Oleh: Dewi Apriatin (Jurnalis media online asal provinsi Jabar)
BANDUNG, Kabarnusa24.com,- Di pagi Senin (11/11/2024), rombongan kecil kami, tim media online Jabar, bersiap menuju Gedung Pemda Kabupaten Bekasi. Perjalanan terasa mulus, jalanan ramai namun lancar. Kami tak hanya membawa harapan untuk masa depan media kami, tetapi juga semangat untuk menjalin kerjasama baru yang bisa membawa manfaat bagi tim dan para pembaca.
Setelah beberapa pertemuan yang berjalan baik, perjalanan berlanjut menuju Jakarta Selatan, ke rumah calon Gubernur Banten. Namun, ketika kami sampai, beliau sedang tak ada di tempat, terlibat kegiatan sosial bersama tim pemenangan. Meski demikian, kami disambut hangat oleh para staf yang dengan senyum ramah mengabarkan kesibukan sang calon gubernur. Tak lama di sana, kami pun berpamitan.
Ketika jam menunjukkan pukul tiga sore, ponsel kami bergetar. Kabar duka menyelinap melalui grup pesan—sebuah berita yang tak terduga. Ada perasaan kehilangan yang hadir begitu saja di tengah perjalanan yang tadinya penuh canda dan semangat. Kami saling berpandangan, masing-masing tenggelam dalam perasaan sedih yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Dalam perjalanan pulang menuju Bandung dan Tasikmalaya, kami melewati KM 92 Cipularang, lokasi yang menjadi saksi peristiwa tragis sehari sebelumnya. Di sanalah, pada Senin, 11 November 2024, sebuah kecelakaan besar terjadi, meninggalkan kesan kelam di hati para pelintas. Tiba-tiba, suasana mobil menjadi hening. Pemandangan itu mengingatkan kami akan betapa rapuhnya hidup manusia. Baru sehari sebelumnya, bangsa ini merayakan Hari Pahlawan, mengenang para pejuang yang telah gugur. Namun, di hari berikutnya, tragedi di KM 92 menghadirkan kehilangan baru.
Perjalanan ini mengajarkan kami untuk selalu menghargai setiap momen, setiap langkah. Di dunia yang penuh dinamika, baik dalam bidang media maupun dalam hidup sehari-hari, kami disadarkan untuk terus menyebut nama Allah, menyerahkan segalanya kepada-Nya. Kami semua dalam perjalanan panjang—tak hanya di jalan raya, tetapi juga dalam hidup, menghadapi berbagai peristiwa yang tak selalu bisa diprediksi.
Di tengah keheningan perjalanan pulang itu, kami memahami bahwa setiap langkah dan setiap jengkal perjalanan ini adalah karunia, sebuah kesempatan untuk memperbaiki diri dan mengukir makna. Perjalanan di KM 92 hari itu menjadi pengingat, bahwa setiap momen berharga, dan keselamatan adalah anugerah yang patut disyukuri.
(Red- DA)