Bondowoso, – kabarnusa24.com.
Tingginya kasus perkawinan anak, kasus kekerasan berbasis gander dan seksual, rendahnya tingkat pengetahuan terkait hak ( HKSR atau hak kesehatan seksual dan reproduksi ) di Bondowoso, menjadi topik kegiatan pertemuan regular antar jurnalis atau wartawan Bondowoso di Café ANAGA, Jumat sore ( 5/07/2024 ). Kegiatan yang di support oleh Tanoker Ledokombo dan Rutgers Indonesia itu di hadiri para jurnalis. Itu untuk mendukung kegiatan pemerintah mengurangi 3 hal di atas melalui program Power To Youth. Hadir dalam kegiatan itu, Nur Hadi dari Tanoker Ledokombo serta para jurnalis desa, jurnalis kampus, jurnalis media mainstream dan team sosmed Forum Anak Desa (FAD).
Saat berdiskusi, para jurnalis mendapat arahan dari Nur Hadi. Dalam kesempatan itu, Sofiatul Amri yang bertindak sebagai operator memberikan materi materi lewat auto fokus kemudian di bacakan oleh Nur Hadi. Salah satu contoh apakah jika seorang perempuan memakai pakaian lalu pakaian sedikit terbuka apakah itu `mengundang` pelaku untuk berbuat kekesaran seksual. “Apakah itu Mitos atau Fakta,” ujar Nur Hadi. Hal ini menjadi bahan diskusi oleh para peserta yang hadir di acara tersebut. Juga ada pernyataan lain terkait Mitos atau Fakta.
Juga ada diskusi interaktif media sosial dan citizen jurnalisme misalnya, contoh penulisan kosa kata dalam pembuatan pemberitaan. Misalnya, kata `Birahi` ini wajib di ganti dengan kata `Hasrat`. Juga ada penjelasan terkait pelecehan atau kekerasan seksual pada perempuan. Mulai dari yang paling ringan, seperti `siulan` hingga perbudakan seksual. (Krishna/Ilyas).