Tutup
Religi

Menghadapi Kematian Berbekal Iman dan Amal

1
×

Menghadapi Kematian Berbekal Iman dan Amal

Sebarkan artikel ini
Menghadapi Kematian Berbekal Iman dan Amal
ilustrasi

Menghadapi Kematian Berbekal Iman dan Amal

KABARNUSA24.COM, Segala puji bagi Allah Ta’ala, yang nyawa manusia senantiasa dalam genggaman-Nya. Dia Yang Maha Menghidupkan dan Mematikan. Semua makhluk akan kembali pada-Nya.

Allah berfirman:

كَيۡفَ تَكۡفُرُونَ بِٱللَّهِ وَكُنتُمۡ أَمۡوَٰتٗا فَأَحۡيَٰكُمۡۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمۡ ثُمَّ يُحۡيِيكُمۡ ثُمَّ إِلَيۡهِ ‌تُرۡجَعُونَ

“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya lah kamu dikembalikan?” (QS. Al-Baqarah: 28)

Shalawat dan salam semoga tercurah untuk baginda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Juga kepada keluarga dan para sahabatnya. Semoga keselamatan juga Allah curahkan untuk umatnya yang selalu berpegang teguh kepada ajarannya.

Bertakwalah kepada Allah subhanahu wata’ala yang akan kembali kepada-Nya seluruh makhluk. Bertakwalah kepada-Nya karena di tangan-Nya balasan setiap kebaikan dan keburukan. Bertakwalah kepada-Nya karena tidaklah Ia memberi nikmat melainkan agar itu menjadi sarana penghantar kepada ketakwaan.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)

Seorang Muslim Harus Meyakini Semua Kejadian Telah Ditetapkan Allah

Setiap orang yang beriman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari Akhir, dan mengimani Takdir baik atau pun buruk, ia pun harus mengimani dengan benar bahwasanya ia akan berhadapan dengan ajal yang telah ditetapkan oleh Allah subhanahu wata’ala atas setiap makhluk, yakni kefanaan atau kesirnaan seluruh materi.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

كُلُّ مَنۡ عَلَيۡهَا فَانٖ

“Semua yang ada di bumi itu akan binasa.” (QS. Ar-Rahman: 26)

وَيَبۡقَىٰ وَجۡهُ رَبِّكَ ذُو ٱلۡجَلَٰلِ وَٱلۡإِكۡرَامِ

“Tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal.” (QS. Ar-Rahman: 27)

Setiap saat kita menyaksikan manusia sedang berjalan menuju kampung akhirat. Baik dari kalangan orang tua, pemuda, anak-anak baik laki-laki ataupun perempuan.

Bahkan di antara mereka adalah bagian dari keluarga kita sendiri, ataupun kerabat, sahabat juga tetangga rumah.

Mari renungkan. Setelah kematian ini setiap jiwa akan memasuki malam pertama dari etape perjalanan akhirat, yakni alam kubur.

Ketika dua malaikat mendatangi, lalu menanyakan tentang Rabb, tentang agama dan tentang Nabi.

Mari renungkan. Siapa yang nanti akan menemani di alam kubur? Apakah amal saleh yang menyerupakan diri sebagai sesosok lelaki tampan, pakaian indah, wangi semerbak, lalu ia berkata: Berbahagialah dengan nikmat yang telah diberikan kepadamu, inilah hari yang dahulu telah dijanjikan, aku adalah amalan salehmu?

Kita berharap kepada Allah yang Maha Mulia lagi Utama agar mendapatkannya.

Dia berfirman:

وَمَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا فَلِأَنفُسِهِمۡ يَمۡهَدُونَ

“Dan barang siapa mengerjakan kebajikan maka mereka menyiapkan diri mereka sendiri (tempat yang menyenangkan).” (QS. Ar-Rum: 44)

Ibnu Jarir berkata, “Mereka menyiapkan diri mereka sendiri tempat istirahat yang bisa menyelamatkan dari siksa dan hukuman dari Allah.”

Setiap Muslim Harus Selalu Siap Menghadapi Kematian.

Setelah fase kematian, akan tiba hari kebangkitan dan dikumpulkannya semua makhluk di padang mahsyar.

Pada saat itu, Allah subhanahu wata’ala akan tampakkan semua amalan hamba-Nya untuk dihisab, dibentangkan shirath (jembatan) di atas neraka jahanam. Semuanya adalah pemandangan dan jalan yang harus dilalui setiap hamba.

Bertakwalah wahai para hamba, persiapkan diri kalian menghadapi hari agung tersebut. Siapkanlah amal-amal saleh yang ikhlas karena mengharap wajah-Nya, dan yakinlah selalu akan janji dan balasan-Nya.

Allah berfirman:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٌ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٖۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعۡمَلُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18(

وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ نَسُواْ ٱللَّهَ فَأَنسَىٰهُمۡ أَنفُسَهُمۡۚ أُوْلَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.” (QS. Al-Hasyr: 19)

Hakekat Tawakal Kepada Allah

Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk selalu bertawakal karena ia merupakan ibadah hati yang agung.

Iman yang sempurna adalah manakala terikat menjadi satu antara keyakinan hati, lisan, dan anggota badan.

Hakekat tawakal adalah bersandarnya hati hanya kepada Allah subhanahu wata’ala. Menyerahkan segala urusan kepada-Nya dalam hal memperoleh manfaat atau menghindari mara bahaya baik perkara dunia maupun akhirat.

Wajib bagi seorang muslim untuk bertawakal kepada Sang Khaliq, Sang Pengatur dan melakukan sebab-sebab yang dibenarkan dalam syariat Islam karena Nabi pun juga melakukannya.

Beliau tetap memakai baju besi setiap kali terjun dalam peperangan. Beliau mengangkat seorang penunjuk jalan dalam perjalanan hijrah ke Madinah. Beliau menerima usulan sahabat untuk menggali parit saat perang Ahzab, dan selalu melakukan usaha yang menyertai tawakalnya kepada Allah.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَمَا لَنَآ أَلَّا نَتَوَكَّلَ عَلَى ٱللَّهِ وَقَدۡ هَدَىٰنَا سُبُلَنَاۚ وَلَنَصۡبِرَنَّ عَلَىٰ مَآ ءَاذَيۡتُمُونَاۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ‌ٱلۡمُتَوَكِّلُونَ

“Dan mengapa kia tidak bertawakal kepada Allah, sedangkan Dia telah menunjukkan jalan kepada kita, dan kami sungguh akan tetap bersabar terhadap gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang yang bertawakal itu berserah diri.” (QS. Ibrahim: 12)

3 Bekal Terbaik Menghadapi Kematian

Kematian pasti menghampiri kita. Tidak memandang siapa, kapan, di mana, dan bagaimana pun kondisinya.

Ketika ajal menjemput, tidak ada satu pun yang akan bisa menghindar darinya. Pertanyaannya adalah bekal apa yang terbaik untuk menghadapi kematian itu?

Dari sekian banyak keterangan dari Al-Quran dan As-Sunnah, dapat disimpulkan bahwa setidaknya ada tiga amalan terbaik:

Pertama: Amal Saleh

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

فَمَن كَانَ يَرۡجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلۡيَعۡمَلۡ عَمَلٗا صَٰلِحٗا وَلَا يُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدَۢا

“Barang siapa yang berharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia melakukan amal saleh dan jangan menyekutukan Allah dengan seorang pun.” (QS. Al-Kahfi: 110)

Sebuah amal dikatakan saleh manakala memenuhi empat syaratnya, sebagaimana di sampaikan oleh Imam Al-Baghawi yang menyitir perkataan sahabat Mu’adz.

الْعَمَلُ الصَّالِحُ الَّذِي فِيْهِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءٍ: الْعِلْمُ، وَالنِّيَةُ، وَالصَّبْرُ، وَالْإِخْلاَصُ

“Amal saleh adalah yang terkumpul padanya empat hal; ilmu, niat, sabar, dan ikhlas.” (Ma’alimu Tanzil fi Tafsiril Qur’an, Imam Al-Baghawi, 1/73)

Kedua: Menjauhi amalan tercela

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

إنْ ‌تَجۡتَنِبُواْ كَبَآئِرَ مَا تُنۡهَوۡنَ عَنۡهُ نُكَفِّرۡ عَنكُمۡ سَيِّـَٔاتِكُمۡ وَنُدۡخِلۡكُم مُّدۡخَلٗا كَرِيمٗا

“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (QS. An-Nisa’: 31)

Ketiga: Segera Bertaubat

Allah subhanahu wata’ala berfirman,

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ‌تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةٗ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمۡ سَيِّـَٔاتِكُمۡ وَيُدۡخِلَكُمۡ جَنَّـٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ

“Wahai orang-orang yang beriman! bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai…” (QS. At-Tahrim: 8)

Demikian penjelasan tentang bagaimana semestinya sikap seorang muslim dalam menghadapi kematian yang dapat disampaikan, semoga Allah Ta’ala membimbing kita untuk senantiasa mempersiapkan kualitas iman dan amal terbaik untuk menghadapi kematian yang datang secara tiba-tiba. Aamiin

 

 

Sumber: Kutipan Ulasan Dakwah Materi Khutbah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *