Pengertian Syariat dan Hakikat Baitullah
Kabarnu24.com,- Banyak kaum muslimin menganggap Masjid adalah rumah Allah atau pergi berhaji ke Baitullah Ka’bah atau banyak yang mengatakan pergi ke rumah Allah, di Masjidil Haram, Mekkah.
Saudaraku yang dirahmati Allah, baik akan saya jelaskan perihal hakikat Rumah Allah yang sebenar-benarnya.
Apakah Baitullah itu ?
Baitullah itu artinya adalah rumah Allah.
Di manakah Baitullah yang kita tahu?
Baitullah yang kita kenal itu adalah Ka’bah, yang ada di mesjidil Haram.
Kalau begitu artinya, Baitullah itu jauh.
Bukankah Allah mengatakan dalam Al-Qur’an, bahwa Allah itu dekat, bahkan lebih dekat kepadamu dari pada urat lehermu.
Tapi kenapa mengatakan bahwa rumah-NYA jauh?
Kalau Allah dekat kepadamu melebihi dekatnya urat lehermu, harusnya rumah-NYA pun dekat bersamamu.
Bagaimana menurutmu?
Allah telah berfirman :
“Qolbul Mu’min Baitullah…
Qalbu orang yang beriman itu adalah rumah Allah.”
“Bumiku tak sanggup memuat dzat-Ku begitu juga langit-Ku, yang dapat memuat-Ku adalah ‘hati-hati’ hambaku yang beriman, lunak dan tenang”.
(HR. Abu Dawud)
Berarti rumah Allah itu ada dua pengetian ada yang jauh dan ada yang dekat. Ada yang simbolik dan ada yang sebenarnya.
Ada yang Syariat dan ada yang Hakikat.
Kita akan merasakan betapa nikmatnya berkunjung ke Baitullah yang di Mekkah, apabila kita telah dapat berkunjung ke Baitullah yang sebenarnya yang ada pada diri kita.
Kita akan merasakan nikmatnya berkunjung ke Baitullah yang Syari’at apabila telah pernah berkunjung ke Baitullah yang Hakikat, yaitu yang ada pada diri kita (yang ada di dua jari di bawah susu kiri, namanya Qalbun, Hati).
Jadi tidak usah risau kalau kita belum bisa ke masjid atau Ka’bah untuk beribadah haji dan atau umroh, sebab itu semua Rumah Allah secara syariat, adapun Rumah Allah secara hakikat jangan pernah kita tutup, (Qolbul Mu’min Baitulloh).
Qolbu kita tetap untuk sholat setiap waktu tiada putus tiada lalai meski sekejap, isi terus dengan dzikrullah (dzikir khofi), inilah sebenar-benarnya sholat da’im sholat yang tidak mengenal tempat dan waktu.
(Sumber: GWA Alhikmah Bertoriqoh Cikarang Raya)