilah kita bersyukur kepada Allah Ta’ala, pada kesempatan yang mulia ini, Allah Ta’ala masih memberikan berbagai pintu kenikmatan kepada kita semua. Sehingga kita bisa melangkahkan kaki, beribadah, dan bersimpuh sujud di hadapan Allah dalam keadaan sehat wal afiat.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, suri tauladan terbaik, dan panutan umat sepanjang masa yang kita harapkan syafaatnya kelak pada hari kiamat.
Ketiga kalinya, khatib berwasiat kepada diri pribadi dan kepada para jamaah agar senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Sungguh sebaik-baik manusia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah
Di antara bentuk kenikmatan Allah adalah diciptakannya waktu-waktu yang mulia agar para hamba dapat memperoleh banyak kebaikan darinya.
Allah menciptakan Ramadhan bulan magfirah, sebagai bulan pengampunan. Di dalamnya terdapat malam Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan.
Allah juga menciptakan bulan Syawal yang terkenal dengan keistimewaannya, puasa enam hari di bulan Syawal. Allah menciptakannya agar manusia termotivasi untuk mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya menuju alam keabadian.
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah
Di antara waktu-waktu mulia itu adalah bulan Dzulqa’dah yang saat ini kita berada di dalamnya. Bulan kesebelas dalam kalender Hijriah ini merupakan bagian dari empat bulan haram dalam Islam.
Mengapa dinamakan bulan Dzulqa’dah?
Secara bahasa, Dzulqa’dah diambil dari kata qu’ud (قعود) yang bermakna duduk. Hal ini karena orang-orang Arab dahulu tidak melakukan perjalanan atau peperangan pada bulan Dzulqa’dah guna menghormati bulan tersebut dan mempersiapkan diri untuk melaksanakan haji.
Menurut Ibnu Abbas, Dzulqa’dah adalah tiga puluh malam yang disebutkan Allah dalam al-Quran ketika menjanjikan kepada Nabi Musa untuk memberikan kepadanya kitab Taurat.
Tersebab itu, tentu banyak hikmah yang bisa dijadikan pelajaran agar seorang muslim dapat meraih banyak kebaikan dari bulan ini.
Lantas apa hikmah di balik hadirnya bulan Dzulqa’dah bagi seorang muslim?
Hikmah Hadirnya Bulan Dzulqa’dah
Pertama: Dzulqa’dah merupakan awal bulan haram
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah
Bulan Dzulqa’dah termasuk awal dari empat bulan haram yang disebutkan dalam al-Quran. Pada bulan ini amal kebaikan akan dilipatgandakan dan larangan agar tidak melakukan maksiat dan kezaliman sangat ditekankan.
Tentang empat bulan haram tersebut Allah Ta’ala berfirman dalam surat At-Taubah ayat 36,
فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ
“Maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.”
Imam Qatadah menjelaskan—dalam Jami’ al-Bayan, juz 14, hlm. 238-239—bahwa kezaliman yang dilakukan di empat bulan haram lebih berat dosanya daripada kezaliman yang dilakukan di bulan-bulan yang lain. Kendati segala bentuk kezaliman adalah sesuatu yang berat. Hanya saja Allah menjadikan besar suatu urusan sesuai kehendak-Nya.
Dalam ayat tersebut, Allah melarang kita berbuat zalim. Jangan sampai kita menzalimi diri kita sendiri, baik dengan melakukan perbuatan yang haram maupun dengan melalaikan kewajiban. Terlebih lagi menzalimi orang lain.
Secara khusus larangan berbuat zalim itu disebutkan pada bulan-bulan haram agar para hamba sadar bahwa dosa dan kemaksiatan yang dilakukan di dalamnya lebih berat dibanding dengan bulan-bulan selainnya.
Larangan berbuat dosa dan kezaliman tersebut juga mengajarkan kepada kita bahwa mencegah diri dari segala bentuk kemaksiatan adalah awal mula dari terbukanya jalan untuk berbuat taat.
Kita akan semakin mudah mendekatkan diri kepada Allah manakala kita menjauh dari kubangan dosa. Kita akan semakin mudah mendapatkan pertolongan dan kemudahan dari Allah manakala kita semakin menjaga diri dari kezaliman.
Bukankah kita akan menemukan cahaya jika menghindar dari kegelapan?
Tak heran, di akhir ayat tersebut Allah Ta’ala menjanjikan bahwa Dia akan bersama orang-orang yang bertakwa, sebagai balasan atas usaha keras mereka dalam menjauhi segala bentuk dosa.
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam surat At-Taubah ayat 36,
وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلۡمُتَّقِينَ
“Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.”
Ketika menafsirkan ayat ini, Imam ath-Thabari berkata, “Ketahuilah wahai orang-orang beriman, jika kalian memerangi orang-orang musyrik seluruhnya dan benar-benar bertakwa, kalian juga menaati perintah dan larangan Allah serta tidak menyelisihi perintah atau bermaksiat pada-Nya, niscaya Allah akan bersama kalian dalam melawan musuh dan orang-orang musyrik. Dan barang siapa yang dibersamai oleh Allah, maka tidak akan ada yang mampu mengalahkannya.”
Kedua: Nabi tidak pernah umrah, kecuali di bulan Dzulqa’dah
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah
Imam Muslim dalam Shahih-nya, hadits nomor 2197, meriwayatkan, Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan ibadah umrah sebanyak empat kali semasa hidupnya. Semuanya dilakukan di bulan Dzulqa’dah, kecuali umrah yang beliau kerjakan bersamaan dengan hajinya.
Umrah di bulan Dzulqa’dah memiliki keutamaan tersendiri. Bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa umrah di bulan Dzulqa’dah adalah umrah paling utama setelah umrah di bulan Ramadhan. Sebab seluruh umrah Nabi dilaksanakan pada bulan tersebut.
Pertanyaannya, mengapa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan seluruh ibadah umrahnya di bulan Dzulqa’dah?
Bukankah terdapat bulan-bulan lain yang tidak kalah mulianya dari bulan Dzulqa’dah?
Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa ada dua alasan yang mendasari hal itu.
Pertama, karena besarnya keutamaan bulan Dzulqa’dah.
Kedua, untuk menyelisihi keyakinan orang-orang Jahiliah yang mengira bahwa umrah di bulan Dzulqa’dah merupakan perbuatan paling nista.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun melakukan ibadah umrah di bulan Dzulqa’dah untuk menegaskan kebolehan umrah di bulan tersebut dan untuk membatalkan keyakinan syirik masyarakat Jahiliah.
Bulan Dzulqa’dah Momentum Perubahan
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah
Lantas apa hikmah yang bisa kita ambil?
Keistiqamahan beliau melaksanakan ibadah umrah di bulan Dzulqa’dah mengajarkan kepada kita untuk selalu mengagungkan dan menghargai waktu sebaik-baiknya guna beribadah. Terutama waktu-waktu yang disebutkan keutamaannya dalam al-Quran dan sunah.
Sebab umur manusia sangat terbatas, sementara bekal yang harus dibawa amatlah banyak dan berkualitas.
Jika pada waktu yang mulia saja kita enggan untuk memanfaatkan kesempatan dengan sebaik-baiknya, maka khawatir di bulan-bulan yang lain akan lebih meremehkan.
Imam ath-Thabrani meriwayatkan sebuah hadits, dalam kitabnya al-Mu’jam al-Ausath, jilid 6 halaman 222, hadits nomor 6243,
إِنَّ لِرَبِّكُمْ فِي أَيَّامِ الدَّهْرِ نَفَحَاتٌ، فَتَعَرَّضُوا لَهَا، لَعَلَّ أَحَدَكُمْ أَنْ تُصِيبَهُ نَفْحَةٌ فَلَا يَشْقَى بَعْدَهَا أَبَدًا
“Sesungguhnya Rabb kalian Yang Mahamulia memiliki banyak karunia dalam setiap tahunnya. Jadi, carilah karunia itu. Barangkali kalian memperoleh satu karunia yang dengannya kalian tidak akan sengsara selamanya.”
Maka dari itu, hendaklah kita senantiasa berupaya untuk menghindari kemaksiatan dan sebanyak mungkin mengamalkan ketaatan.
Jika sebelumnya kita masih terbiasa dengan hal-hal yang melalaikan, maka di bulan ini marilah kita perbaiki. Jika sebelumnya kita belum terlalu bergairah untuk beramal saleh, maka di bulan yang mulia ini hendaknya kita tingkatkan kesemangatan.
Jadikanlah awal bulan haram ini sebagai momen bagi kita untuk melakukan perubahan diri. Dari yang tidak baik menuju baik. Dari yang baik menuju lebih baik lagi.
Semoga dengan itu semua, Allah Ta’ala membuka jalan keistikamahan bagi kita hingga penghujung usia.
Demikian materi khutbah Jumat bulan Dzulqa’dah momentum perubahan yang dapat khatib sampaikan. Semoga bulan ini menjadi titik perubahan kita untuk menjadi lebih baik. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ فَتُوْبُوْا وَاسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَلَّا فَإِنِّيْ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَةِ رَسُوْلِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ
كَمَا قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِيْنَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدٗا يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا.
وَقَالَ اللهُ تَعَالَى
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُوْا تَسۡلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَرِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَادُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ حُسْنَ الْخَاتِمَةِ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سُوْءِ الْخَاتِمَةِ. اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ فَلَسْطِيْنَ وَأَنْزِلْ عَلَيْهِمْ رَحَمَاتِكَ يَا رَحْمَنُ يَا رَحِيْمُ
رَبَّنَا آتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Pemateri: Fatih Izzul Islam
(Pengajar Ma’had Aly An-Nuur Liddirasat al-Islamiyah)
Sumber: Materi Khutbah Jumat dakwah.id