Tutup
Sekapur Sirih

Khutbah Jumat: Perintah Zakat dan Mengapa Disyariatkan?

7
×

Khutbah Jumat: Perintah Zakat dan Mengapa Disyariatkan?

Sebarkan artikel ini
Khutbah Jumat: Perintah Zakat dan Mengapa Disyariatkan?
Ilustrasi

Kabarnusa24.com | Menjelang berakhirnya Ramadhan yang mulia ini, ada satu hal yang mestinya menjadi pengingat kita bersama yaitu kewajiban zakat. Berikut ini naskah materi Khutbah Jumat berjudul “Perintah Zakat dan Mengapa Disyariatkan?” Dibuat Oleh: KH DR A Bahrul Hikam MA, anggota Komisi Fatwa MUI Kota Tangerang

اَلسَّلَامُ عَليْكُمْ وَرَحْمَةاُللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلحَمْدُ لِلّٰهِ الجَوَّادِ الحَلِيمِ، سَبَّحَتْ لَهُ الْأَفْلَاكُ وَخَضَعَتْ لَهُ الأَمْلَاكُ وَهُووَ العَلِيُّ العَظِيمُ، أَحْمَدُهُ عَلَى النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَفَضْلِهِ العَممِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، يَهْدِيْ مَنْ يَشَاءُ إِلٰى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.

اَللّٰهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ نِ الرَّسُوْلِ الْكَرِيمِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيهِ وَعَلٰى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هَدْيَهُمُ القَوِيْمَ.

أَمَّا بَعْدُ،فَيَا أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَطَاعَتِهِ، بِاِمْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِههِ الْكَرِيْمِ: وَلاَ يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللّٰهُ مِن فَضْلِهِ هُوَ خَيْراً لَّهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ هُمْ
سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُواْ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلِلّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

صَدَقَ اللّٰهُ الْعَظِيْمُ

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah…

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, atas berkat rahmat, inayah, karunia-Nya, Allah kumpulkan kita bersama pada hari yang mulia ini, di pengujung bulan Ramadhan-Nya yang mulia, di tempat rumah-Nya yang mulia ini untuk melaksanakan ibadah shalat Jumat, mudah-mudahan shalat Jumat kita dan apapun ibadah yang kita lakukan di bulan Ramadhan ini diterima oleh Allah SWT dan mudah-mudahan semua ibadah-ibadah itu dapat meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Menjadikan kita mendapatnya Rahmat-Nya, MaghfirahNya dan pembebasan dari siksaan api neraka. Amiin Amiin ya Rabbal Alamin.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah…

Menjelang berakhirnya Ramadhan yang mulia ini, ada satu hal yang mestinya menjadi pengingat kita bersama yaitu kewajiban zakat. Di tahun awal disyariatkannya puasa yaitu tahun yang kedua hijrah, di tahun yang sama itu pula turun kewajiban zakat.

Sama seperti puasa, zakat juga merupakan kewajiban agama yang sudah ditunaikan oleh para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Anbiya:

وَجَعَلْنٰهُمْ اَىِٕمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرٰتِ وَاِقَامَ الصَّلٰوةِ وَاِيْتَاۤءَ الزَّكٰوةِ ۚ وَكَانُوْا لَنَا عٰبِدِيْنَ ۙ

“Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan Kami
wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan salat dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah.” (QS Al-Anbiya: 73)

Maka banyak sekali kita temukan ayat-ayat dalam Alquran yang menjelaskan ajaran zakat yang dilakukan oleh para nabi, Nabi Ismail digambarkan dalam Alquran sebagai pribadi yang memerintahkan keluarganya untuk shalat dan berzakat.

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيْلَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِييًّا

“Ceritakanlah (Nabi Muhammad kisah) Ismail di dalam Kitab (Alquran). Sesungguhnya dia adalah orang yang benar janjinya, rasul, dan nabi. Dia selalu menyuruh keluarganya untuk (menegakkan) salat dan (menunaikan) zakat. Dia adalah orang yang diridai oleh Tuhannya.” (QS Maryam: 54-55)

Nabi Musa ketika berdoa kepada Allah dijawab dengan seruan bahwa rahmat Allah hanya diberikan kepada orang yang bertakwa, menunaikan zakat dan mengimani ayat-aya=tNya.

وَاكْتُبْ لَنَا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ إِنَّا هُدْنَا إِلَيْكَ ۚ قَالَ عَذَابِي أُصِيبُ بِهِ مَنْ أَشَاءُ ۖ وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ ۚ فَسَأَكْتُبُهَا
لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُم بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ

“Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman: “Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.” (QS Araf: 156)

Nabi Isa pun disebutkan dalam Alquran sebagai pribadi yang menjalankan shalat dan menunaikan zakat sepanjang hidupnya.

قَالَ اِنِّيْ عَبْدُ اللّٰهِ ۗاٰتٰنِيَ الْكِتٰبَ وَجَعَلَنِيْ نَبِيًّا ۙوَّجَعَلَنِيْ مُبٰرَكًا اَيْنَ مَا كُنْتُۖ وَاَوْصٰنِيْ بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِ مَا دُمْتُ حَيًّا ۖ

“Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. Dan
Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.” (QS Maryam: 20-31)

Hadhirin jamaah Jumat rahimakumullah…

Diksi zakat dan yang semaknanya disebut dalam Alquran sebanyak 58 kali, yang rata-rata penyebutan zakat mengiringi penyebutan shalat. Fenomena ini seolah-olah menandakan bahwa Allah tidak membeda-bedakan antara kewajiban Shalat dan kewajiban zakat. Abdullah bin Mas’ud salah seorang sahabat Nabi SAW yang menyatakan:

مَنْ أَقَامَ الصَّلَاةَ وَلَمْ يُؤْتِ الزَّكَاةَ فَلَا صَلَاةَ لَهُ

“Barangsiapa yang melakukan shalat tetapi tidak berzakat maka seolah-olah tiada shalat baginya.”
Islam menjadikan tindak penunaian zakat, berinfaq dan bersedekah, sebagai salah satu karakter orang beriman dan bertakwa. Sebaliknya, sikap enggan bersedekah dan enggan membayar zakat, adalah salah satu ciri orang musyrik dan munafiq. Membayar zakat dan bersedekah adalah bukti keimanan dan ketulusan, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

الصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ

“Bersedekah atau berzakat adalah bukti keimanan.” (HR Muslim)

Dalam riwayat yang lain, Nabi SAW bersabda:

حَصِّنُوا أَمْوَالَكُمْ بِالزَّكَاةِ ودَاوُوْا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ وَأَعِدُّوا لِلبَلَاءِ الدُّعاءَ

“Jagalah harta-harta kalian dengan zakat, obatilah orang-orang sakit di antara kalian dengan shadaqah, dan bersiap-siaplah terhadap musibah dengan doa.” (HR Thabrani)

Islam mengancam mereka yang enggan membayar zakat, dengan hukuman yang berat, baik hukuman di dunia, maupun hukuman di akhirat.

مَن آتَاهُ اللّٰهُ مَالًا، فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهُ مُثِّلَ له مَالُهُ يَومَ القِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ لَهُ زَبِيْبَتَانِ يُطَوَّقُهُ يَومَ القِيَامَةِ، ثُمَّ يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ – يَعْنِي بِشِدْقَيْهِ – ثُمَّ يَقُوْلُ أَنَا مَالُكَ أَنَا كَنْزُكَ،

“Siapa yang diberi Allah karunia harta, lalu tidak mengeluarkan zakatnya, akan menerima hukuman. Pada hari kiamat seekor ular botak dengan dua kelenjar bisa dimulutnya, akan melinkari tubuhnya, kemudian melilit leher dan dua rahangnya seraya berkata sayalah harta simpananmu yang tidak dizakati.” (HR Bukhari)

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah…

Zakat memiliki banyak hikmah dan manfaat, baik bagi individu maupun masyarakat. Salah satu diantara hikmah itu adalah bahwa zakat dapat membersihkan harta dan jiwa.

Zakat membersihkan harta dari hak orang lain yang ada di dalamnya, sekaligus membersihkan jiwa dari sifat kikir dan cinta dunia yang berlebihan. Zakat tidak hanya memiliki dimensi sosial dan ekonomi, tetapi juga dimensi spiritual yang sangat mendalam. Zakat berfungsi sebagai sarana untuk menyucikan harta yang kita miliki.

Dalam Islam, harta yang kita peroleh tidak sepenuhnya milik kita, tetapi terdapat hak orang lain di dalamnya, terutama mereka yang membutuhkan. Dengan mengeluarkan zakat, kita membersihkan harta dari hak-hak tersebut. Allah SWT berfirman dalam Surah At-Taubah ayat 103:

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka.”

Dengan mengeluarkan zakat, kita memastikan bahwa harta yang kita miliki halal dan berkah. Selain membersihkan harta, zakat juga memiliki dampak positif yang besar terhadap jiwa manusia. Zakat membantu membersihkan jiwa dari sifat-sifat negatif seperti kikir, tamak, dan cinta dunia yang berlebihan. Sifat kikir adalah salah satu penyakit hati yang dapat merusak hubungan sosial dan spiritual. Dengan mengeluarkan zakat, kita melatih diri untuk menjadi dermawan dan peduli terhadap sesama.

Membersihkan harta melalui zakat tidak dapat dipisahkan dari proses penyucian jiwa. Ketika kita mengeluarkan zakat, kita tidak hanya memberikan sebagian harta, tetapi juga melatih diri untuk melepaskan keterikatan terhadap dunia. Ini membantu kita mencapai keseimbangan antara kebutuhan material dan spiritual.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah…

Selain membersihkan harta dan jiwa, zakat juga menjadi instrumen sosial yang sangat efektif dalam memperkuat solidaritas dan kebersamaan dalam masyarakat. Melalui zakat, Islam membangun sistem yang memastikan tidak ada anggota masyarakat yang tertinggal, sekaligus menciptakan ikatan saling peduli antara yang mampu dan yang lemah.

Zakat menjadikan distribusi kekayaan dari kelompok mampu (muzakki) kepada yang membutuhkan (mustahik). Dengan cara ini, mengurangi sekat antara muzakki dan mustahik, sehingga mengurangi potensi kecemburuan sosial dan konflik. Allah berfirman:

كَيْ لَا يَكُوْنَ دُوْلَةً ۢ بَيْنَ الْاَغْنِيَاۤءِ مِنْكُمْۗ

“(Demikian) agar harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.”

Zakat mengajarkan bahwa kesejahteraan individu tidak boleh mengabaikan tanggung jawab sosial. Dengan zakat, masyarakat saling menopang dalam memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, pendidikan, dan kesehatan. Ketika seorang muslim mengeluarkan zakat, ia dilatih untuk merasakan penderitaan orang lain.

Proses ini menumbuhkan empati dan kepedulian, yang menjadi dasar terbentuknya solidaritas. Di era modern, individualisme sering kali mengikis rasa kebersamaan. Zakat mengingatkan manusia bahwa harta adalah amanah Allah yang harus dibagikan. Ini melawan sikap egois dan materialistik.

Pada akhirnya zakat adalah solusi ilahiyah untuk membangun masyarakat yang harmonis, adil, dan penuh solidaritas. Dengan zakat, Islam mengajarkan bahwa kesejahteraan bukan hanya tentang kekayaan materi, tetapi juga tentang kepedulian dan kebersamaan.Sebagai penutup khutbah marilah kita renungi bersama ayat berikut ini:

وَلاَ يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللّٰهُ مِن فَضْلِهِ هُوَ خَيْراً لَّهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُواْ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلِلّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاللّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan karunia yang Allah anugerahkan kepadanya mengira bahwa (kekikiran) itu baik bagi mereka. Sebaliknya, (kekikiran) itu buruk bagi mereka. Pada hari Kiamat, mereka akan dikalungi dengan sesuatu yang dengannya mereka berbuat kikir. Milik Allahlah warisan (yang ada di) langit dan di bumi. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Mudah-mudahan Allah memberikan kita taufik dan kekuatan untuk bisa berzakat agar kita dapat mewujudkan masyarakat yang saling menguatkan, saling menjaga, dan bersama-sama meraih ridha Allah SWT marilah kita mengakhiri bulan ramadhan yang mulia ini dengan banyak melakukan kesalihan amin allahumma amin…

بَارَكَ اللّٰهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، وَتَقَبَّلَ اللّٰهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، أَقَوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَاالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

 

Sumber: Artikel Khutbah Jumat MUI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *