Oleh: Drs KH Abdullah Tholib, MM Wakil Ketua Umum MUI Kota Tangerang
السَّلاَ مُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَركَاتُه
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ مَنَّ عَلٰى مَنْ شَاءَ مِنْ عِبَادِهِ بِهِدَايَتِهِمْ لِلْاِيْمَانِ وَكَرَّهَ اِلَيْهِمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ. اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ تَفَرَّدَ بِالْكَمَالِ وَالْجَلَالِ وَالْعَظَمَةِ وَ السُّلطَانِ، وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ اِلٰى كَآفَّةِ الْاِنْسِ وَالْجَآنِّ. فَبَلَّغَ رِسَالَةَ رَبِّهِ وَبَيَّنَ غَايَةَ الْبَيَانِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ جَاهَدُوا فِيْ اللّٰهِ حَقَّ جِهَادِهِ حَتَّى نَشَرُواالْعَدْلَ وَالْاَمْنَ وَالْاِيْمَانَ
امَا بَعْدُ، فَيَآاَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ رَحِمَكُمُ اللّٰهُ اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسى بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ تَعَالٰى: اَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : …… وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰى وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Marilah pada kesempatan dan di tempat yang berkah ini, kita lahirkan rasa syukur kita kepada Allah SWT atas segala limpahan berbagai nikmat kepada kita semua, yang setiap hamba, sehebat apapun dia, tidak mungkin mampu untuk menghitung nikmat-nikmat Allah yang dikarunaikan kepada setiap hamba-Nya.
Sholawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada pemimpin, panutan, suri tauladan dan idola bagi setiap insan yang beriman, Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan semoga kita termasuk ummatnya yang di kelah hari akhir nanti dapat syafa’atul ‘Udzma dari beliau.
Dalam kesempatan ini pula mari kita upayakan semaksimal mungkin untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Allah SWT menciptakan segala sesuatu di alam jagat raya ini selalu berpasangan. Ada siang ada malam, bumi dan langit dan manusia ada laki-laki dan perempuan. Dalam perilaku, ada baik dan buruk, ada yang berbuat baik dan sebaliknya, ada yang beriman dan ada yang kufur, ada yang taat dan ada juga yang bermaksiat, demikian seterusnya.
Dalam kehidupan di dunia ini Allah juga memberikan dua jalan, ada jalan menuju kebaikan dan ada jalan menuju keburukan. Dalam praktiknya justeru kebanyakan manusia memilih satu jalan menuju keburukan.
Imam Ibun Katsir dalam kitab Tafsirnya menjelaskan saat memberikan uraian dalam surat Al-Balad dengan mengutip sebuah Hadits dari Anas bin Malik yang mengatakan Rasulullah SAW bersabda”
هُمَا نَجْدَانِ فَمَا جَعَلَ نَجْدَ الشَّرِّ اَحَبُّ اِلَيْكُمْ مِنْ نَجْدِ الْخَيْرِ ؟
“Keduanya adalah dua jalan, lalu apakah yang menyebabkan jalan keburukan lebih disukai olehmu dari pada jalan kebaikan.”
Itulah gambaran manusia dalam meniti kehidupan di dunia. Memilih jalan keburukan bagi manusia dianggap sebagai hal yang sangat mudah untuk dilakukan, sedangkan jalan menuju kebaikan dianggap sebagai sesuatu yang sangat berat untuk dilakukan.
Segala sesuatu yang dilarang oleh Allah nampak begitu mudah dilakukan dengan alasan untuk menenangkan dan menyenangkan diri. Dalam konteks ini Allah telah memberikan peringatan terhadap setiap hambanya ynag tidak taat kepada-Nya, sebagaiman firman-Nya dalam surat an-Nisa’ ayat 14 :
وَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَيَتَعَدَّ حُدُوْدَهٗ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيْهَا وَلَهٗ عَذَابٌ مُّهِيْنٌ
“Adapun orang yang durhakan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta melampaui ketentuan-ketentuan-Nya akan dimasukkan ke dalam neraka, dia abadi di dalamnya.”
Dan di dalam surat Al-Jin ayat 23
……. وَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَاِنَّ لَهٗ نَارَ جَهَنَّمَ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا
“Siapa pun yang durhaka kepada Allah dan utusan-Nya pasti mendapatkan neraka Jahannam, kekal di sana selama-lamanya.”
Dalam kehidupan sehari-hari kita menyaksikan banyak manusia yang berbuat maksiat. Mesikpun orang yang bermaksiat itu dibenci oleh Allah SWT, namun mereka sengaja dibiarkan untuk terjerumus ke dalam kubang kemaksiatan dan seolah-olah tidak ada balasan bagi mereka yang pada akhirnya semakin congkak dan menyombongkan diri mereka.
Tetapi ketahuilah jika sudah tiba waktunya Allah SWT akan mengambil satu tindakan berupa siksa yang amat pedih dan amat menyakitkan serta tidak akan melepaskannaya sekejap pun. Dalam sebuah Hadits dari Abu Musa Al-asy’ari, Rasul bersabda :
إِنَّ اللّٰهَ لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ، حَتّٰى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ ثُمَّ قَرَأَ ( وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ
“Sesungguhnya Allah SWT memberikan tempo kepada seorang dzalim ( dibiarkan dalam kedzalimannya, tidak diperingatkan dengan bala atau musibah ) tetapi jika ( sudah tiba waktunya ) maka Allah mengadzabnya dan tidak akan melepaskannya. Kemudian Nabi membaca surat Hud : 102;
“Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat dzalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.” ( HR Bukhari, Muslim, dan At-Tirmidzi )
Ma’asyiral Muslimin rahimakullah…
Dampak buruk dari perbuatan maksiat yag dilakukan oleh segelintir manusia, bukan hanya menimpa pelaku tersebut. Akibat buruk itu bisa menimpa orang dan masyarakat di sekitar, bahkan manusia yang sholeh sekalipun.
Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam sebuah Hadits dari Ummi Salamah salah seorang istri Rasulullah SAW yang telah mendengar Rasul bersabda:
إِذَا ظَهَرَتْ اَلْمَعَاصِي فِي أُمَّتِيْ عَمَّهُمُ اللّٰهُ عَزَّ وَجَلَّ بِعَذَابٍ مِنْ عِنْدِهِ، فَقُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ، أَمَا فِيْهِمْ يَوْمَئِذٍ أُناَسٌ صَالِحُوْنَ ؟ قَالَ: بَلٰى، قُلْتُ : فَكَيْفَ يَصْنَعُ أُولٰئِكَ ؟ قَالَ : يُصِيْبُهُمْ مَا أَصَابَ النَّاسُ ثُمَّ يَصِيْرُوْنَ إِلٰى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانٍ
“Apabila maksiat telah melanda ummatku secara merata, maka Allah meratakan azab kepada mereka. Saya bertanya;”Ya Rasulullah tidakkah di antara mereka ada orang-orang yang baik?” Rasul menjawab;”Ya”, saya bertanya;”Apa yang mereka lakukan?” Rasulullah menjawab;”Azab itu menimpa kepada mereka sebgaimana yang menimpa manusia ( pada umumnya ) tetapi ( di akhirat nanti orang baik yang tidak ikut maksiat ) akan mendapatkan maghfirah dan ridha dari Allah” ( HR Ahmad dan Ath-Thabrani )
Demikian mengerikan ancaman Allah terhadap orang yang bermaksiat, orang selalu melanggar larangan-Nya dan dampak buruk yang diakibatkan oleh perbuatan maksiatnya, maka perlu bagi kita semua untuk selalu bisa menghindar dari segala apapun yang telah Allah larang dengan berbagai macam usaha dan daya upaya yang kita lakukan. Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan agar dapat menjauhkan diri dari berbuat maksiat dan apa-apa yang dilarang oleh Allah SWT.
Pertama, takwa dan kesadaran diri. Taqwa adalah kunci utama untuk menghindarkan diri dari perbuatan maksiat, perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Kesadaran akan kehadiran Allah dalam setiap langkah dan tindakan akan membantu untuk selalu berada dalam kendali diri.
Firman Allah SWT dalam Alquran dinyatakan bahwa bekal terbaik bagi manusia adalah taqwa sebagaiman yang tersurat dalam surat Al-Baqarah ayat 197:
…… وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰى وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ
“Dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”
Dan hadits dari Mu’adz bin Jabal bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
اِتَّقِ اللّٰهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah kamu kepada Allah di manapun engkau berada, dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik itu akan menghapusnya. Dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik.”
Kedua, menjaga sholat lima waktu. Mendirikan sholat lima waktu sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya merupakan benteng diri untuk menghindarkan diri dari perbuatan maksiat, perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT, sebagaiaman firman Allah dalam surat Al-“Ankabut ayat 45 :
…… اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ…
“Sungguh sholat itu bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.”
Ketiga, pentingnya perdamaian batin. Menjaga kesehatan mental dan emosional merupakan salah satu langkah untuk menghindarkan diri dari perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.
Mendirikan sholat, berdo’a dan berdzikir membantu untuk menjaga ketenangan batin. Ketenangan batin bisa terwujud karena selalu ingat kepada Allah dan terhindar dari perbuatan maksiat. Allah SWT berfirman dalam Alquran surat Ar-Ra’d ayat 28
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
“ Mereka itu orang yang beriman, yang berhati tenang karena selalu ingat kepada Allah. Ketahuilah, dengan zikir kepada Allah hati mejadi tenang.”
Keempat, berteman dengan lingkungan positif. Menjalin hubungan dengan lingkungan yang memiliki nilai-nilai moral yang baik akan menghindarkan diri dari berbuat sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT, dan lingkungan demikian akan dapat memberikan dukungan untuk berperilaku yang sesuai dengan syariat Islam. Sebagaimana pesan Nabi SAW kepada kita dengan sabdanya:
عَلَيْكُمْ بِمُجَالَسَةِ الْعُلَمَاءِ وَاسْتِمَاعِ كَلَامِ الْحُكَمَاءِ، فَإِنَّ اللّٰهَ تَعَالٰى يُحْيِى الْقَلْبَ الْمَيِّتَ بِنُوْرِ الْحِكْمَةِ كَمَا يُحْيِى الْأَرْضَ الْمَيْتَةَ بِمَاءِ الْمَطَرِ
“Hendaklah anda duduk dengan ulama dan mendengarkan perkataan orang-orang bijak. Karena sesungguhnya Allah ta’ala menghidupkan hati yang mati dengan dengan cahaya hikmah sebagaiman Dia menghidupkan bumi yang mati dengan air hujan.” (HR Ath-Thabrani )
Kelima, membangun keterampilan pengendalian diri. Mengembangkan keterampilan pengendalian diri melibatkan kesediaan untuk mengendalikan nafsu dan mengelola emosi. Setiap orang yang pandai mengendalikan dan mengelola hawa nafsunya dengan baik, maka dia akan selalu mendapat bimbingan dari Allah untuk bisa memilah dan memilih mana yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasulnya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Sebetulnya masih banyak yang perlu kita lakukan untuk menghindarkan diri dari perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Tetapi paling tidak lima hal tersebut, ,yang semestinya saling berkaitan, akan bisa membimbing kita untuk selalu beramal sholeh dan berakhlak mulia baik yang berkenaan hubungan kita dengan Allah SWT maupun hubungan sosial di antara sesama makhluk.
Menghindarkan diri dari perbuatan yang dilarang oleh Allah merupakan proses perjalanan spiritual seorang Muslim yang jika kelima hal itu diimplemantasikan dengan cara yang bijak akan dapat menghantarkan seseorang untuk menjalani hidup yang bermakna sesuai dengan ajaran Islam dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، وَتَقَبَّلَ اللَّٰهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، أَقَوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Sumber: Majlis Ulama Indonesia/ MUI