50 Maqolah Nasehat Singkat Almaghfurllah KH. Ma’mun Nawawi (Loji) Karawang
Kabarnusa24.com, – Diantara Maqolah-Maqolah nasehat singkat dibawah ini disampaikan guru kami Almaghfurllah KH. MA’MUN NAWAWI ditulis, dirangkum dan disimpan selama mengaji bersama Almagfurllah di pondok pesantren Assalafiyah Al-qosasiyah diantaranya:
1. Jangan kecil hati, musti besar hati
2. Ngaji harus mantep jangan pindah-pindah tempat, jangan suka pulang, orang yang mantep akan menjadi (man tsabbat nabat)
3. Gagahnya manusia itu dengan Sabar
4. Siapa orang yang mengaji mengerti Kepada ilmu yang dipelajarinya ,maka Allah akan menafkahkan kepada orang tersebut
5. Manusia akan kembali ke fitrahnya dan akan timbul ke asliannya
6. Ilmu yang bermanfaat itu tergantung ujian/masaqat nya
7. Jadilah diri sendiri jangan meniru-niru orang lain
8. Jika mengaji di pondok pesantren ingin enak, nanti jika di rumah tidak akan enak
9. Tidak sedikit manusia banyak kepusingan, kesusahan, datangnya dari manusia yang pemalas
10. Manusia yang hidupnya tidak bersama dengan ilmu itu sebelum matinya sudah di hukumi mati, Manusia yang berkumpul bersama ilmu itu di hukumi hidup selamanya walaupun sudah mati
11. Santri yang tidak apik saat mondok pesantrennya akan di kasih 3 bala’i : di pondekan usianya, di satukan dengan pemerintah, disatukan dengan manusia yang bodoh
12. 3 perkara yang dibenci oleh Gusti Allah (tidak berdosa) tapi ada akibatnya: 1. Banyak Makan (kecuali puya tujuan baik), 2. Pelit, 3. Takabbur (sombong), manusia yang tidak mau mengaji itu termasuk manusia yang sombong
13. Dawamkan surat waqi’ah, itu adalah surat untuk kekayaan, siapa saja manusia yang mendawamkan surat waqi’ah minimal sehari sekali tidak akan menjadi faqir
14. Ilmu itu ikuti saja bagaimana guru
15. Ijazah dari Mama Sanja, Jika ingin naik haji Dawamkan sholawat Ibrohim 150 kali ba’da sholat, jika kuat dawamkan selama 5 tahun jangan putus
16. Jika kita mau berbicara hadirkan didalam hati perkara yang 5 yaitu: 1. Jangan lupa apa sebabnya kita mau berbicara begitu kepada orang lain, 2. Harus tahu waktu, 3. Bagaimana caranya (pikirkan caranya), 4. Jangan terlalu banyak bicara (singkat, padat, jelas), 5. Tempatnya (harus tahu situasi)
17. Hadapkan hati kita selalu Kepada ilmu, walaupun bukan disaat waktu mengaji
18. Sebaik-baiknya amal yaitu Dawamnya (Istiqomahnya)
19. Siapa manusia yang kenal kepada dirinya , maka manusia itu akan kenal kepada Allah
20. Jangan tengak-tengok, menunduk lurus Ketujuan mengaji, dicontohkan mang awing 50 tahun mengajinya didaerah kadukaweng dan mang Aden 70 tahun mengajinya di Sempur
21. Time is study (waktu itu adalah belajar)
22. Manusia yang berakal tidak boleh bingung oleh urusan dunia, kebingungan tidak akan dapat menolak musibah, tidak akan Ada manfaatnya pulang kebingung karena akan jadi bahaya ke diri sendiri Juga menyebabkan gelapnya hati
23. Orang tua yang membesarkan, guru yang menyelamatkan
24. Riya pingin dipuji / dipercaya oleh guru tidak dosa (sebab mengharap do’a dari yang menjadi guru)
25. Syarat mutlak seorang anak mengerti belajar itu, orang tuanya harus mahabbah kepada guru dari anaknya / bersih hati kepada guru dari anaknya
26. Ucap Ama Sanja, musti mau puasa Yaman, walaupun kamu tidak bisa mengaji juga nanti dunia nya akan ketemu
27. Jika ingin memperjuangkan agama walaupun kata masyarakat itu selalu salah , kita harus cuek saja, jangan memaksa keinginan oranglain
28. Mau mondok mesantren dimana saja harus hati-hati jangan kena terpangaruh oleh masyarakat
29. Jika kalian hidup disebuah kampung sedikit godaannya maka hidup kalian sagitu adanya, kata Abah Usuf caringin “hey anak-anak jika hidup kamu cuma segitu, nanti kamu cuma sagitu-gitu nya”
30. Guru membutuhkan murid, murid membutuhkan guru, disebabkan seperti itu guru bersama murid harus semangat keduanya
31. Walaupun tidak ada urusan dengan tauhid tidak boleh menentang nasehat orang tua
32. Tidak sedikit amal perbuatan dunia itu sebaiknya dengan niat akan jadi amalan akhirat, tidak sedikit amal perbuatan akhirat disebabkan jeleknya niat itu jadi amalan dunia
33. Dalam keadaan tidak mempunyai apa-apa/ pusing juga perlihatkanlah seperi tetap senang
34. Manusa yang memuji dihadapanmu itu adalah manusia yang sedang mencoba keimananmu
35. Jika ingin hidup berkah harus mau berjamaah solat subuh
36. Daripada ceramah karena dunia (uang) lebih baik menjadi kuli
37. Jauhi maksiat nanti juga di berikan futuh (terbuka) ke ilmuan
38. Rahasia guru bisa mengetahui karakter setiap santrinya
39. Walaupun bisa mengaji jika tidak pernah berjamaah subuh itu sama saja tidak akan mendapatkan manfaatnya ilmu
40. Guru itu tidak putus sampai ke akhirat, guru itu tidak ada bekasnya
41. Seorang guru bisa memberikan syafaat kepada murid-muridnya di akhirat nanti
42. Harus punya patokan sendiri, mau Siapa yang akan meluruskan kalau bukan dari diri sendiri
43. “Menduga itu boleh, menuduh itu jangan”
44. Walaupun ilmunya sedikit jika Lama belajar di pesantren maka berkahnya besar, walaupun ilmunya banyak jika belajar dipondok pesantrennya tidak lama maka keberkahaannya sedikit
45. Penting untuk ahli ilmu jangan menghinakan dirinya sendiri oleh perbuatan toma’ (mengarapkan pemberian orang lain)
46. Sebaik-baiknya menahan kepedihan (sabar) dan tetap (Istiqomah) itu adalah pokok yang utama
47. Tekadkan Kepada perkara yang haram, walaupun diri kita masih menyukainya, akhir zaman banyak perkara yang samar, perkara haram terlihat seperti tidak haram
48. Senang itu ridho Didalam hati
49. Kenikmatan dunia tidak akan ditemukan kalau bukan karena ilmu
50. Ilmu fiqih harus ketemu, ilmu tauhid harus sungguh-sungguh , ilmu tasawuf harus Keminum.
Semoga artikel maqolah-maqolah nasehat singkat Almaghfurllah KH. Ma’mun Nawawi ada manfaatnya khususnya untuk diri sendiri dan umumnya untuk semuanya.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِمَشَايِخِنَا وَلِمَنْ عَلَّمَنَا وَارْحَمْهُمْ، وَأَكْرِمْهُمْ بِرِضْوَانِكَ الْعَظِيْمِ، فِي مَقْعَد الصِّدْقِ عِنْدَكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Penulis Materi: Iqbal Maulana Santri (Kamar 07 Qutub Robbani) Pondok pesantren Assalafiyah Al-qosasiyah (Loji) Karawang.
(Artikel telah diterjemahkan dari aslinya menggunakan tulisan bahasa sunda)