Tutup
Sekapur Sirih

Abu Bakar ash-Shiddiq, Teladan dalam Kejujuran

4
×

Abu Bakar ash-Shiddiq, Teladan dalam Kejujuran

Sebarkan artikel ini
Abu Bakar ash-Shiddiq, Teladan dalam Kejujuran
ilustrasi Tulisan istimewa Kaligrafi Bahasa Arab.

Abu Bakar ash-Shiddiq, Teladan dalam Kejujuran

Kabarnusa24.com,- Mari kita sejenak menyelami kepribadian sosok manusia pilihan dan makhluk terbaik setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yakni sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.

Nama asli Abu Bakar ash-Shiddiq adalah Abdullah bin Utsman bin Umar At-Tamimi Al-Qurasy atau yang lebih dikenal dengan Ibnu Abi Quhafah.

Semua umat Islam sepakat bahwa sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq adalah umat Muhammad terbaik setelah Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam.

Sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu termasuk salah satu dari assabiqunal awwalun. Assabiqunal awwalun artinya orang-orang yang pertama kali masuk Islam.

Sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu juga termasuk salah satu khulafaur rasyidin. Khulafaur rasyidin artinya para khalifah yang mendapat petunjuk.

Sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu adalah khalifah pertama dalam Islam setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat.

Keutamaan sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu sangat tampak sekali dengan bukti-bukti berikut ini :

Abu Bakar ash-Shiddiq adalah laki-laki yang paling dicintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Sebuah riwayat menyatakan bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq adalah sosok laki-laki beriman yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Syatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus Amru bin Ash untuk memimpin pasukan kaum muslimin dalam perang Dzatus Salasil.

Kemudian Amru bin Ash memberanikan diri untuk bertanya sesuatu kepada Rasulullah.

Amru bin Ash bertanya,

أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيْكَ

“Siapa manusia yang paling engkau cintai?”

Rasulullah menjawab,

عَائِشَةُ

“Aisyah.”

Amru bin Ash bertanya lagi,

مِنْ الرِّجَالِ

“Dari kalangan laki-laki?”

Rasulullah menjawab,

أَبُوهَا

“Bapaknya (Abu Bakar ash-Shiddiq).”

Amru bin Ash bertanya lagi,

ثُمَّ مَنْ

“Kemudian siapa?”

Rasulullah menjawab,

عُمَرُ

“Umar.”

Kemudian Rasulullah menyebutkan beberapa nama lagi setelahnya. Setelah itu Amru bin Ash pun diam karena aku takut termasuk orang yang paling terakhir. (HR. Al-Bukhari no. 3662; HR. Musim no. 2384)

Abu Bakar ash-Shiddiq adalah satu-satunya teman Hijrah Rasulullah.

Sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu adalah satu-satunya orang yang menemani Rasulullah di dalam Gua Tsur saat berhijrah ke Madinah untuk menyelamatkan diri dari kejaran kaum kafir Quraisy. Tiada seorang pun yang mendapatkan keutamaan seperti itu selain dirinya.

Allah subhanahu wata’ala berfirman,

إِلَّا تَنصُرُوهُ فَقَدۡ نَصَرَهُ ٱللَّهُ إِذۡ أَخۡرَجَهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ ثَانِيَ ٱثۡنَيۡنِ إِذۡ هُمَا فِي ٱلۡغَارِ إِذۡ يَقُولُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحۡزَنۡ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَاۖ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَيۡهِ وَأَيَّدَهُۥ بِجُنُودٖ لَّمۡ تَرَوۡهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ ٱلسُّفۡلَىٰۗ وَكَلِمَةُ ٱللَّهِ هِيَ ٱلۡعُلۡيَاۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, “Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. At-Taubah: 40)

Abu Bakar ash-Shiddiq adalah orang pertama yang masuk Islam dari kalangan laki-laki dewasa.

Abu Bakar ash-Shiddiq adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan lelaki dewasa.

Sebagaimana diterangkan oleh sahabat Ammar bin Yasir:

رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- وَمَا مَعَهٌ إِلَّا خَمْسَةُ أَعْبُدٍ، وَامْرِأَتَانِ، وَأَبُو بَكْرٍ

“Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang tidaklah bersamanya kecuali lima budak, dua wanita, dan Abu Bakar.” (HR. Al-Bukhari)

Bahwasanya Amru bin Abasah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang siapa saja yang beriman kepadanya di awal mula dakwah, beliau menjawab,

حُرٌّ وَعَبْدٌ قَالَ: وَمَعَهُ يَوْمَئِذٍ أَبُو بَكْرٍ، وَبِلَالٌ مِمَّنْ آمَنَ بِهِ

“Orang-orang merdeka dan para budak. Juga pada waktu itu ada Abu Bakar, Bilal yang telah beriman kepadanya.” (HR. Muslim)

Di saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyeru manusia untuk menyembah Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, maka semuanya mendustakan, kecuali Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.

Dialah satu-satunya orang yang membenarkan seruan beliau. Peristiwa itu pun begitu dikenang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga dalam sabdanya suatu hari mengatakan di hadapan para sahabat:

إِنَّ اللَّهَ بَعَثَنِي إِلَيْكُمْ فَقُلْتُمْ كَذَبْتَ، وَقَالَ أَبُو بَكْرٍ صَدَقَ، وَوَاسَانِي بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، فَهَلْ أَنْتُمْ تَارِكُوا لِي صَاحِبِي

“Sesungguhnya Allah telah mengutusku untuk kalian semua, lalu kalian mengatakan, engkau dusta. Sementara Abu Bakar mengatakan, Dia benar. Dia berjuang mengorbankan dirinya dan hartanya. Apakah kalian akan meninggalkan kepadaku sahabatku?—Beliau ulangi dua kali, maka sejak saat itu Abu Bakar tidak disakiti lagi.” (HR. Al-Bukhari)

Kejujuran Abu Bakar dalam membenarkan dakwah Nabi tidak hanya disaksikan langsung oleh Rasulullah, akan tetapi Allah Ta’ala pun juga telah mempersaksikannya.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَٱلَّذِي جَآءَ بِٱلصِّدۡقِ وَصَدَّقَ بِهِۦٓ أُوْلَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُتَّقُونَ

“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan yang membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Az-Zumar: 33)

Para ahli tafsir menjelaskan bahwa maksud dari ‘orang yang membawa kebenaran’ adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan yang dimaksud dengan ‘orang yang membenarkannya’ adalah Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.

Inilah asal muasal gelar ash–Shiddiq yang selalu kita sebut di ujung nama sahabat Abu Bakar. Ash–Shiddiq artinya yang selalu mempercayai.

Setia kepada kebenaran dengan membenarkan kebenaran itu sendiri adalah gambaran nyata kepribadian seorang sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Setidaknya itulah contoh ideal lelaki hari ini. Zaman di mana kebenaran sangat tergantung kepada siapa yang berbicara dan berapa yang diberikan.

Seorang hakim akan memutus apa yang ia sebut dengan kebenaran berdasarkan lobi-lobi dan bayaran sekarung uang. Jaksa mengajukan tuntutan yang ia sebut dengan kebenaran berdasarkan iming-iming dan bisikan transferan uang yang nilainya hingga miliaran.

Lelaki yang selalu membenarkan yang benar seperti Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu bagaikan bintang-bintang di langit yang tak mungkin digapai. Sebab, standar kebenaran hari ini sudah amat kabur lagi gelap. Masing-masing orang bisa mengaku benar dalam perkara yang sama. Meskipun patokannya adalah hawa nafsu ataupun kepentingan pribadi.

Kita mungkin merasa amat berat meneladani jalan hidup Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Tapi, bukan berarti kita tidak bisa meneladaninya. Kita bahkan harus menjadikannya sebagai sosok idola yang bisa menjadi cambuk perbaikan dalam kehidupan kita.

Oleh sebab itu, mari kita kuatkan tekad kita untuk selalu berada di atas kebenaran dengan ikhtiar dan tawakal kepada Allah subhanahu wata’ala.

Ada seuntai doa yang patut untuk kita hafal, lalu merenungi maknanya, kemudian melangitkannya di setiap waktu dan tempat doa mustajab.

الَلَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

“Ya Allah tunjukilah kami yang benar itu adalah kebenaran dan beri kami rezeki (kemampuan) untuk mengikutinya. Dan tunjukilah kami yang batil itu kebatilan dan beri kami rezeki (kemampuan) untuk menjahuinya.”

Demikian tentang keutamaan sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Dengan mentadabburi kisah-kisahnya, semoga Allah subhanahu wata’ala memudahkan kita dalam meneladai setiap kebaikan yang ada pada diri sahabat mulia Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.

Sumber: Kutipanan Ulasan Dakwah materi Khutbah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *