Khutbah Jumat: Amalan Sunah Sepuluh Awal Dzulhijjah
Kabarnusa24.com,-
KHUTBAH PERTAMA
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ فَضَّلَ عَشْرَ ذِي الْحِجَّةِ عَلَى سَائِرِ الْأَيَّامِ، وجَعَلَهُ مُوْسِمًا لِعِتْقِ الرِّقَابِ وَمَغْفِرَةِ الذُّنُوْبِ وَالْآثَامِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ذُو الْعَظَمَةِ وَالْجَلَالِ وَالْكَمَالِ وَالدَّوَامِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَفْضَلُ مَنْ صَلَّى وَصَامَ، وَأَتْقَى مَنْ وَقَفَ بِالْمَشَاعِرِ وَطَافَ بِالْبَيْتِ الحَرامِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْأَئِمَّةِ الْأَعْلَام
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
وَقَالَ: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
فَأِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلَّ ضَلاَلَةِ فِي النَّارِ. أَمَّا بَعْد
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Di antara tanda kekuasaan Allah subhanahu wata’ala dan rasa kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya adalah Dia menjadikan hari-hari tertentu memiliki keutamaan. Di antara hari-hari yang memiliki keutamaan adalah sepuluh hari di bulan Dzulhijjah.
Allah subhanahu wata’ala bersumpah dalam Surat Al-Fajr ayat 1—2,
وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْر
“Demi waktu fajar dan malan yang sepuluh.”
Imam Ibnu Katsir menyebutkan dalam tafsirnya dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa sepuluh hari ini adalah sepuluh awal Dzulhijjah.
Dalam ayat yang lain Allah subhanahu wata’ala berfirman, QS. Al-Hajj: 28,
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ
“Dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan.”
Imam al-Bukhari menyebutkan dalam Kitab Shahihnya dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa hari-hari yang ditentukan tersebut adalah sepuluh hari Dzulhijjah.
Dalam hadits shahih disebutkan, Shahihul Jami’ karya Syekh al-Albani no. 1133, dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَفْضَلُ أَيَّامِ الدُّنْيَا أَيَّامُ الْعَشْرِ
“Hari yang paling utama di dunia adalah sepuluh hari (di awal bulan) Dzulhijjah.”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Para ulama menjelaskan bahwa sebab utama yang tampak jelas dari keutamaan hari-hari ini adalah bahwa, pada sepuluh awal Dzulhijjah adalah berkumpulnya semua induk ibadah pada satu waktu, yaitu ibadah shalat, ibadah puasa, sedekah, dan ibadah haji. (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari, 2/534).
Dalam Majmu’ Fatawa, 25/254, Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah pernah ditanya, “Manakah yang lebih utama, sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan ataukah sepuluh awal Dzulhijjah?”
Lalu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjawab, “Sepuluh awal bulan Dzulhijjah di siang hari lebih utama dari sepuluh hari di siang akhir bulan Ramadhan, dan sepuluh hari di malam-malam bulan Ramadhan lebih utama dari sepuluh malam di bulan Dzulhijjah.”
Kemudian Imam Ibnul Qayyim dalam Bada-i’ul Fawaid, 3/660, mengatakan, “Kalau sekiranya kalian perhatikan dengan seksama bahwa tidak ada amalan yang lebih dicintai oleh Allah Ta’ala dari sepuluh hari di bulan Dzulhijjah. Di dalamnya ada hari Arafah, ada hari Qurban, dan ada hari Tarwiah.
Adapun pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan, di sana adalah malam-malam yang selalu dihidupkan oleh Rasulullah dengan qiamulail yang malamnya ada Lailatulkadar yang lebih baik dari seribu bulan.”
Keutamaan beramal saleh pada hari-hari itu bernilai kecintaan Allah bagi mereka yang dapat menggunakannya dengan baik.
Rasulullah pun menjelaskan bahwa amal saleh pada hari-hari itu lebih utama dari berperang di jalan Allah.
Dari Ibnu Abbas, ia berkata, Rasulullah bersabda, HR. Ahmad no. 1867,
“Tidak ada hari yang amal saleh padanya lebih Allah cintai daripada sepuluh hari, yakni Dzulhijjah.”
Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, tidak pula berjihad di jalan Allah?”
Beliau bersabda, “Tidak pula berjihad di jalan Allah, kecuali seorang laki-laki yang keluar dengan jiwa dan hartanya, kemudian dia tidak kembali lagi (terbunuh).”
Adapun beberapa amal saleh yang dapat kita tekuni antara lain
Pertama: Menyambut Masa Berbuat Kebaikan dengan Tobat
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Tidak seorang pun yang terhalang untuk mendapatkan kebaikan, kecuali disebabkan oleh dosanya sendiri, baik itu kebaikan agama maupun kebaikan dunia.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, dalam QS. Asy-Syura: 30,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).”
Dosa dengan segala bentuknya mempunyai pengaruh yang sangat berbahaya terhadap hati. Sebagaimana racun berbahaya bagi badan dan harus dikeluarkan dari tubuh, begitu pula dengan dosa, pengaruhnya terhadap hati sangat kuat sekali.
Satu dosa itu akan melahirkan dosa-dosa lain yang serupa sehingga berat bagi seorang hamba melepaskan diri dan keluar dari perangkapnya.
Oleh karena itu, marilah kita segera bertobat dengan sungguh-sungguh.
Marilah kita sambut hari-hari ini untuk menjauhi perbuatan maksiat dan dosa. Agar tidak melanggar atau menerjang larangan, tidak meninggalkan perintah Allah, serta memperbanyak istigfar dan ingat kepada-Nya.
Karena tidak seorang pun dari kita yang mengetahui kapan kematian datang menjelang sehingga dia pergi meninggalkan dunia yang fana ini.
Tindakan pertama yang harus segera kita lakukan adalah kembali dan bertobat kepada Allah.
Imam Ibnul Qayyim dalam Miftah Daris Sa’adah, 1/287, mengatakan,
“Tidaklah suatu bala turun melainkan karena dosa, dan tidaklah bala tersebut akan diangkat melainkan dengan tobat.”
Imam al-Qurthubi dalam Tafsir Al-Qurthubi, 7/399, mengatakan,
“Istigfar jika dipanjatkan oleh orang-orang bejat (sekalipun), bisa menolak terjadinya hal-hal yang buruk dan mampu menepis berbagai kemudaratan.”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Kedua: Selalu Menjaga dengan Teratur Shalat Jamaah di Masjid
Terlepas dari perbedaan pendapat tentang wajib atau tidaknya shalat berjamaah, yang jelas shalat berjamaah memiliki banyak keutamaan dibandingkan dengan shalat sendirian.
Bukan hanya keutamaan yang terpaut antara 25 atau 27 derajat, orang yang melakukan shalat berjamaah akan mendapatkan ampunan dosa dari setiap langkahnya menuju masjid.
Bahkan siapa yang menjaga shalat berjamaah hingga tidak pernah tertinggal dari takbiratulihram imam selama empat puluh hari, ia akan mendapat penjagaan Allah dari melakukan kenifakan sehingga di akhirat akan terbebas dari api neraka.
Anas bin Malik menuturkan bahwa Rasulullah bersabda, HR. At-Tirmidzi no. 224, dihasankan oleh Syaikh al Albani,
“Barang siapa yang shalat karena Allah selama empat puluh hari secara berjamaah dengan mendapatkan takbiratul pertama (takbiratul ihramnya imam), maka ditulis untuknya dua kebebasan, yaitu kebebasan dari api neraka dan kebebasan dari sifat kemunafikan.”
Adapun makna terbebas dari kenifakan dan neraka sebagaimana yang dimaksud dalam hadits tersebut, ath-Thibi dalam Tuhfatul Ahwadzi, 1/201, menjelaskan,
”Ia dilindungi di dunia ini dari melakukan perbuatan kemunafikan dan diberi taufik untuk melakukan amalan kaum ikhlas. Sedangkan di akhirat, ia dilindungi dari azab yang ditimpakan kepada orang munafik dan diberi kesaksian bahwa ia bukan seorang munafik. Yakni jika kaum munafik melakukan shalat, maka mereka mengerjakan shalatnya dengan bermalas-malasan. Dan keadaannya ini berbeda dengan keadaan orang-orang yang selalu menjaga secara teratur shalat jamaah di masjid.”
Di dalam hadits ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan keutamaan dan janji di atas.
- Melaksanakan shalat dengan ikhlas untuk Allah.
- Shalat tersebut dilaksanakan dengan berjamaah.
- Menjaga jamaah selama empat puluh hari, siang dan malamnya.
- Mendapatkan takbiratulihramnya imam secara berturut-turut.
Zhahir hadits di atas juga menunjukkan bahwa syarat untuk terus-menerus selama empat puluh hari, tanpa diselang dengan absen dari jamaah atau terlambat.
Hal tersebut didukung oleh hadits yang diriwayatkan Imam al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, no. 2746, dari Anas bin Malik,
“Siapa yang menekuni shalat-shalat wajib selama empat puluh malam, tidak pernah tertinggal satu rakaat pun maka Allah akan mencatat untuknya dua kebebasan: yaitu terbebas dari neraka dan terbebas dari kenifakan.”
Kata menekuni (muwazhabah) mengandung arti berturut-turut dan tidak diselang dengan absen dari berjamaah atau mabuk sehingga tidak mendapatkan takbiratulihram imam.
Kesimpulannya, pahala yang disebutkan dalam hadits hanya bagi orang yang telah melaksanakan shalat berjamaah selama empat puluh hari dan mendapatkan takbiratulihram imam secara terus-menerus.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Ketiga: Melaksanakan Shaum (Puasa) Sunah
Nabi shallallahu ‘alihi wasallam bersabda, HR. Al-Bukhari no. 2628 dan Muslim no. 1948,
“Barang siapa yang shaum (berpuasa) satu hari di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkan wajahnya dari neraka sejauh tujuh puluh tahun.”
Dari Hunaidah bin Khalid, dari istrinya dari salah satu istri Nabi, mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ
“Rasulullah berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijjah, pada hari Asyura (10 Muharram) dan tiga hari setiap bulannya.” (HR. Ahmad no. 21302. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Imam Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Latha-iful Ma’arif, 289, menyebutkan, “Di antara sahabat yang mempraktikkan puasa selama sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah adalah Ibnu Umar.”
Ulama lain, seperti al-Hasan al-Bashri, Ibnu Sirin, dan Qatadah juga menyebutkan keutamaan berpuasa pada hari-hari tersebut. Inilah yang menjadi pendapat mayoritas ulama.
Sekiranya kita karena sesuatu hal belum dapat mengamalkan puasa sunah sembilan hari di awal Dzulhijjah, maka minimal kita melaksanakan puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah.
Abu Qatadah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, HR. Muslim no. 1976,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلىَ الله أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ
“Shaumlah pada hari Arafah karena saya telah memohon penghapusan dosa untuk setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya.”
Imam an-Nawawi mengatakan tentang puasa hari Arafah, “Sesungguhnya puasa hari itu sangat disunahkan.”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Keempat: Memperbanyak Zikir dan Membaca Al-Quran
Seseorang akan mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan dengan al-Quran.
Firman Allah, QS. Al-Isra’: 9,
“Sungguh, al-Quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar.”
Nabi juga bersabda, HR. At-Tirmidzi no. 2835,
“Barang siapa membaca satu huruf dari Kitabullah (al-Quran) maka baginya satu pahala kebaikan, dan satu pahala kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali. Aku tidak mengatakan ALIF LAAM MIIM itu satu huruf. Akan tetapi ALIF satu huruf, LAAM satu huruf, dan MIIM satu huruf.”
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengatakan, “Tindakan mengabaikan al-Quran ada bermacam-macam, yaitu tidak mendengarkannya, tidak beriman kepadanya, tidak menghayatinya, tidak mengamalkannya, tidak berhukum kepadanya, dan tidak mencari kesembuhan dengannya untuk penyakit-penyakit hati serta badan.”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Kelima: Shalat Id dan Menyembelih Hewan Qurban
Puncak dari ibadah Dzulhijjah adalah shalat Idul Adha dan penyembelihan hewan qurban pada tanggal 10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
Allah berfirman, QS. Al-Kautsar: 2,
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka laksanakanlah salat karena Rabbmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).”
Imam Ibnu Katsir menjelaskan, “Sebagaimana Allah telah memberimu kebaikan yang banyak di dunia dan akhirat, maka kerjakanlah shalat fardhu dan shalat sunahmu dengan ikhlas karena Allah dan dalam semua gerakmu. Sembahlah Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan sembelihlah hewan kurban dengan menyebut nama-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya.”
Karena Allah berfirman, QS. Al-Hajj: 34,
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الأنْعَامِ
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka.”
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Demikian materi khutbah Jumat tentang amalan sunah di sepuluh awal Dzulhijjah yang dapat Khatib sampaikan pada siang hari yang berbarakah ini. Semoga Allah Ta’ala memberikan kepada kita kekuatan untuk senantiasa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
أَحْمَدُ رَبِّيْ وَأَشْكُرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
اَللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِيْ أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوْبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِيْنَ لِنِعَمِكَ مُثْنِيْنَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتْمِمْهَا عَلَيْنَا
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا
اَللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والْعَفَافَ، والْغِنَى
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Pemateri oleh: Marzuki Ibnu Syarqi
(Redaksi Penerbit Zaduna)
Sumber: Materi Khutbah dakwah.id