Tutup
BeritaReligi

Wasekjen MUI: Tidak Hanya Televisi, Pemantauan Siaran Ramadhan 1446 H Diperluas ke Medsos

7008
×

Wasekjen MUI: Tidak Hanya Televisi, Pemantauan Siaran Ramadhan 1446 H Diperluas ke Medsos

Sebarkan artikel ini
Wasekjen MUI: Tidak Hanya Televisi, Pemantauan Siaran Ramadhan 1446 H Diperluas ke Medsos

Kabarnusa24.com | JAKARTA – Wakil Sekretaris Jenderal MUI Bidang Infokom Asrori S Karni menyatakan pemantauan siaran Ramadhan 1446 H cakupannya tidak hanya televisi, tetapi diperluas ke media sosial (medsos).

Asrori menambahkan, media sosial memiliki pengaruh yang semakin kuat dalam amplifikasi narasi keagamaan, termasuk siaran Ramadhan.

“Nanti kriteria media sosial dan bagaimana mekanisme pemantauannya sedang dimatangkan oleh Pokja Media Watch Komisi Infokom. Itu dari sisi objek yang dipantau,” kata Asrori kepada Media di Kantor MUI, Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (18/2/2025).

Asrori menyampaikan, pemantauan siaran Ramadhan 1446 H akan melibatkan MUI daerah dan beberapa kampus UIN sebagai tim pemantau Siaran Ramadhan.

“Kita akan perluas kolaborasi pemantauan ini dengan MUI provinsi dan beberapa perguruan tinggi UIN sebagai tindak lanjut Infokom Go to Campus beberapa waktu lalu. Jadi civitas perguruan tinggi kita libatkan yang objeknya diperluas tadi dari sisi pemantau,” sambungnya.

Asrori menekankan, pemantauan ini dilakukan agar siaran Ramadhan bisa patuh terhadap regulator, yaitu Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Selain itu, siaran Ramadhan juga patuh terhadap beberapa fatwa yang dikeluarkan oleh MUI.

Fatwa tersebut, antara lain bermuamalah di media sosial, antipornografi, narasi publik sehat yang antikebencian, dan fitnah, yang sudah MUI rumuskan ke dalam standar pantauan.

“Para pemantau tinggal melihat bagaimana isi siaran itu. Sejalan dengan standar tadi,” jelasnya.

Selain itu, dalam pemantauan siaran Ramadhan, MUI memotivasi dan membangkitkan moral industri televisi di era disrupsi atau digital ini yang sebagian mengalami tantangan yang berat.

“Ada yang sebagian menutup usaha atau mengurangi volume tenaga kerja. Nah ini, MUI berempati karena MUI sadar bahwa mereka adalah partner MUI dalam literasi publik, termasuk literasi keagamaan publik,” ungkapnya.

“Maka pada saat mereka sedang mengalami situasi sulit, MUI mendorong bagaimana MUI memberikan support, memberikan penguatan apa yang kita bisa dorong. Mungkin kita bisa bertukar pikiran program yang satu sisi berkualitas, satu sisi secara kesehatan perusahaan bisa menopang,” tambahnya.

[MUI]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *