MOJOKERTO, – kabarnusa24.com.
Acara kenduri dan doa bersama, kembali dihadirkan di makam umum ‘Mbah Sentono’ yang terletak di dusun Banjarsari, desa Kedunglengkong, kecamatan Dlanggu, kabupaten Mojokerto. Ahad, (01/09/2024).
Kearifan lokal bernuansa Islami itu digelar di hamparan pendopo makam, bermaksud untuk memberikan doa kebaikan agar sedekah jariyah yang dilakukan oleh warga sekitar, tidak sampai terputus kepada para leluhurnya yang telah tiada.
Agenda ‘rutinan’ yang sudah berjalan untuk kali ke-5 itu, diselenggarakan setiap bulannya pada awal pekan pertama dengan menghadirkan ‘Khotmil Quran’ atau dikenal masyarakat sebagai ‘Sema’an Al-Quran’ yang pelaksanaan khataman-nya dimulai usai Sholat Subuh sampai waktu menjelang Dzuhur.
“Kegiatan rutinan yang dikomandoi oleh mas Hadi Purwanto ini, sudah berjalan sebanyak lima kali. Tujuannya untuk mengingat para leluhur, khususnya kepada Mbah Sentono yang pertama kali membuka lahan di dusun Banjarsari,” ungkap tokoh pemuda yang kerap disapa ustadz Abdul Muhid itu.
Sehingga, disisi lain dapat mendalami ilmu agama, menurutnya melalui acara kenduri dan kegiatan doa bersama tersebut diharapkan warga dusun Banjarsari juga semakin mencintai leluhurnya.
Senada dengan yang disampaikan oleh Kiai Hasan Matori, lebih detail pihaknya menjelaskan bahwa kompleks pemakaman keramat yang disebut sebagai ‘Mbah Sentono’ itu, sejatinya ialah seorang panglima perang di era Kerajaan Mojopahit yang bernama Tumenggung Sukarto Widjoyono.
Menurut tokoh agama tersebut, Tumenggung Sukarto Widjoyono merupakan pejuang yang pertama kali ‘Mbabah’ (Menata-red) dusun Banjarsari menjadi daerah yang layak mukim.
“Dinamakan Sentono, karena tempat ini dulu adalah lokasi berkumpulnya angkatan perang prajurit Mojopahit. Nah, karena berkumpulnya para prajurit-prajurit itu terlihat berbanjar-banjar, maka daerah ini kemudian dinamakan Banjarsari,” terangnya.
Ulama setempat inipun turut berharap agar kegiatan religi pada warisan budaya leluhur di dusun Banjarsari tersebut dapat selalu lestari.
“Saya berharap kegiatan ini bisa lestari hingga kelak ke anak cucu kita. Dalam giat itu, kita bersama-sama berdoa supaya kampung kita oleh Allah diberikan keamanan, ketentraman dan dijadikan kampung yang gemah ripah loh jinawi,” bebernya.
Nampak hadir dalam perhelatan tersebut sejumlah anak-anak hingga masyarakat yang sudah sepuh. Serta, tak ketinggalan kaum ibu juga ikut menyukseskan jalannya hajatan yang menjadi perekat kekompakan antar sesama warga dusun Banjarsari.
Sementara, Hadi Purwanto dalam keterangannya mengajak agar setiap insan dapat terus menanamkan rasa kesadaran, bahwa cepat atau lambat semua akan berpulang kepada-Nya.
“Mumpung masih diberi waktu dan kesempatan, kami mengajak masyarakat untuk menyiapkan bekal tersebut. Mari, kita bersama-sama saling mengingatkan tentang adanya kematian, karena nilai-nilai ini sudah terkikis oleh hiruk-pikuknya perhelatan politik dalam kehidupan sehari-hari,” pungkasnya.
(Agung Ch/AR).