Kabarnusa24.com,– Sejarah mencatat, pihak yang pertama kali melakukan penyesatan opini adalah Iblis. Saat Nabi Adam dan Hawa masih berada di Jannah, Iblis tak henti-hentinya melakukan berbagai upaya penyesatan agar Nabi Adam yang semula meyakini bahwa mendekati salah satu pohon yang ada di Jannah adalah larangan dari Allah ‘Azza wa Jalla berubah keyakinan sehingga mendekati pohon itu dan memakan buahnya.
Mungkin saat itu iblis tidak menggunakan pola-pola penyesatan opini seperti yang ada di era modern ini. Namun, langkah-langkah yang ditempuh iblis memiliki tujuan yang sama: menyesatkan keyakinan Nabi Adam sehingga Nabi Adam dihukum oleh Allah!
Saat itu iblis menggunakan cara konvensional dengan membisikkan kalimat penyesatan kepada Nabi Adam dan Hawa secara berulang-ulang. Pada awalnya Nabi Adam masih teguh pada keyakinanya. Namun, karena ‘mantra-mantra’ penyesatan itu dihembuskan berulang secara terus menerus, atas takdir Allah, keyakinan Nabi Adam dan Hawa pun akhirnya goyah.
Alur kisah ini masih original terdokumentasikan melalui firman Allah ‘Azza wa Jalla dalam Al-Qur’an surat al-A’raf,
فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآَتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ . وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ . فَدَلَّاهُمَا بِغُرُورٍ
“Setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: ‘Rabb kalian tidak melarang untuk mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam Jannah)’. Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua”, maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya… (QS. Al-A’raf: 20-22)
Ulama senior kalangan sahabat seperti Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhum, dan mayoritas ulama lainnya berpendapat, bahwa cara iblis melakukan penyesatan opini kepada nabi Adam adalah dengan ‘mantra’ lisan secara langsung. Bukan bisikan dalam hati. Sebab, di dalam ayat itu ada kalimat,
وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ
Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua” (QS. Al-A’raf: 21)
Tentang ayat itu, Imam al-Qurthubi mengatakan,
وَالْمُقَاسَمَةُ ظَاهِرُهَا الْمُشَافَهَةُ
“Adanya sumpah menunjukkan bahwa itu dilakukan secara lisan.”
Di samping itu, ada juga sebagian ulama yang berpendapat bahwa cara iblis menyesatkan Nabi Adam adalah dengan kemampuan kesetanannya berupa bisikan dalam hati, bukan dengan lisan. Sebagaimana disabdakan oleh Nabi, “Sesungguhnya setan itu ikut mengalir di pembuluh darah keturunan Adam.” (Tafsir al-Qurthubi, 1/312)
Terlepas dari perbedaan pendapat dalam masalah ‘teknis’ iblis dalam melancarkan penyesatan opini kepada Nabi Adam dan Hawa, ternyata terdapat kesamaan pola dengan penyesatan opini yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu di era modern ini. ‘Mantra-mantra’ penyesatan dibranding semenarik mungkin lalu dishare seluas-luasnya sehingga terbentuk pola repetation/pengulangan di hadapan manusia secara terus menerus dengan tujuan yang sama: mencelakai manusia yang beriman kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar tersesat dunia-akhirat. Mungkin jika hanya terdengar atau terlihat sekali dua kali belum memberikan pengaruh. Namun jika terulang terus menerus dalam bentuk audio atau visual tentu akan memperbesar potensi pengaruhnya.
Terlihat saat ini Iblis tidak sendirian dalam menyesatkan umat beriman. Ia telah memiliki prajurit dari kalangan jin dan manusia. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ . مَلِكِ النَّاسِ . إِلَٰهِ النَّاسِ . مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ . الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ . مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
“Katakanlah: ‘Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sesembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (QS. An-Naas: 1-6)
Oleh sebab itu, sebagai umat Islam harus meyakini bahwa sampai kapanpun iblis adalah musuh manusia yang beriman kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan rasul-Nya. Hal mana pola dan strategi permusuhan iblis dalam menyesatkan manusia telah disiapkan sejak jaman Nabi Adam. Wallahu a’lam.
(Sumber: Ulasan dakwah.id Th.2017)