Jakarta, kabarnusa24.com – Biodiversity Warriors KEHATI tahun 2024 genap berusia 10 tahun. Dibentuk pada tahun 2024 silam, Biodiversity Warriors (BW) bertujuan untuk memopulerkan keanekaragaman hayati Indonesia baik dari sisi keunikan, pelestarian, dan pemanfaatannya secara bertanggung jawab. Namun, seiring berjalannnya waktu,
permasalahan lingkungan hidup semakin berkembang dan kompleks. Biodiversity Warriors dituntut untuk terus meningkatkan kapasitas diri dan melakukan inovasi untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut.
”Sebagai negara megabiodiversity, Indonesia memiliki tanggung jawab untuk melestarikan sejuta potensi keanekaragaman hayati yang ada didalamnya, sekaligus menghadapi ancaman perusakannya. Sepuluh tahun adalah usia yang cukup matang. Dan melalui dukungan Yayasan KEHATI, Biodiversity Warriors diharapkan
mampu memberikan dampak positif yang signifikan dalam kegiatan konservasi di Indonesia,” ujar Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan KEHATI Rika Anggraini.
Rika melihat salah satu tantangan terbesar saat ini adalah belum terbangun kesadaran pentingnya menjaga keanekaragaman hayati. Tak pelak hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat, terutama dampak-dampak negatif yang akan diterima oleh mereka jika terjadi kerusakan pada alam Indonesia. Hal ini tampak jelas dari kebiasaan masyarakat yang masih gemar membuang sampah sembarangan, masih melakukan perburuan liar, dan memelihara satwa yang dilindungi.
Untuk merubah kebiasaan buruk tersebut, Biodiversity Warriors gencar memberikan edukasi lingkungan, baik melalui kunjungan langsung maupun secara digital.
Sudah banyak sekolah, universitas, bahkan perusahaan yang dikunjungi oleh BW untuk diberikan materi terkait pelestarian keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup. Secara digital, BW aktif dalam berkampanye, memberikan seminar, dan pelatihan terkait isu-isu lingkungan.
Dalam melakukan kegiatannya, BW mengedepankan semangat kolaborasi sehingga banyak kegiatan yang dilakukan bersama dengan LSM dan komunitas lingkungan yang lain,
mulai dari kegiatan di lapangan bersama, sampai berkampanye bersama di paltform digital.
Dari kolaborasi tersebut, melahirkan inovasi dan solusi mengatasi permasalahan lingkungan yang
dilakukan oleh para kesatria keanekaragaman hayati Indonesia di bawah naungan BW KEHATI. Mereka berpartisipasi dalam melakukan penyadartahuan kepada masyarakat luas melalui kegiatan penelitian dan aksi langsung di lapangan dan kemudian disebarkan lewat website BW KEHATI.
Berbagai macam kegiatan telah diprakarsai oleh champions muda yang tergabung dalam BW KEHATI sebagai penggerak perlindungan dan penyelamatan biodiversitas Indonesia.
Sebagai contoh di Cirebon, komunitas anak muda Ocean Young Guards, yang hidup dalam lingkungan akademik, rela turun dari kampus menuju kampung dengan fokus pada pengembangan karakter anak-anak usia 9-15 tahun yang tinggal di daerah pesisir dan pulau kecil melalui ide-ide kreatif mereka.
Komunitas muda ini membuat buku ilustrasi berisi tiga tokoh yang mewakili ekosistem laut, yaitu Diva sebagai putri karang, Akau sebagai pendekar mangrove dan Laso sebagai pejuang padang lamun. Melalui buku ini, para champions BW KEHATI merancang pesan konservasi yang lebih mudah dimengerti oleh anak-anak usia dini,-selain melakukan penanaman bibit mangrove bersama; dengan tujuan
menyelamatkan ekosistem laut penting di kawasan tersebut; yakni mangrove,
terumbu karang dan juga padang lamun.
Contoh lainnya di Nusa Tenggara Timur, pada sebuah kampung dataran tinggi bernama Desa Colol, Kabupaten Manggarai Timur, seorang anak muda bernama Yoseph Ronaldi, dengan gigih membantu petani kopi yang terdampak krisis iklim, di tengah maraknya anak-anak muda desa yang pergi merantau meninggalkan kampung halaman.
Ia menjadikan tanaman kopi sebagai pintu masuk membangun penyadaran dan aksi konservasi kepada para petani dengan melibatkan anak-anak muda setempat.
Gerakan-gerakan kolaborasi yang telah dibangun jejaring anggota BW KEHATI di seluruh Indonesia,
telah berhasil menelurkan bermacam inovasi yang dilakukan oleh para champions BW KEHATI. Gerakan kolaborasi dan inovasi tersebut diharapkan mampu memberikan
solusi kepada masyarakat sekitar untuk menjaga, mempertahankan, dan
memperjuangkan biodiversitas dari ancaman-ancaman yang datang; salah satunya yang sangat dirasakan oleh semua orang, yaitu krisis iklim.
”Lahirnya para champions BW KEHATI yang memiliki kepedulian dan melakukan aksi nyata alam menjaga kekayaan biodiversitas Indonesia yang kian terancam, menjadi sebuah asa di masa yang akan datang. Dengan kepedulian dan gerakan anak-anak
muda dalam isu konservasi dan biodiversitas tersebut, diharapkan menjadi kekuatan baru bagi generasi emas pada satu abad Indonesia di tahun 2045: di mana anak-anak muda saat ini akan memegang kendali kepemimpinan di masa depan,” tutup Rika. Sampai saat ini, anggota BW sudah mencapai lebih dari 6000 orang yang tersebar diseluruh Indonesia, dengan 12 jaringan yang berada di 10 universitas.
Bedah Buku Narasi Ekologi: Kiamat Serangga dan Masa Depan
Bumi
Pada perayaan ulang tahun Biodiversity Warriors KEHATI yang ke-10, Yayasan KEHATI mengadakan acara bedah buku Narasi Ekologi: Kiamat Serangga dan Masa Depan Bumi yang ditulis oleh anggota Biodiversity Warriors Arifin Muhammad Ade. Selain penulis, turut hadir sebagai penanggap, yaitu Peneliti Bidang Zoologi dan Serangga BRIN Prof Rosichon Ubaidillah, serta Direktur Program Yayasan KEHATI Rony Megawanto.
Melalui buku ini, penulis ingin menyampaikan kepada pembaca pentingnya peran serangga
untuk menopang keberlangsungan hidup di bumi, dan dampaknya yang mengerikan jika serangga punah. ”sebagian besar masyarakat mungkin tidak mengetahui peran penting serangga, dan bagaimana mereka sangat bergantung pada keberadaan
serangga, terutama para petani. Artinya, kiamat serangga dapat memicu
peperangan antara umat manusia jika keberadaannya punah dan tidak mampu membantu petani meningkatkan produktivitas pertanian yang ada,” ujar Arifin.
Selain menyampaikan pesan tentang keadaan kritis populasi serangga dan konsekuensi potensial yang luas bagi Planet Bumi, penulis menyoroti pentingnya tindakan segera untuk mengatasi tantangan lingkungan, sehingga dapat memperlambat
terjadinya kiamat premature.
“Kiamat Serangga adalah tanda bahaya bahwa jika manusia tidak segera mengambil tindakan untuk melindungi dan melestarikan serangga, masa depan Bumi bisa sangat terganggu, dengan dampak negatif bagi keanekaragaman hayati, pertanian, dan kehidupan manusia secara umum,” tambah Arifin.
Sebagai paragraf penutup, pilihan judul “Narasi Ekologi: Kiamat Serangga dan Masa Depan Bumi” memberikan perspektif lebih jauh, bahwa semua pihak harus mengurai peran-peran strategis dan begitu vital seluruh komponen penduduk Bumi secara
filosofi, ekologi, biologi, virologi, atau geologi yang selama ini mungkin
terlalu berjarak dengan realitas alam hari ini. Karena itu, “Kiamat Serangga”
mengisyaratkan bahwa bumi harus segera diselamatkan.