BeritaNasionalReligiSejarahSeni Budaya

Angkat Hikayat Sunan Gunung Jati, Bimas Islam Helat Pentas Seni Ketoprak untuk Gaungkan Moderasi Beragama

5
×

Angkat Hikayat Sunan Gunung Jati, Bimas Islam Helat Pentas Seni Ketoprak untuk Gaungkan Moderasi Beragama

Sebarkan artikel ini
Angkat Hikayat Sunan Gunung Jati, Bimas Islam Helat Pentas Seni Ketoprak untuk Gaungkan Moderasi Beragama

Jakarta, Kabarnusa24.com – Untuk mengenang kiprah Sunan Gunung Jati sebagai salah satu tokoh termasyhur dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, Kementerian Agama (Kemenag) menghelat Syiar Budaya Islam melalui Pementasan Seni Ketoprak Sunan Gunung Jati bertajuk “Wo Ai Ni di Gunung Jati” di Jakarta, Jumat malam (23/8/2024).

Gelaran yang disutradarai Agus Marsudi dan dimeriahkan dengan kehadiran aktris Ayu Azhari tersebut merupakan hasil kolaborasi dengan Pawarta Yogyakarta dan Banhubda DIY. Dalam sambutannya, Dirjen Bimas Islam Kemenag, Kamaruddin Amin, mengungkapkan pentingnya seni ketoprak dalam perjalanan sejarah bangsa.

“Ketoprak adalah cermin budaya yang memantulkan kearifan lokal serta nilai-nilai luhur yang harus terus diwariskan. Ketoprak juga mengajarkan kebijaksanaan, cinta, pengorbanan, kebenaran, dan keadilan yang tak lekang oleh zaman,” ujarnya.

Dirjen menyebut, Sunan Gunung Jati, yang bernama asli Syarif Hidayatullah, menggunakan budaya sebagai medium dakwah. Seni ketoprak, lanjutnya, memegang peran serupa dalam menanamkan nilai-nilai moderasi beragama yang mengajarkan harmoni, toleransi terhadap perbedaan, serta kebinekaan sebagai kekuatan bangsa.

“Ketoprak ini menjadi sarana untuk menyatukan hati dan menanamkan kesadaran bahwa dalam perbedaan terdapat persamaan yang menyatukan kita sebagai umat manusia,” ungkapnya.

Para tamu undangan yang hadir dalam pentas tersebut tidak hanya menyaksikan sebuah pertunjukan, tetapi juga peradaban yang hidup dan bernafas melalui seni ketoprak. Kamaruddin menegaskan, budaya dan agama dapat berjalan beriringan, saling memperkaya, dan menguatkan sehingga membentuk peradaban yang beradab dan berbudaya.

“Inilah pentingnya melestarikan seni tradisional seperti ketoprak agar nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya dapat terus diwariskan kepada generasi mendatang,” tambahnya.

Sementara itu, Direktur Penerangan Agama Islam, Ahmad Zayadi dalam laporannya mengatakan, persiapan pentas tersebut melibatkan penggalian data mendalam mengenai sejarah dakwah Sunan Gunung Jati, dengan konsultasi dari ahli sejarah, filolog, dan budayawan.

“Latihan intensif selama dua bulan oleh para pemain ketoprak menunjukkan komitmen tinggi mereka untuk memberi penampilan terbaik. Mereka tidak hanya menghibur, tetapi juga memberi pencerahan tentang pentingnya merawat kebudayaan dan mengedepankan moderasi dalam beragama,” papar Zayadi.

Acara yang disaksikan 400 tamu undangan dan ribuan penonton lainnya melalui live streaming di Bimas Islam TV, menunjukkan bahwa seni tradisional seperti ketoprak masih memiliki tempat istimewa di hati masyarakat, dan dukungan teknologi juga penting dalam memperluas jangkauan seni budaya.

Rajut Persatuan, Wujudkan Kerukunan

Sunan Gunung Jati, memiliki peran penting dalam menyebarkan Islam di tanah Jawa, khususnya di wilayah Cirebon dan sekitarnya. Alih-alih menghilangkan budaya asli, ia berusaha mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam kehidupan masyarakat melalui pendekatan yang lebih moderat.

Selain itu, Sunan Gunung Jati tidak hanya memfokuskan perhatiannya pada penyebaran ajaran Islam, tetapi juga pada pembangunan sosial yang inklusif. Salah satu contohnya adalah hubungannya dengan komunitas Tionghoa yang saat itu sudah mapan di wilayah pesisir utara Jawa. Sunan Gunung Jati tidak melihat perbedaan etnis dan budaya sebagai penghalang, tetapi sebagai peluang untuk merajut persatuan, mewujudkan kerukunan, dan memperkaya kehidupan sosial di Cirebon.

Hubungan Sunan Gunung Jati dengan komunitas Tionghoa juga terlihat dalam dukungannya terhadap perkembangan ekonomi di wilayah Cirebon. Banyak pedagang Tionghoa yang berkontribusi dalam kemajuan ekonomi daerah tersebut. Sunan Gunung Jati dengan bijak mendorong kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan.

Sikap terbukanya terhadap perdagangan dan budaya Tionghoa menunjukkan bahwa Islam, seperti yang diajarkan oleh Sunan Gunung Jati, adalah agama yang tidak hanya mendorong spiritualitas, tetapi juga kesejahteraan material melalui kerja sama lintas budaya.

Pentas Seni Ketoprak Sunan Gunung Jati itu juga dihadiri Wakil Menteri Agama (Wamenag) Saiful Rahmat Dasuki, Sekjen Kemenaker Anwar Sanusi, Plt Asisten Sekda DIY Aris Eko Nugroho, Ketua DPRD DIY Nuryadi, serta pejabat eselon II dan III lingkup Kemenag.

Sumber: Kemenag RI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *