Daerah

Para Pendiri Gedung SMPN 4 Bondowoso adalah Pahlawan Pendidikan

8
×

Para Pendiri Gedung SMPN 4 Bondowoso adalah Pahlawan Pendidikan

Sebarkan artikel ini
Para Pendiri Gedung SMPN 4 Bondowoso adalah Pahlawan Pendidikan

Bondowoso, – kabarnusa24.com.

Sabtu Pagi, 17 Agustus 2024 SMPN 4 Bondowoso melaksanakan upacara bendera dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 79.

Upacara diikuti oleh seluruh siswa, guru dan tenaga kependidikan di SMPN 4 Bondowoso.

Bertindak selaku Pembina upacara adalah Plt KS UPTD SPF SMPN 4 Bondowoso Elok Riskiyah.

Ada yang menarik dari sambutan Elok, setelah dibacakan pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan teknologi pada peringatan HUT ke 79 Kemerdekaan RI tahun 2024. Ada kalimat dari pidato Menteri Nadiem Makarim yang diulas oleh Elok, yaitu “tidak akan ada kemerdekaan tanpa perjuangan yang dilakukan dengan bergotong royong. Kemerdekaan Indonesia adalah buah dari gerakan menuju satu cita-cita bersama. Begitupun dengan cita-cita untuk memajukan pendidikan dan kebudayaan, harus kita perjuangkan bersama-sama dengan semangat gotong royong”.

Kutipan pidato tersebut Elok korelasikan dengan salah satu prasasti yang terdapat di SMPN 4 Bondowoso. Di prasasti tersebut tertulis dengan ejaan lama. Gedung ini didirikan atas usaha YDP (Yayasan Dana Pendidikan) Bondowoso dengan bantuan dari : 1. Sdr Atmodiwirdjo, 2. Perbopa (Perserikatan Pabrik Beras Bo. Dan PAN), 3. Pabrik Gula Prajekan, 4. Korps Kepolisian Karesidenan Besuki, 5. Pengusaha-pengusaha tembakau 6. Penyokong botol kosong dan Masyarakat lainnya.

Dengan penuh semangat Elok menyampaikan bahwa dalam membangun SMPN 4 Bondowoso ini telah dilakukan secara bergotong royong oleh beliau-beliau yang sangat berjasa terhadap Pembangunan Gedung SMPN 4 Bondowoso. Para pendahulu kita telah memberikan contoh atau teladan baik, bahwa bergotong royong adalah salah satu kunci keberhasilan dari apa yang di cita-citakan.

Oleh karena itu mari kita wujudkan semangat gotong royong demi kemajuan SMPN 4 Bondowoso. Sebelum menutup sambutannya Elok menanyakan kepad para siswa apakah kalian sayang dan cinta kepada guru dan sekolah ini, sebagaimana sayang dan cinta seorang anak kepada prang tuanya? Semua siswa menjawab sayang dan cinta.

Elok juga menanyakan kepada Bapak ibu GTK apakah sayang dan cinta kepada siswa dan siswi SMPN 4 Bondowoso sebagaimana sayang dan cinta orang tua kepada anak? para GTK menjawab sayang dan cinta. Jawaban GTK ini diiringi dengan gemuruh tepuk tangan yang meriah dari seluruh peserta upacara.

Elok kemudian menambahkan karena sekolah adalah rumah kedua, maka kita harus sayang dan cinta dengan sekolah ini, Bagaikan sebuah keluarga. Karena harta yang paling berharga adalah keluarga, istana yang paing indah adalah keluarga, puisi yang paling bermakna adalah keluarga, kutip Elok dari sebuah lagu.

Elok yakin jika SMPN 4 Bondowoso ini menjalin gotong royong sebagaimana yang dicontohkan oleh para pendiri SMPN 4 Bondowoso, dan gotong royong itu terwujud karena terjalin suasana kekeluargaan di SMPN 4 Bondowoso,

maka SMPN 4 Bondowoso akan semakin semarak kreatifitasnya dan semakin terlahir prestasi-prestasinya. Gemuruh tepuk tangan sekali lagi menggema di pelataran Gedung SMPN 4 Bondowoso, menambah yakinnya Elok terhadap sekolah ini.

Walaupun di sekolah ini Elok adalah Plt, tapi Elok berusaha untuk mendedikasikan sedikit kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya selama ini sebagai KS yang sudah memiliki pengalaman selama 9 tahun, untuk memberikan yang terbaik bagi SMPN 4 Bondowoso. Walaupun apa yang dilakukan Elok untuk sekolah ini memantik pertanyaan apakah tidak akan terjadi kompetisi antara SMPN 4 Bondowoso dengan sekolah dimana Elok bertugas sebagai KS definitif.

Elok dengan tegas mengatakan bahwa kompetisi itu budaya lama, budaya baru adalah persaudaraan. Tapi kompetisi atau perlombaan tetap ada, kembali pertanyaan pemantik itu dilontarkan. Memang tetap ada kata Elok, tapi kita tidak lagi berkompetisi dengan orang lain maupun dengan siswa lain, atau juga dengan sekolah lain. Kita berkompetisi dengan diri kita sendiri. Kalau kita menang maka kita menang terhadap diri kita sendiri, kalau kita kalah kita kalah dengan diri kita sendiri. Sehingga dengan budaya itulah maka akan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *