Oleh: Muhaimin Yasin, (Alumnus Pondok Pesantren Ishlahul Muslimin Lombok Barat dan Pegiat Kajian Keislaman)
Kabarnusa24.com | Waktu merupakan salah satu aspek paling berharga dalam kehidupan manusia. Namun, ironisnya, banyak orang yang tidak menyadari hal ini. Banyak di antara mereka terjebak dalam rutinitas sehari-hari, sehingga waktu yang berharga berlalu tanpa amal yang berarti sebagai bekal untuk kehidupan setelah mati.
Saatnya bagi setiap individu untuk melakukan refleksi diri, bermuhasabah, dan merenungkan amal yang telah dilakukan selama hidup. Mengingat bahwa waktu tidak dapat diulang, sangat penting untuk tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang merugi, sebagaimana yang telah Allah firmankan dalam Al-Qur’an.
وَالْعَصْرِۙ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.” (QS. Al-‘Asr[103]: 1-3)
Selain itu, peringatan tentang pentingnya memanfaatkan waktu dengan bijak ini, tidak hanya datang dari Allah swt saja. Akan tetapi Nabi Muhammad saw juga berpesan supaya umatnya tetap peduli terhadap waktu. Berikut tiga pesan Nabi Muhammad SAW yang mengingatkan umat mengelola waktu:
Waktu: Nikmat Yang Sering Terabaikan
Banyak orang beranggapan bahwa nikmat hanya terbatas pada hal-hal materi, seperti memiliki rumah mewah, harta yang melimpah, dan aset yang berlimpah. Namun, nikmat sejatinya juga mencakup aspek-aspek yang tidak dapat diukur dengan nilai materi.
Contohnya, dianugerahi kehidupan yang tenang, rezeki yang cukup, serta memiliki keluarga dan keturunan yang baik juga merupakan bentuk nikmat. Selain itu, memiliki waktu luang untuk beramal dan berkarya juga merupakan anugerah yang patut disyukuri.
Hal ini pernah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari melalui jalur periwayatan Ibnu ‘Abbas.
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
Artinya: “Dua nikmat yang banyak sekali manusia melupakannya, yakni keadaan sehat dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Ibnu Bathal menjelaskan bahwa sebagian ulama berpendapat, kalau yang dimaksud dalam hadits tersebut, yaitu, “Dua nikmat yang banyak sekali manusia melupakannya, yakni keadaan sehat dan waktu luang” merupakan sebuah pesan Nabi Muhammad Saw kepada umatnya yang berkaitan dengan kebesaran nikmat Allah yang tersisipkan dalam dua hal tersebut (Syarah Shahih Bukhari, [Riyadh, Maktabah Ar-Rusyd, 2003], jilid X, hlm. 146).
Dalam hadits tersebut, waktu luang ditafsirkan oleh Ibnu Bathal sebagai suatu bentuk ketercukupan dalam hidup. Ia menjelaskan bahwa “Dua nikmat yang sering dilupakan oleh banyak orang adalah kesehatan dan ketercukupan.” Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa seseorang tidak akan memiliki waktu luang jika kebutuhan hidupnya tidak terpenuhi.
Dengan demikian, Ibnu Bathal menekankan bahwa siapa pun yang dianugerahi kedua nikmat tersebut harus berhati-hati agar tidak kehilangan atau mengabaikannya.
Jangan Lewatkan Lima Kondisi Ini, Sebelum Menyesal
Selanjutnya, terdapat hadits lain yang menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW mengingatkan umatnya untuk senantiasa memperhatikan waktu yang mereka miliki. Dalam riwayat tersebut, kaum Muslimin diingatkan untuk memanfaatkan waktu dengan bijak sebelum menghadapi keadaan yang dapat menyulitkan mereka.
Meskipun pesan ini disampaikan empat belas abad yang lalu, relevansinya tetap kuat hingga saat ini, menjadikannya sebagai bahan refleksi diri untuk menyadari pentingnya memanfaatkan waktu yang telah dianugerahkan.
رَوَى عَمْرُو بْنُ مَيْمُونٍ الْأَوْدِيُّ، مُرْسَلًا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لِرَجُلٍ وَهُوَ يَعِظُهُ: اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
Artinya: Amr bin Maimun al-Audi meriwayatkan, secara mursal, ia mengatakan bahwa Rasulullah saw berpesan kepada seorang laki-laki sekaligus menasihatinya:
“Manfaatkanlah olehmu lima masa sebelum datang lima keadaan: 1) Masa mudamu, sebelum datang keadaan tuamu; 2) Masa sehatmu, sebelum datang sakitmu; 3) Masa kayamu, sebelum datang fakirmu; 4) Masa luangmu, sebelum datang sibukmu; dan 5) Masa hidupmu sebelum datang matimu. (HR. Al-Hakim)
Al-Muzhhiri menjelaskan bahwasanya lafadz “اغْتَنِمْ” dalam hadits tersebut mempunyai makna, “Ambillah sesuatu yang berharga ini dan jadikanlah ia sebagai sebuah nikmat.” Maksudnya adalah kerjakanlah amal saleh di masa muda, saat sehat, ketika kaya, dalam kelapangan dan selama hidupmu (Al-Mafatih fi Syarhil Mashabih [Kuwait, Darunnawadir, 2012], jilid V, hlm. 282).
Sehingga lima hal yang telah disebutkan oleh Nabi Saw tersebut menjadi kenikmatan yang harus dimanfaatkan dengan bijak, sebelum tiba lima keadaan yang susah. Tidak boleh menunggu waktu tua untuk beramal, menunggu waktu sakit untuk bertobat, menunggu waktu kaya untuk bersedekah, menunggu waktu luang untuk sibuk memikirkan proses karya atau menunggu waktu mati untuk menyesal. Akan tetapi sebelum waktunya tiba seyogyanya digunakan untuk hal yang berguna.
Umur Merupakan Amanah yang Akan Dipertanggungjawabkan di Akhirat
Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan di dunia ini telah ditentukan oleh takdir Tuhan, sehingga mereka hanya perlu menjalani hidup sesuai dengan alur yang ada. Meskipun pernyataan ini tidak sepenuhnya salah, penting untuk diingat bahwa manusia memiliki tanggung jawab untuk berusaha sebaik mungkin dalam hidupnya. Dengan demikian, setiap perbuatan, nikmat, dan amanah yang diberikan oleh Allah akan dimintakan pertanggungjawabannya di akhirat.
Terkait dengan umur, setiap individu akan ditanya tentang bagaimana mereka menghabiskan waktu selama di dunia. Apakah mereka disibukkan dengan amal kebaikan atau sebaliknya. Dalam konteks ini, terdapat riwayat dari Imam Tirmidzi yang disampaikan oleh Abu Barzah al-Aslami, yang menjelaskan hadits Nabi Muhammad SAW:
لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ القِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ
Artinya: “Tidak akan bergerak kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ia ditanya empat hal: 1) tentang umur, untuk apa ia menghabiskannya; 2) tentang ilmu, dalam hal apa ia mengamalkannya; 3) tentang harta, dari mana ia memperoleh dan kepada siapa ia menginfakkannya; serta 4) tentang anggota tubuh, untuk apa ia menggunakannya.” (HR. Tirmidzi)
Dr. Marzuq bin Hiyas az-Zahrani, dalam kitab Syarh Musnad Ad-Darimi (2021, 6:145), menjelaskan makna dari kalimat “لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ,” yang berarti bahwa kedua kaki seorang hamba tidak akan bergerak dari tempatnya berdiri menuju tahap penghitungan amal ibadah di hari Akhir.
Menurut Dr. Marzuq, hadits ini menegaskan bahwa setiap individu akan ditanya tentang umur mereka, mulai dari usia baligh hingga wafat, dan bagaimana mereka menghabiskan waktu tersebut. Jika amal kebaikan lebih banyak, maka mereka akan selamat; sebaliknya, jika amal buruk yang lebih dominan, mereka akan celaka. Selain itu, setiap orang juga akan dimintai pertanggungjawaban mengenai anggota tubuh mereka.
Secara khusus, ada dua aspek yang akan ditanyakan: ilmu dan harta. Orang yang berilmu akan ditanya tentang pengetahuan yang dimilikinya, apakah ia mengamalkan ilmu tersebut untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sementara itu, orang kaya akan ditanya tentang cara memperoleh hartanya, apakah melalui jalan yang halal, serta apakah ia telah menginfakkan hartanya kepada yang berhak.
Dari ketiga pesan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW di atas, kita seharusnya mulai belajar untuk mengelola waktu dengan bijak. Banyak orang yang lalai, sehingga waktu yang berharga terbuang sia-sia, dan mereka akan menyesal ketika waktu habis untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Yang paling penting, di hari kiamat nanti, semua yang kita lakukan akan dimintakan pertanggungjawaban. Oleh karena itu, mari kita manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Wallahua’lam.
[Hikmah NU Online]