Kabarnusa24.com
Memaknai Ulang Sungai di Wilayah Perkotaan Jember Lewat Kebudayaan
Jember, 23 Februari 2025 – Persoalan sampah di wilayah perkotaan menjadi tantangan besar di banyak kota di Indonesia, termasuk di Jember. Salah satu sungai yang membelah kota ini, Kali Jompo, kerap menjadi saksi dari rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Berhulu di Gunung Hyang Argopuro dan mengalir melalui beberapa kelurahan seperti Banjarsengon, Jember Lor, Kepatihan, Jember Kidul, dan Kaliwates sebelum bertemu dengan Sungai Bedadung, Kali Jompo memiliki peran penting bagi kehidupan masyarakat sekitar.
Menyikapi permasalahan ini, Balai RW Institute, sebuah ruang kolektif yang bergerak di bidang kebudayaan dan pendidikan, menginisiasi kegiatan Grebeg Budaya Kampung 2025 dengan tema Pendayagunaan Ruang Publik untuk Pemajuan Kebudayaan , yang di Fasilitasi oleh Kementerian Budaya melalui Dana Indonesiana. Salah satu agenda utama dalam acara ini adalah Nyadran Kali Jompo, yang dilaksanakan di Kampung Krajan, Jember Lor, tepatnya di Gang Anker, Jl. Nusa Indah Gang VII.
“Persoalan sampah di perkotaan sama peliknya dengan tantangan kesenian dan kebudayaan di Nusantara. Oleh karena itu, kami di Balai RW Institute berdiskusi dan mencari pendekatan yang lebih fleksibel melalui kebudayaan dan kesenian untuk meningkatkan kesadaran masyarakat,” ujar Istono Asrijanto, Ketua pelaksana Nyadran Kali Jompo 2025.
Menurutnya, pendekatan yang bersifat represif tidak cukup untuk menekan tingkat polusi sampah. Sebaliknya, melalui kebudayaan dan seni, masyarakat diharapkan lebih sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dengan mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang sampah.
Nyadran Kali Jompo bukan sekadar acara seremonial, tetapi juga sebuah aksi nyata dalam membangun kesadaran kolektif. Kegiatan ini menghadirkan kolaborasi antara seniman, pelaku budaya, dan masyarakat kampung untuk menghidupkan kembali ruang publik sebagai wadah ekspresi dan refleksi budaya.
Lurah Jember Lor, Budi Satriyo A.Md., mengapresiasi inisiatif ini dan menegaskan komitmen pemerintah dalam menjaga kebersihan lingkungan. “Kami sangat mendukung kegiatan ini. Dalam beberapa minggu terakhir, berbagai program kebersihan lingkungan telah kami lakukan, termasuk kerja bakti dan resik-resik kali bersama warga dan komunitas, seperti yang diinisiasi oleh Balai RW Institute dalam Grebeg Budaya Kampung kali ini,” ungkapnya.
Kegiatan ini juga melibatkan berbagai pihak, termasuk SMKN 4 Jember, warga lingkungan Kreongan Atas Dusun Rambakan, serta personel Brigif 9 Jember yang turut serta dalam aksi kebersihan lingkungan.
Catur Budi Prasetya, Direktur Program Grebeg Budaya Kampung dan Balai RW Institute Jember, menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan berpartisipasi dalam Nyadran Kali Jompo. “Terima kasih kepada Kelurahan Jember Lor, Bapak Lurah Budi Satriyo beserta Ibu Ketua PKK Jember Lor, serta semua komunitas yang telah bahu-membahu dalam kegiatan ini. Semoga ini menjadi awal yang baik untuk kesadaran lingkungan dan budaya di Jember,” ujarnya.
Dukungan juga datang dari berbagai komunitas seni dan budaya, seperti Sanggar Umah Wetan Biting, Sanggar Puri Asih Mustika Jawa Jember, 3 Taring Kolektif, serta individu-individu yang berkontribusi dalam keberlangsungan acara ini.
Melalui Nyadran Kali Jompo, masyarakat diajak untuk kembali menyadari bahwa air adalah sumber kehidupan yang harus dijaga. Menjaga kebersihan sungai berarti menjaga keberlangsungan hidup bagi generasi mendatang. Sebab, mengotori sungai sama saja dengan menciptakan ‘kiamat kecil’ bagi kehidupan anak cucu kita. Inilah pesan utama yang ingin disampaikan oleh Grebeg Budaya Kampung melalui panggung kebudayaan Nyadran Kali Jompo.
- Tentang Balai RW Institute :
Balai RW Institute adalah ruang kolektif yang bergerak di bidang pendidikan dan kebudayaan. Berfokus pada pengembangan seni dan budaya di ruang publik, Balai RW Institute aktif mengadakan berbagai kegiatan salah satunya adalah yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya budaya dan lingkungan hidup.[IAS]