Tutup
Sekapur Sirih

Benarkah Tidurnya Orang Berpuasa Itu Ibadah? Berikut Penjelasannya

3116
×

Benarkah Tidurnya Orang Berpuasa Itu Ibadah? Berikut Penjelasannya

Sebarkan artikel ini
Benarkah Tidurnya Orang Berpuasa Itu Ibadah? Berikut Penjelasannya
ilustrasi

Kabarnusa24.com | JAKARTA – Selama puasa Ramadhan, ada satu hadits yang populer di kalangan umat Islam. Hadits itu berisi tentang ungkapan bahwa tidurnya orang berpuasa adalah ibadah.

Tak jarang, hadits itu digunakan sebagai dalih pembenaran untuk bermalas-malasan dan banyak tidur ketika sedang berpuasa. Hadits tersebut berbunyi sebagai berikut:

نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ وَذَنْبُهُ مَغْفُوْرٌ

“Tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amal ibadahnya dilipatgandakan, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni.” (HR Baihaqi).

Imam al-Ghazali dalam magnum opusnya Ihya Ulumiddin, menjelaskan banyak orang Muslim salah kaprah memahami hadits tersebut. Menjadikan tidur seolah-olah sebagai ibadah dalam berpuasa. Padahal, salah satu adab dalam menjalankan puasa adalah tidak memperbanyak tidur pada saat siang hari (al-Ghazali, Ihya’ Ulumid Din, hal 246).

Lantas benarkah tidurnya orang berpuasa itu ibadah? Apakah ada penjelasan lebih lanjut mengapa tidurnya orang puasa itu ibadah

Pasalnya, tidur memang berkonotasi negatif sebab identik dengan sesuatu yang tidak produktif. Tetapi dengan keistimewaan Ramadhan, tidur menjadi hal yang bernilai ibadah secara syariat.

Konsep tidur sebagai ibadah selama puasa bermula dari pemahaman bahwa setiap aktivitas seorang muslim, termasuk tidur, dapat dinilai sebagai bentuk pengabdian kepada Allah SWT jika dilakukan dengan niat yang benar dan kesadaran spiritual.

Ketika seorang Muslim berniat untuk beristirahat guna mempersiapkan diri menjalankan ibadah puasa dengan lebih baik, maka tidurnya pun bernilai ibadah. Tidur menjadi sarana untuk memulihkan tenaga, menjaga kesehatan, dan mempersiapkan diri menjalani aktivitas ibadah seperti shalat, membaca Alquran, dan berbagai amalan spiritual lainnya.

Artinya, makna hadits “tidurnya orang berpuasa adalah ibadah” harus dimaknai setiap upaya untuk menjaga kesehatan dan kesiapan spiritual agar memaksimalkan setiap ibadah selama bulan suci Ramadhan.

Tidur ketika berpuasa harus dimaksimalkan sebagai bentuk ibadah. Misalnya, mengatur pola tidur sedemikian rupa sehingga agar bisa melaksanakan ibadah shalat malam atau tahajud, mempersiapkan diri untuk bangun sahur, atau beristirahat dengan pikiran yang tenang dan penuh syukur.

Tidur selama puasa bukanlah sekadar aktivitas biologis belaka, melainkan memiliki potensi spiritual yang mendalam. Ia dapat menjadi ibadah apabila dilakukan dengan niat yang benar, kesadaran spiritual, dan pemahaman akan perannya dalam menunjang ibadah puasa secara keseluruhan.

Dengan demikian, pertama, hadits tersebut menjelaskan bahwa puasa merupakan sebuah ibadah, maka aktivitas yang dapat menunjang ibadah puasa tersebut pun terhitung sebagai ibadah.

Kedua, tidur pun sebenarnya bernilai ibadah dan lebih baik untuk dilakukan jika dapat mencegah seorang muslim mengotori puasanya dengan melakukan perbuatan maksiat, seperti menggunjing orang lain.

Intinya, setiap aktivitas dalam kehidupan seorang muslim saat berpuasa, termasuk tidur, dapat menjadi bentuk pengabdian dan pendekatan diri kepada Allah SWT. Dengan demikian, hadits tersebut tidak dimaksudkan untuk bermalas-malasan, tapi

untuk lebih bersemangat dalam menjalankan ibadah Selain itu, juga dimaksudkan agar tidak mencampuri ibadah puasa dengan perbuatan maksiat.

[MUI]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *