MURID ABAH ANOM HARUS BELAJAR DARI KISAH HIDUPNYA YANG MULIA SYEKH ABDUL WAHAB ASY SYA,RONI RA
Salam Ghm37
Komunitas Pencinta Sejati Abah Anom
Saling Menasehati dan Muhasabah
Assalamu,Alaikum Wr Wb
Saudaraku seorang ulama berkata, Dalam kitab Min Ma’arif as-Sadat as-Shufiyyah. Yang mulia Muhammad Khalid Tsabit mengisahkan masa hidupnya yang mulia Syekh Abdul Wahhab as-Sya’roni.
Beliau adalah ulama yang menjadi imam di belahan bumi dengan segudang ilmu yang dikuasai.
Pintu hatinya dibukakan oleh Alloh Swt untuk menerima ilmu-ilmu-Nya. Inilah yang kemudian dikenal dengan ilmu laduni.
Yang mulia Syekh Abdul Wahhab As-Sya’roni menyadari bahwa dirinya mendapat keistimewaan khusus dari Alloh berupa ilmu laduni, dan beliau juga mengakuinya dengan mengisahkan perjumpaannya dengan yang mulia Syekh Ali Al-Khowash Ra.
Di awal perjumpaannya, Yang mulia Syekh Ali Al-Khiwash memerintahkan agar yang mulia Syekh Abdul Wahhab as-Sya’roni menjual semua kitab yang dimilikinya.
Kemudian hasil penjualannya harus disedekahkan kepada orang-orang fakir. Beliau pun memenuhi dengan sam’an wa tha’atan.
Kitab-kitab koleksi kesayangannya dijual, meski dengan berat hati, sebab selain kitab-kitab tersebut laku dengan harga kurang layak, kitab-kitab itu merupakan teman terbaik beliau selama ini.
Berhari-hari beliau masih ditimpa kegelisahan. Pikirannya tidak tenang. Beliau seakan merasa terjualnya kitab-kitab itu menandakan hilangnya ilmu pada dirinya.
Beliau juga ingat jerih payahnya saat memberi catatan kaki dan komentar pada lembar-lembar kitabnya. Namun, beliau segera sadar, nasi telah menjadi bubur. Tak ada yang patut disesali.
Kitab-kitab telah terjual dan hasil penjualannya sudah didistribusikan kepada para fakir.
Kesadaran beliau juga berkat nasihat dari yang mulia Syekh Ali Al-Khowash yang menjumpai beliau pada sebuah kesempatan dan berkata :
Putuskan ketergantunganmu pada kitab-kitabmu dengan memperbanyak zikir kepada Alloh. Sebab, orang-orang berkata, barang siapa yang perhatiannya sering berpaling kepada Alloh, maka ia tak akan sampai pada tujuan.
Setelah mendengar nasehat itu, Beliau pun berupaya untuk memutus ketergantungan itu hingga benar-benar terputus.
Setelah itu, yang mulia Syekh Ali al-Khowash memerintakan kepada yang mulia Syekh Abdul Wahhab as-Sya’rani untuk beruzlah.
Dalam beberapa lama beliau betul-betul menjauh dari keramaian manusia. Gerak-gerik dan helaan napasnya ditujukan hanya kepada Alloh.
Setiap untai waktunya beliau habiskan untuk berzikir dan bermunajat kepada Alloh. Sehingga terlintas dalam hatinya kesombongan dan bangga diri. Beliau merasa dirinya lebih baik dan lebih hebat dari manusia lainnya.
Perasaan hatinya itu di ketahui oleh yang mulia Syekh Ali al-Khowash. Maka, pada suatu ketika, yang mulia Syekh Ali Al-Khawash berujar kepada yang mulia Syekh Abdul Wahhab As-Sya’roni : Buang jauh-jauh perasaan bahwa engkau lebih baik dari mereka.
Seketika beliau berusaha menghapus rasa Sombong, bsnga diri dan congkak itu dari dasar hatinya agar benar-benar terhapus, sehingga beliau melihat dirinya paling hina di antara manusia lainnya.
Kemudian yang mulia Syekh Ali Al – khowash memerintah beliau untuk kembali berinteraksi dan beraktivitas dengan para penduduk. Dan juga menasihati agar tetap sabar menghadapi perlakuan buruk mereka, serta tidak membalasnya dengan keburukan yang serupa.
Beliau pun dengan tulus ikhlas menjalankan perintah itu sambil tetap berzikir kepada Alloh.
Dalam kesempatan berikutnya, yang mulia Syekh Ali Al-Khowash menyuruh beliau untuk meninggalkan urusan syahwat dan keinginan duniawi. Beliau pun meninggalkannya.
Tak lama berselang, yang mulia Syekh Ali Al-Khowash kembali memerintahkan beliau untuk meminta kepada Alloh agar memperlihatkan dalil-dalil syarak.
Setelah yang mulia Syekh Abdul Wahhab As-Sya’roni memohon kepada Alloh, tiba-tiba sederet pintu ilmu laduni terbuka dalam hatinya, tepat saat beliau berdiri di pinggir sungai Nil, di dekat kompleks perumahan al-Bararah dan aliran air al-Qal’ah.
Masing-masing pintu ilmu itu terbuka lebar, bahkan lebih luas daripada jarak bumi dan langit.
Sejak itu yang mulia Syekh Abdul Wahhab As-Sya’roni mampu berbicara makna-makna Al-Qur’an dan hadis. Dari makna-makna itu, beliau bisa menetapkan hukum, kaidah-kaidah nahwu, ushul fiqh, dan ilmu-ilmu lainnya.
Beliau tak perlu lagi menelaah kitab-kitab para ulama, bahkan beliau kemudian mampu menulis tak kurang dari seratus kitab.
Saudaraku, Kisah di atas banyak mengandung ibrah bagi kita yang baik pula untuk mengimplementasikannya dalam hidup sehari-hari.
Kepatuhan kepada guru adalah modal utama kita. Sangatlah jelas tampak manfaat dan berkahnya. Kadang kala dengan segala keterbatasan yang ada, dengan ketidakmampuan kita dalam menembus dimensi lain, kita langsung So,tau menyimpulkan sesuai asumsi dan isi pikiran kita.
Ego kita seolah memosisikan kita sejajar dengan guru atau terkadang merasa lebih baik, lebih hebat daripada guru.
kemudian kita tak mengindahkan nasihatnya, menentangnya, melecehkannya bahkan mengkhianatinya.
Padahal ucapan, nasihat dan perintah guru, semuanya demi kemajuan dan kebaikan kita. Karena hasrat merasa diri lebih baik daripada guru, lalu kita begitu saja meninggalkan semua nasihat dan perintahnya.
Padahal kepatuhan kita kepada guru akan mampu mengubah alur nasib kita setelah mendapat doa, ridho dan berkahnya.
Tanpa do,a, restu dan ridho guru sehebat apapun kita dan serajin apapun ibadah kita, ujungnya akan berlaku sombong, bangga diri, suka merendahkan orang lain bahkan kita akan merasa manusia paling baik dan paling suci.
Semoga kita semua Ikhwan akhwat Tqn PP Suryalaya yang di bawah bimbingan yang mulia Pangersa Abah Anom dan juga sahabat Fb Wa Buyung Ghm
Di jadikan manusia dan murid yang baik, setia, khidmat dan ikhlas dalam segala hal dan dibisakan untuk mencontoh dan mengamalkan akhlaknya yang mulia tuan syekh Abdul Wahab Asy Sya,Roni Ra terkhusus akhlaknya guru agung kita yang mulia tuan syekh Ahmad Shohibul Wafa,tajul Arifin Ra, Aamiin