Tutup
PeristiwaPolitik

MUI Menilai Ada Motif Tersembunyi di Balik Rencana Relokasi Gaza

7013
×

MUI Menilai Ada Motif Tersembunyi di Balik Rencana Relokasi Gaza

Sebarkan artikel ini
MUI Menilai Ada Motif Tersembunyi di Balik Rencana Relokasi Gaza
Ratusan ribu warga palestina berbondong-bondong kembali ke Gaza Utara pasca gencatan senjata.

Kabarnusa24.com | JAKARTA – Dunia kembali diguncang oleh manuver politik kontroversial antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Dalam pertemuan terbaru mereka, muncul skenario yang lebih berbahaya dari sekadar negosiasi diplomatik, yakni relokasi permanen warga Gaza dan kemungkinan pengambilalihan wilayah itu oleh Amerika Serikat. Apakah ini bentuk baru penjajahan yang disamarkan sebagai solusi kemanusiaan?

Trump secara terbuka menyatakan bahwa relokasi warga Gaza harus dilakukan untuk menyelamatkan mereka dari kehancuran, bahkan menyebut kemungkinan pengiriman pasukan AS ke wilayah tersebut. Netanyahu, yang melihat peluang emas dalam rencana ini, segera merespons dengan antusias. Konspirasi ini mengundang kecaman luas, termasuk protes di depan Gedung Putih yang menuntut penangkapan Netanyahu.

Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim, menilai rencana ini sebagai ancaman serius yang harus diwaspadai.

“Ini adalah rencana jahat yang harus ditolak oleh kita semua. Kepemimpinan Amerika dan Israel benar-benar tidak jujur terkait dengan gencatan senjata yang telah disepakati,” ujarnya kepada Media, Kamis (6/2/2025).

Menurut Sudarnoto, langkah Trump dan Netanyahu merupakan upaya sistematis untuk memastikan Gaza tetap berada di bawah kendali Israel dan Amerika Serikat. Ia menyoroti bahwa rencana relokasi yang digaungkan Trump beberapa hari lalu semakin diperkuat dengan pertemuan terbarunya dengan Netanyahu. Oleh karena itu, kewaspadaan harus ditingkatkan agar tidak ada upaya tersembunyi yang dapat merusak cita-cita kemerdekaan Palestina.

“Gencatan senjata bertahap ini adalah jalan menuju kemerdekaan Palestina dan keluarnya tentara pendudukan Israel dari seluruh wilayah Palestina. Proses ini harus dijaga sepenuhnya dan jangan sampai dirusak oleh rencana jahat Amerika-Israel,” tegasnya.

Sudarnoto juga menuntut Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk segera mengambil langkah konkret dalam menghadapi konspirasi Amerika-Israel. Negara-negara Islam harus bersepakat untuk menghentikan ambisi AS dalam menguasai dan mengontrol Gaza.

“Ini adalah kesempatan bagi negara-negara OKI dan masyarakat dunia untuk membantu serta membangun Gaza dan Palestina yang bebas dari segala bentuk penjajahan,” katanya.

Selain itu, ia memperingatkan agar masyarakat internasional tidak mengharapkan bantuan dari Amerika Serikat dalam rekonstruksi Gaza, karena di balik itu terdapat motif tersembunyi. Ia mendesak pemerintah Indonesia untuk terus berperan aktif dalam dialog dan konsolidasi dengan negara-negara yang mendukung Palestina.

“Ada lebih dari dua pertiga negara anggota PBB yang telah memberikan dukungan kepada Palestina. Pertemuan bilateral dan multilateral sangat penting untuk mengawal gencatan senjata dan melawan ide relokasi Trump,” tambahnya.

Di tingkat nasional, Sudarnoto menyerukan kepada umat Islam, lembaga filantropi, serta komunitas pembela Palestina untuk semakin memperkuat persatuan dalam mengawal kemerdekaan Palestina. Menurutnya, komunikasi dan konsolidasi antara pemerintah dan masyarakat harus diperkuat agar tidak ada celah bagi kekuatan asing untuk mengambil alih Gaza.

“Kita tidak boleh membiarkan Amerika Serikat mengambil alih dan mengontrol Gaza-Palestina. Persatuan di antara kita sangat penting, dan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat harus terus diperkuat,” tutupnya.

Dengan berbagai manuver politik yang dilakukan AS dan Israel, upaya mempertahankan hak-hak Palestina menjadi semakin mendesak. Dunia internasional kini dituntut untuk bersikap tegas agar rencana relokasi dan pengambilalihan Gaza dapat digagalkan. Palestina harus tetap menjadi tanah bagi rakyatnya, bukan sekadar proyek geopolitik kepentingan negara adidaya.

Sumber: MUI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *