Tutup
Sekapur Sirih

Khutbah Jumat: Risalah Kematian di Pertengahan Syaban yang Dilalaikan

5
×

Khutbah Jumat: Risalah Kematian di Pertengahan Syaban yang Dilalaikan

Sebarkan artikel ini
Khutbah Jumat: Risalah Kematian di Pertengahan Syaban yang Dilalaikan

Kabarnusa24.com,- Tema Khutbah Jumat dibawah ini dengan Judul “Risalah Kematian di Pertengahan Syaban yang Dilalaikan” ditulis oleh: KH Nur Rohmad, Ketua Komisi Dakwah & Pengembangan Masyarakat MUI Kab Mojokerto. Semoga bermnafaat.

Khutbah I

الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ،

أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۖ ثُمَّ إِلَيۡنَا تُرۡجَعُونَ

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah…

Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT, satu-satunya Tuhan yang wajib dan berhak disembah, Pencipta segala sesuatu, yang menakdirkan terjadinya segala sesuatu, Mahakuasa atas segala sesuatu, tidak membutuhkan kepada segala sesuatu dan berbeda dengan segala sesuatu, yang tidak membutuhkan kepada tempat dan arah serta Mahasuci dari bentuk dan ukuran.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah..

Begitu memasuki bulan Sya’ban, para ulama kita dulu banyak yang meninggalkan berbagai kesibukan duniawi dan beralih untuk bersiap-siap menyambut bulan suci Ramadhan. Di bulan Sya’ban, mereka banyak membaca Alquran serta menunaikan zakat mal untuk membantu orang-orang mempersiapkan bekal memasuki Ramadhan. Mereka memperbanyak puasa, dzikir dan shalat malam. Mereka menamakan Sya’ban sebagai syahrul qurra’ (bulan para pembaca Alquran).

Mereka banyak merenung dan mengingat kematian serta kehidupan akhirat. Mengingat kematian dan kehidupan akhirat dapat melembutkan hati dan memotivasi diri untuk semakin giat melakukan ketaatan kepada Allah WT

Ma’asyiral Muslimin yang berbahagia…

Menjelang bulan Ramadhan, marilah kita merenungkan saat dikumpulkannya semua manusia serta jin di padang mahsyar dan akan menjalani kehidupan akhirat yang kekal abadi. Marilah kita mengingat hari saat dibangkitkannya semua makhluk. Sungguh di hari kiamat kelak terdapat penyesalan-penyesalan. Pada saat hasyr terdapat jeritan-jeritan. Di atas jembatan shirath banyak orang tergelincir. Di saat amal ditimbang air mata bercucuran.

Di hari itu, kezaliman yang dilakukan di dunia menjadi kegelapan. Catatan amal tidak melewatkan satu pun perbuatan hamba. Sebagian hamba lalu memasuki gerbang surga. Dan sebagian yang lain terjerumus ke dalam neraka. Tidak ada pemisah antara kita dan semua peristiwa di atas kecuali saat dikatakan: “Si Fulan telah meninggal.”

Saudara-saudaraku…

Memang kalimat “Si Fulan telah meninggal” selalu diulang-ulang oleh banyak orang dan didengar banyak orang. Pertanyaannya, apakah kita telah merenungkan dan mengambil pelajaran? Apakah kita sudah berintropeksi dan menambal keteledoran-keteledoran kita? Saat ini, nama orang lain yang disebut dan diumumkan telah meninggal. Suatu saat nanti, gantian nama kita yang disebut dan diumumkan. Sudah siapkah kita menghadapinya?

Kaum Muslimin rahimakumullah…

Allah Ta’ala berfirman:

۞ قُلۡ يَتَوَفَّىٰكُم مَّلَكُ ٱلۡمَوۡتِ ٱلَّذِي وُكِّلَ بِكُمۡ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُمۡ تُرۡجَعُونَ

Maknanya: “Katakanlah: “Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian Tuhanmu akan memberi balasan atas apa yang kamu lakukan.” (QS as-Sajdah : 11)

Malaikat maut adalah ‘Izra’il ‘alaihis salam. ‘Izra’il ditugaskan untuk mencabut roh atau nyawa. Jika ia telah mencabut nyawa seorang mukmin, maka ia menyerahkan roh tersebut kepada Malaikatur-Rahmah (malaikat-malaikat pembawa rahmat). Lalu mereka pun memberikan kabar gembira kepada seorang mukmin bahwa ia akan mendapatkan pahala, rahmat dan ridla Allah.

Jika ‘Izra’il mencabut nyawa seorang kafir, maka ia serahkan kepada para malaikat penyiksa. Lalu para malaikat tersebut memberitahukan kepadanya tentang siksa dan murka Allah. Jadi para malaikat tersebut tidak membiarkan roh berada di tangan ‘Izra’il setelah ia mencabutnya sekejap mata pun. Para malaikat akan langsung membawa roh ke langit jika roh tersebut milik orang mukmin yang bertakwa. Dan malaikat akan membawa roh ke bumi yang ketujuh jika roh tersebut adalah milik orang kafir yang celaka.

Kemudian jika mayit diletakkan di keranda dan dibawa oleh orang-orang ke kuburan, para malaikat akan datang dengan roh tersebut, membawanya dan mendekat ke jenazah, mengiringinya. Jika roh tersebut adalah milik orang yang saleh, maka ia akan berkata seperti yang disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

قَدِّمُوْنِي قَدِّمُوْنِي

“Majukanlah saya”. Jika roh itu milik seseorang yang buruk amalnya, dalam riwayat lain milik orang kafir, maka roh tersebut akan berkata:

يَا وَيْلِي أَيْنَ تَذْهَبُوْنَ بِي

“Celakalah aku, ke mana kalian hendak membawaku?” Hanya saja ucapan tersebut tidak terdengar oleh manusia. Seandainya manusia mendengarnya niscaya ia akan pingsan sebagaimana diriwayatkan oleh an-Nasa’i dan lainnya.

Saudara-saudara seiman…

Kemudian mayit diletakkan di kuburnya, ditinggalkan oleh anak, harta, keluarga dan sahabat-sahabatnya. Dan tidak ada lagi yang bersamanya kecuali amalnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يَتْبَعُ المَيِّتَ ثَلَاثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ، يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ (رواه البخاري)

Maknanya: “Seorang mayit diikuti oleh tiga hal, dua akan kembali dan satu yang akan terus bersamanya. Mayit diikuti oleh keluarga, harta dan amal perbuatannya, lalu keluarga dan hartanya kembali dan tersisalah amalnya yang menyertainya.” (HR al Bukhari)

Kemudian tibalah pertanyaan dua malaikat, Munkar dan Nakir.

Saudara-saudaraku,

Beriman kepada pertanyaan dua malaikat Munkar dan Nakir adalah wajib bagi setiap mukallaf (baligh dan berakal). Pertanyaan ini diberlakukan kepada orang mukmin dan kafir di antara umat ini, yakni umat yang diutus kepada mereka Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Seorang mukmin yang sempurna imannya tidak akan terkejut, takut ataupun terganggu dengan pertanyaan Munkar dan Nakir. Karena Allah menetapkan dan menguatkan hatinya sehingga tidak merasakan takut melihat penampilan keduanya yang menakutkan.

Sebab dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Munkar dan Nakir berwarna hitam kebiru-biruan, bermata merah seperti panci-panci tembaga yang besar, memiliki taring-taring seperti tanduk-tanduk sapi. Keduanya datang membelah bumi dengan gigi-gigi taringnya dan dengan suara seperti halilintar sebagaimana disebutkan dalam kitab Fathul Bari Syarh Shahih al Bukhari.

Meski begitu, seorang mukmin yang sempurna imannya gembira dengan melihat Munkar dan Nakir, karena dia tahu bahwa ia akan selamat. Sedangkan orang munafik atau kafir, maka dia akan merasa ketakutan dan menggigil karena sangat takut kepada Munkar dan Nakir sehingga keluar dari lidahnya perkataan yang tidak ingin dia katakan. Dia mengatakan, “Aku tidak tahu, dulu aku ikut-ikutan mengatakan apa yang dikatakan oleh orang-orang”.

Maka Munkar dan Nakir berkata kepadanya, “Engkau tidak mengetahui kebenaran dan tidak memberikan jawaban yang benar. Kalimat ini dikatakan untuk menghardik seseorang. Kemudian Munkar dan Nakir memukul orang kafir atau munafik tersebut dengan sebuah palu. Munkar dan Nakir memukul kepalanya dengan palu dari besi dengan pukulan yang keras dan karenanya ia menjerit dengan jeritan yang sangat kuat, didengar oleh semua yang ada di dekatnya kecuali manusia dan jin.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah…

Pertanyaan dua malaikat Munkar dan Nakir di dalam kubur adalah salah satu kekhususan umat Muhammad ini, baik yang mukmin maupun yang kafir. Akan tetapi dikecualikan dari pertanyaan ini beberapa orang, yaitu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dikarenakan kemuliaan beliau para malaikat tidak menanyainya. Demikian pula orang yang mati syahid, yakni orang yang meninggal dalam peperangan melawan orang-orang kafir, tidak akan ditanya karena rohnya langsung dibawa naik ke surga. Demikian pula anak kecil yang meninggal sebelum baligh tidak ditanya, karena ia bukan mukallaf. Disebutkan dalam sebuah hadits ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan pertanyaan dua malaikat Munkar dan Nakir, maka Umar berkata: “Apakah dikembalikan kepada kita akal-akal kita, Ya Rasulallah?” Nabi menjawab:

كَهَيْئَتِكُمُ اليَوْمَ

“Iya, seperti keadaan kalian sekarang.” Jadi keadaan manusia di dalam kubur menyerupai keadaannya di dunia. Ia merasakan kenikmatan dan merasakan sakit. Ini terjadi dengan roh dan jasad.

Hadirin rahimakumullah…

Marilah kita renungkan bersama bahwa dunia ini berjalan ke arah kepunahan dan kesudahan. Kita semuanya akan meninggalkan rumah kita yang di atas tanah dan berpindah ke rumah yang sempit di bawah tanah. Masing-masing dari kita hanya akan membawa apa yang telah kita perbuat di dunia. Di kubur tidak ada yang menyertai seseorang kecuali amal perbuatannya. Oleh karenanya, orang yang cerdas adalah yang selalu mengingat kematian dan senantiasa melakukan persiapan untuk kehidupan akhiratnya dengan memperbanyak amal kebaikan.

Hadirin yang dirahmati Allah..

Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّللَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: ِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُ بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَيَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡبَغۡيِۚ يَعِظُكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

[Dikutip dari Halaman artikel Khutbah Jumat Majlis Ulama Indonesia/ MUI]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *