Wapres RI Tekankan Moderasi Beragama dalam Upaya Rawat Keutuhan Bangsa
JAKARTA – KABARNUSA24.COM, Agama ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Potensi konflik dan perdamaian secara bersamaan dapat ditimbulkan atas nama agama. Banyak konflik atas nama agama terjadi di belahan dunia, bahkan termasuk di negara-negara yang penduduknya mayoritas muslim, seperti di Timur Tengah maupun di Afrika.
Atas dasar hal tersebut, Wakil Presiden (Wapres) menegaskan kepada para peserta Konferensi Internasional bahwa moderasi beragama merupakan salah satu poin penting dalam upaya merawat keutuhan bangsa.
“Melalui manajemen moderasi beragama diharapkan kemajemukan dalam masyarakat mampu terus dirawat demi kelanggengan bangsa,” ujar Wapres pada Konferensi Internasional “Agama, Perdamaian, dan Peradaban” Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang diselenggarakan di Golden Ballroom The Sultan Hotel, Senin (22/5/2023).
Indonesia sebagai bangsa yang plural, dengan memiliki keragaman agama dan kepercayaan memiliki tingkat toleransi yang sangat tinggi antar satu sama lain. Hal tersebut dikarenakan pendiri bangsa Indonesia merumuskan “Bhinneka Tunggal Ika” dengan kesadaran atas perbedaan, sekaligus demi memperkuat persatuan dan kesatuan nasional.
“Dengan keberagaman agama yang dimiliki, Indonesia memegang prinsip kebebasan beragama dan menjaga prinsip toleransi,” ujar Wapres.
Selaras dengan hal tersebut, beliau juga menuturkan bahwa sesungguhnya setiap agama mengajarkan hidup damai berdampingan dengan umat lainnya.
“Dalam beragama kita diajarkan untuk mengamalkan ajaran agama dalam setiap aspek kehidupan, agar terjalin hubungan yang indah dan harmonis antarsesama, alam semesta, maupun dengan Tuhan, dengan Allah Yang Mahapencipta,” tuturnya.
Kiai Ma’ruf mengingatkan kepada para peserta untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut. Pertama, menempatkan diri sebagai “wakil Allah”, sebagai khalifatullah yang menjalankan penugasan dari Allah SWT selaku pemberi mandat.
Yang kedua, antarmanusia sebagai sesama “wakil Allah” harus saling menguatkan satu sama lain (tasanud), bukan saling bermusuhan (ta’anud), karena pada hakikatnya yang memberi mandat adalah sama, yaitu Allah SWT, Tuhan Yang Satu.
Yang ketiga, antarmanusia harus saling menjaga jangan sampai terjadi kegaduhan, karena manusia ini berada di satu bumi yang sama (fii ardhin wahidin). Jika terjadi kegaduhan di satu tempat, maka akan berpengaruh pada manusia di tempat lainnya. Setiap potensi kegaduhan atau kerusuhan, harus dicegah bersama dengan cara apapun.
Pada akhir sambutannya, Wapres menyampaikan bahwa dalam upaya membangun peradaban, penting untuk dilandaskan pada kesadaran bahwa manusia adalah wakil Allah di bumi (khalifatullah fil ardh), yang diberi tugas (mandat) untuk mengelola dan membangun bumi serta peradabannya. Manusia bertanggung jawab untuk memakmurkan bumi.
Selain itu, peradaban yang dibangun harus pula didasarkan pada dimensi Ketuhanan (rabbâniyyah,// teosentris) dan juga dimensi kemanusiaan (insâniyyah, antroposentris).
Diketahui, Konferensi Internasional tersebut dihelat pada tanggal 21-23 Mei 2023.
Konferensi ini dihadiri perwakilan tokoh-tokoh agama dari 25 negara dan narasumber dari dalam maupun luar negeri
Konferensi ini merupakan hasil kerja sama MUI dengan Liga Muslim Dunia. Kegiatan ini digelar sebagai bentuk kontribusi MUI untuk mengarusutamakan keberagamaan yang berkontribusi bagi perdamaian dan peradaban.
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Marsudi Syuhud berbagi tentang kehidupan bangsa indonesia yang tetap hidup berdampingan dengan damai meskipun terdiri dari keberagaman suku, ras, dan agama.
“Dalam forum ini kami akan berbagi pengalaman hidup bersama di antara orang-orang yang berbeda agama di Indonesia yang bersumber dari semboyan bangsa Indonesia ‘Bhineka Tunggal Ika’,” kata dia di kesempatan yang sama.
Pers Rilis Majlis Ulama Indonesia (MUI)