Jakarta, Kabarnusa24.com — Setelah di desak oleh petisi yang ditandatangani lebih dari 300 ribu warganet di change.org akhirnya pendakwah kelahiran Lampung Miftah Maulana Habiburrahman menyatakan pengunduran diri dari jabatan Utusan Khusus Presiden RI bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan.
Pengumuman pengunduran diri ini disampaikan Miftah di Pesantren Ora Aji miliknya di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, DIY pada Jumat (6/12/2024).
“Hari ini dengan segala kerendahan hati dan ketulusan dan penuh kesadaran saya ingin sampaikan sebuah keputusan yang telah saya renungkan, setelah berdoa, bermuhasabah dan istikharah saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari tugas saya sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan,” kata Miftah sambil menangis sesenggukan saat konferensi pers.
Ia mengatakan, keputusan mundur tersebut diambil bukan karena desakan pihak manapun tapi atas rasa hormat dan tanggung jawab kepada Prabowo dan masyarakat Indonesia. “Keputusan ini bukan akhir dan mundur melainkan langkah awal untuk berkontribusi pada negara,” kata Miftah.
Ia mengucapkan terima kasih dan permintaan maaf kepada presiden Prabowo. “Saya ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya atas amanah dan kepercayaan yang telah diberikan kepada saya,” katanya.
“Saya memohon maaf dari lubuk hati yang paling dalam karena saya khilaf dan saya yakin kebenaran hanya milik Allah,” ucap Miftah.
Sebelumnya Miftah juga diperingatkan oleh Sekretariat Kabinet agar berhati-hati ketika menyampaikan pesan dakwah di masyarakat.
Sebelumnya pendakwah berusia 43 tahun itu menjadi sosok yang paling disorot publik dan media karena berkata kasar pada saat mengisi pengajian di Magelang kepada penjual es teh keliling, Sunhaji.
Belakangan, video-video kontroversialnya saat mengisi pengajian tersebar luas. Pernyataan-pernyataan Miftah tidak hanya menimpa Sunhaji, tetapi juga penjual es teh lainnya yang disamakan dengan monyet si buta dari gua hantu, pernyataan body shaming dan terkesan menghina kepada kepada seniman senior Bu Yati, termasuk menoyor kepada istrinya sendiri berulangkali.