Kabarnusa24.com | JAKARTA – Ketinggian hilal menjelang Ramadhan 1446 H di Indonesia saat ini hampir seluruhnya berada di bawah kriteria imkanur rukyah, kecuali di sebagian wilayah di Aceh. Di ujung barat Indonesia itu, ketinggian hilal sudah melebihi 3 derajat dan elongasinya di atas 6,4 derajat, sedangkan di wilayah lainnya belum mencapainya.
Melihat data tersebut, keputusan sidang isbat dan ikhbar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) harus menunggu informasi hasil dari rukyatul hilal yang digelar di sebagian wilayah Aceh tersebut. Sebab, hanya di sanalah, kesaksian yang dapat melihat hilal bisa diterima, sedangkan jika ada yang dapat melihat hilal di wilayah bagian timur Aceh dapat tertolak karena ketinggiannya yang belum memenuhi kriteria kemungkinan hilal dapat terlihat.
“Sehingga NU fokus konsentrasi rukyatul hilal di wilayah Aceh. Wilayah di luar Aceh itu dalam kategori belum pada parameter imkanur rukyah,” kata Prof KH Ahmad Izzuddin, Guru Besar Ilmu Falak UIN Walisongo Semarang, kepada Media, pada Rabu (19/2/2025).
Oleh karena itu, Kiai Izzuddin menegaskan bahwa keputusan awal Ramadhan 1446 H perlu menunggu hasil sidang isbat dari pemerintah dan ikhbar yang akan disampaikan PBNU berdasarkan hasil rukyatul hilal yang akan dilakukan pada Jumat (28/2/2025).
“Kita tunggu saat detik-detik rukyatul hilal yang akan dilaksanakan pada hari Jumat 28 Februari 2025,” kata Pengurus Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) itu.
Ia meminta warga NU di wilayah Indonesia Timur dan Indonesia Tengah untuk bersabar menunggu keputusan dan ikhbar PBNU yang insyaallah diumumkan sekitar pukul 19.00 WIB.
“Dalam waktu sekitar pukul 19.00 akan segera diumumkan hasil pengamatan rekap pengamatan hilal di seluruh Indonesia. Harapannya kita benar-benar beribadah dengan dasar yang kuat terhadap konsep shumu lirukyatihi wa afthiru lirukyatihi,” katanya.
Potensi beda
Awal Ramadhan 1446 H berpotensi berbeda karena hanya sebagian wilayah Aceh saja yang memenuhi kriteria imkanur rukyah.
Di sisi lain, Muhammadiyah sudah menetapkan awal Ramadhan 1446 H jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025 berdasarkan kriteria wujudul hilal, yaitu ketika hilal sudah positif di atas ufuk saat matahari terbenam, sehingga diputuskan sudah masuk bulan baru.
Sementara NU dan pemerintah menunggu hasil rukyatul hilal yang didasarkan atas hisab yang akan dijadikan pertimbangan dalam penetapan awal bulan Hijriah.
“NU dan pemerintah yang mencoba untuk memfasilitasi metode hisab dan rukyah sebagai metode untuk saling melakukan konfirmasi,” katanya.
Jika hilal berhasil diobservasi di wilayah Aceh yang telah memenuhi kriteria imkanur rukyah, maka awal Ramadhan 1446 H bisa berjalan bersama-sama, yakni pada Sabtu, 1 Maret 1446 H. Namun, jika hilal tidak dapat teramati, tentunya NU akan mengambil keputusan istikmal, yaitu menyempurnakan bulan Sya’ban pada umur 30 hari.
“Tentunya (awal Ramadhan 1446 H) akan mundur satu hari, pada Ahad 2 Maret 2025, sehingga potensi untuk perbedaan masih mungkin terjadi,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Lifeskill Daarun Najaah Semarang, Jawa Tengah itu.
Data hilal
LF PBNU merilis data hilal jelang Ramadhan 1446 H melalui Informasi Hilal Awal Ramadhan 1446 H pada 29 Sya’ban 1446 H/28 Februari 2025 M di Indonesia, pada Rabu (26/2/2025).
Diketahui, ijtimak atau konjungsi terjadi pada Jumat Legi 28 Februari 2025 M pukul 07:45:14 WIB berdasarkan perhitungan metode ilmu falak (sistem hisab) jama’i atau tahqiqy tadqiky ashri kontemporer khas Nahdlatul Ulama.
Perhitungan dilakukan untuk hari Jumat Legi 29 Sya’ban 1446 H yang bertepatan dengan tanggal 28 Februari 2025 M pada titik Gedung PBNU Jl Kramat Raya Jakarta Pusat dengan koordinat 6º 11’ 25” LS 106º 50’ 50” BT.
Adapun tinggi hilal mar’ie adalah +3 derajat 49 menit 45 detik, sedangkan elongasi hilal haqiqi 6 derajat 06 menit 12 detik. Hal ini menunjukkan bahwa hilal belum memenuhi kriteria imkanur rukyah.
Sementara letak matahari terbenam pada 7 derajat 55 menit 00 detik selatan titik barat, sedangkan letak hilal berada 6 derajat 00 menit 10 detik selatan titik barat dengan kedudukan hilal 1 derajat 54 menit 50 detik utara Matahari dalam keadaan hilal miring ke utara. Lama hilal di atas ufuk 19 menit 10 detik.
Diketahui bahwa parameter hilal terkecil terjadi di Kota Merauke Provinsi Papua Selatan dengan tinggi hilal mar’ie +2 derajat 52 menit, elongasi hilal haqiqy 4 derajar 54 menit dan lama hilal di atas ufuk 15 menit 10 detik. Sementara parameter hilal terbesar terjadi di Kota Lhoknga, Aceh dengan tinggi hilal mar’ie +4 derajar 25 menit, elongasi hilal haqiqy 6 derajat 28 menit dan lama hilal di atas ufuk 22 menit 55 detik.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan bahwa pada saat rukyatul hilal, ada sejumlah benda astronomis yang berpotensi dianggap hilal padahal lain, seperti Venus atau Merkurius yang merupakan planet, bisa berupa Sirius yang merupakan bintang, dan banyak lainnya.
“Adanya objek astronomis lainnya ini berpotensi menjadikan pengamat menganggapnya sebagai Hilal,” demikian termaktub dalam Informasi Prakiraan Hilal Saat Matahari Terbenam Tanggal 28 Februari 2025 M (Penentu Awal Bulan Ramadan 1446 H) yang dirilis BMKG.
Sebab pada 28 Februari 2025, dari sejak Matahari terbenam hingga Bulan terbenam terdapat Saturnus dan Merkurius yang jarak sudutnya lebih kecil daripada 10 derajat dari Bulan.
[NU Online]