Oleh: M. Tatam Wijaya (Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat).
Kabarnusa24.com, — Beberapa hari terakhir ini, beberapa daerah di Tanah Air, khususnya Cianjur dan Sukabumi selatan dilanda musibah banjir bandang, longsor, dan pergerakan tanah. Kondisi ini tentu cukup memprihatinkan saudara-saudara kita yang tertimpa.
Maka khutbah Jumat yang berjudul “Bersabar dan Memetik Hikmah di Balik Musibah” kali ini mengajak kita semua bersabar dan menelaah hikmah yang ada di balik musibah yang menimpa. Tujuannya agar kita selalu belajar dari setiap peristriwa yang terjadi demi memperbaiki dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Khutbah I
الحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
أَمَّا بَعْدُ، فَيَاعِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ، صَدَقَ اللهُ العَظِيْمُ
Ma’asyiral Muslimin, Sidang Jumat rahimakumullah
Beberapa hari terakhir kita mendapat kabar memprihatinkan dari saudara-saudara kita yang tinggal di wilayah Cianjur dan Sukabumi selatan. Mereka ditimpa musibah banjir bandang, longsor dan pergeseran tanah. Yang mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit, baik kerugian materi maupun non-materi.
Di sini kita melihat bumi seakan sudah tak lagi bersahabat dengan manusia selaku penghuninya, serta alam seperti sudah tak stabil akibat kerusakan yang terjadi di sana-sini. Namun, terlepas dari segala tingkah dan kesalahan manusia, Al-Qur’an sudah menyatakeun bahwa semua yang terjadi, termasuk musibah yang menimpa saudara-saudara kita sudah digariskan Alloh swt, sebagaimana dalam firman-Nya:
قُلْ لَنْ يُصِيْبَنَا إلاَّ مَا كَتَبَ اللهُ لَنَا هُوَ مَوْلاَنَا وَعَلَى اللهِ فَلْيَتَوَكَّلِ اْلمُؤْمِنُوْنَ
Artinya, “Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal,’” (QS. at-Taubat [9]: 51).
Dari ayat di atas, kita menarik kesimpulan bahwa semua yang terjadi, suka ataupun duka, bahagia ataupun celaka, baik ataupun buruk, manis ataupun pahit, berjalan sesuai dengan qudrat dan iradat Allah. Semua terjadi sesuai dengan ketetapan-Nya di Lauh Mahfuzh. Sehingga hanya kepada Allah, kita bertawakal, berserah diri, dan memohon perlindungan. Demikian seperti yang diungkap dalam Tafsir Ath-Thabari, (Mekah: Darut Tarbiyah wat-Turats), Jilid 14, halaman 290.
Termasuk dalam hal ini, atas kuasa dan kehendak-Nya, hujan turun ke bumi, airnya terus mengalir, serta tanah bergerak dan terjadi longsor. Sebab, Allah-lah yang menggenggam langit dan bumi agar tidak lenyap atau bergeser.
اِنَّ اللّٰهَ يُمْسِكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ اَنْ تَزُوْلَا، وَلَىِٕنْ زَالَتَآ اِنْ اَمْسَكَهُمَا مِنْ اَحَدٍ مِّنْۢ بَعْدِهِ
Artinya, “Sesungguhnya Allah yang menahan langit dan bumi agar tidak lenyap (bergeser). Jika keduanya akan bergeser, tidak ada seorang pun yang mampu menahannya selain-Nya,” (QS. Fathir [35]: 41).
Sidang Jumat rahimakulullah
Pertanyaannya, mengapa Allah menimpakan bencana kepada hamba-hamba-Nya? Termasuk kepada hamba-Nya yang beriman? Mengapa tidak menimpakan musibah kepada orang yang kufur dan tak bersyukur saja? Sebab di balik musibah itu ada banyak hikmah, pelajaran, bahkan pahala yang luar biasa.
Oleh karena itu, saudara-saudara kita yang tertimpa musibah dan masih selamat semoga diberi kesabaran juga memperoleh pahala yang besar dari kesabarannya itu. Serta saudara-saudara yang meninggal dunia semoga mereka diberi kematian yang terbaik dan husnul khotimah. Tentu, kita yang selamat dan tak terdampak langsung juga diberi hati yang terbuka untuk bersyukur, serta memetik hikmah yang ada di balik musibah ini.
Hadirin sekalian, tidaklah Allah memberikan sesuatu, baik ataupun buruk, kecuali dengan hikmah dan keadilan-Nya. Ini menguatkan keyakinan bahwa dengan hikmah-Nya, apa pun yang datang dari Allah tidak ada yang buruk. Demikian halnya dengan musibah. Musibah yang sering dipandang buruk, menyedihkan, merepotkan, dan seterusnya, ternyata menyimpan banyak hikmah dan kebaikan di belakangnya. Tak heran seorang yang telah mengetahui hakikat musibah, mampu mengubah peristiwa memberatkan itu sebagai sesuatu yang ‘menyenangkan’ dan jalan meraih pahala di sisi Allah.
Pertanyaannya, mengapa disebut dengan ujian musibah? Karena ujian tidak hanya musibah yang dipandang buruk oleh manusia. Akan tetapi, setiap nikmat, kebaikan, kesenangan, dan kebahagiaan, juga merupakan ujian yang diberikan Allah untuk menguji hamba-hamba-Nya.
Apakah dengan semua karunia itu, mereka akan bersyukur dan menyadari kepulangan mereka kepada Allah? Atau sebaliknya? Al-Quran sendiri menyebut ujian secara umum, baik atau pun buruk, sebagai “fitnah”. Hal itu berdasarkan firman Allah:
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Artinya, “Dan Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai ujian (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami kalian dikembalikan,” (QS. al-Anbiya [21]: 35).
Jamaah Jumat rahimakumullah
Selanjutnya, hikmah apa saja di balik ujian musibah itu? Banyak sekali dan hanya Allah yang mengetahui hakikat dan jumlah sesungguhnya. Namun, setidaknya ada dua hikmah besar di antaranya yang dapat kita petik saat ini berdasarkan Al-Quran dan hadits Rasulullah saw.
Pertama, musibah sebagai ujian keimanan, kesabaran, dan kejujuran seorang hamba. Hal ini seperti yang diisyaratkan dalam Al-Quran, dimana seorang hamba tak boleh merasa diri sudah beriman, padahal dirinya belum diuji. Ayat ini juga mengisyaratkan bahwa ujian merupakan keniscayaan bagi orang-orang yang beriman. Pun dengan ujian yang ditimpakan, kejujuran mereka menjadi teruji.
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ، وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Artinya, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta,” (QS. al-‘Ankabut [29]: 2-3).
Di antara bentuk ujian yang diturunkan Allah kepada para hamba-Nya adalah sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, kekurangan jiwa (penyakit dan kematian), dan kekurangan buah. Namun, siapa pun yang menghadapi semua ujian itu, diberikan kabar gembira oleh Allah swt.
Ini artinya, secara umum ujian merupakan alat ukur menguji kesabaran seorang hamba. Sedangkan tidak ada balasan sabar kecuali surga yang penuh dengan kenikmatan abadi.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَراتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Artinya, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,” (QS. al-Baqarah [2]: 155).
Jamaah Jumat yang dirahamti Allah
Kedua, musibah sebagai wujud kebaikan, kasih sayang Allah, dan pelipatgandaan pahala. Tak banyak yang tahu bahwa musibah yang diterima seseorang boleh jadi sebagai wujud kebaikan dan kasih sayang Yang Maha Mencipta. Ini sejalan hadits Rasulullah, antara lain yang diungkap dalam riwayat berikut:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
Artinya, “Balasan yang besar itu bersama ujian yang berat. Sesungguhnya, ketika mencintai suatu kaum, Allah akan memberi mereka dengan ujian. Siapa saja yang ridha, maka ia berhak mendapat rida-Nya. Siapa yang murka, ia akan mendapat murka-Nya,” (HR. At-Tirmidzi).
Jika melihat hadits ini, musibah yang sering dipandang buruk, menyedihkan, dan memberatkan, ternyata menyimpan kebaikan yang luar biasa. Di antaranya menjadi barometer keimananan, kesabaran, ketaatan seorang hamba. Tak hanya itu, di balik musibah, Allah mencintai dan menginginkan kebaikan kepada hamba-Nya.
Semoga kita termasuk orang-orang yang bersabar, pandai bersyukur, dan senantiasa mendapat ridha Allah swt.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَرِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْمَحْشَرِ
أَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَيُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اَللّٰهُمَّ أَحْيِنَا بِحَيَاةِ الْعُلَمَاءِ وَأَمِتْنَا بِمَوْتِ الشُّهَدَاءِ وَاحْشُرْنَا بِزُمْرَةِ الْأَوْلِيَاءِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَنْبِيَاءِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاشْكُرُوْا عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ ، وَلَذِكْرُاللهِ أَكْبَرُ
Sumber: Khutbah Jumat Nu Online