MOJOKERTO, – kabarnusa24.com.
Tumpahan zat cair yang terjadi baru-baru ini di jalan raya Gempolkerep, kecamatan Gedeg, disinyalir menjadi penyebab utama sejumlah kendaraan mengalami insiden kecelakaan.
Muntahan partikel licin pada truk-truk tangki yang diduga berasal dari ‘limbah produksi’ PT. ENERO (Energi Agro Nusantara) itu, menurut pengakuan dari segenap warga sekitar menjadi indikator pemicu awal terjadinya kecelakaan.
“Sudah ada tujuh orang yang terjatuh ditempat ini akibat ceceran limbah dari pabrik etanol (PT. ENERO). Baunya gak enak, seperti t4i. Tumpahan dari truk tangkinya ya selalu ‘ngelocor’ begitu, saya lihat sendiri. Ceceran itu nanti akan dikasih ampas tebu, biar gak licin,” jelas ST saat dikonfirmasi di TKP. Sabtu, (07/09/2024).
Korban yang paling parah, lanjutnya, dialami oleh pensiunan Tentara. Dia sampai opname di RSUD Basoeni gara-gara ceceran limbah ENERO. Limbahnya berwarna coklat, lengket dan licin jika dijamah tangan.
“Sebenarnya, sudah banyak masyarakat yang marah-marah sama ENERO. Dulu di tempat ini gak ada kecelakaan, tapi semenjak ada pabrik bioetanol itu, sekarang banyak orang yang kecelakaan. Saya asli orang sini, ya tahu,” tegasnya.
Seperti yang disampaikan oleh ST, nasib apes tersebut menimpa Suparno, seorang pengendara motor yang juga merupakan Purnawirawan TNI-AD berpangkat Mayor. Dalam keterangan korban, ia mengaku tergelincir saat mengantar buah hatinya menuju ke sekolahan.
“Seminggu yang lalu, pada Jum’at (30/08/2024) saya jatuh tergelincir di jalan raya timurnya masjid PG Gempolkerep. Saya melihat tiba-tiba ada orang jatuh terpeleset di depan saya. Ternyata, kemudian saya menyusul juga,” ungkap Suparno dikediamannya. Sabtu, (07/09/2024).
Akhirnya, kata Suparno, saya dibawa ke poliklinik pabrik. Namun karena nggak punya alat scan, lantas dilarikan ke RS Mutiara Hati. Selanjutnya, saya kemudian dirujuk ke UGD di RSUD Basoeni untuk menjalani rawat inap selama empat hari.
Lebih lanjut, musibah kecelakaan yang menyebabkan korban cidera dan terpaksa dilarikan ke beberapa pelayanan kesehatan ini, membuat dokter mendiagnosa Suparno mengalami gegar otak ringan sekaligus pecah pembuluh darah mata sebelah kanan.
“Saya himbau kepada perusahaan, kalau bisa tetesan itu jangan sampai keluar ke jalan, karena nanti akan merugikan banyak orang. Tangkinya dicek dulu lah, jangan sampai ada ceceran,” tutur pria yang pernah menjabat sebagai Danramil di Trawas ini.
Tetesan yang keluar itu, sambung Suparno, mohon dibersihkan sebelumnya. Mungkin kran nya (rusak). Saya kecewa, kenapa perusahaan kok gak bisa antisipasi. Lha siapa yang mengira, jika disitu ada tumpahan limbah.
Ditempat yang sama, Imam Joni selaku adik korban mengungkapkan, bahwa perusahaan yang diduga mencelakakan kakaknya tersebut, seharusnya bisa mengantisipasi terlebih dahulu sebelum jatuhnya korban.
“Kendaraan yang keluar mengangkut tetes, harusnya dikoreksi dulu. Apakah ada tetesan? Termasuk ampas, harusnya ada tindakan,” tandas Joni.
Dirinya kemudian mengisahkan kembali, bahwa beberapa waktu yang lalu ia pernah menjabat di lingkup PG Gempolkerep. Bersama rekan-rekan nya, mereka sempat membentuk kegiatan semacam ‘Bina Lingkung’.
“Tapi mungkin itu sekarang gak ada, bahkan mobil PMK saja terlihat gak terawat. Waktu dulu saya merangkap jadi Danton di PMK, kalau ada ceceran atau keluhan masyarakat langsung antisipasi, termasuk abu. Jika musim kemarau kan angin, itu disemprot sama PMK. Kalau saya melihatnya sekarang, amburadul,” paparnya.
Untuk itu, lontar Joni, perusahaan seharusnya tahu dan bisa mengantisipasi. Dulu saya antisipasinya dengan menyemprotkan air pakai PMK. Jalan-jalan juga kita semprot, termasuk jika ada tetesan.
“Saya menduga, ceceran limbah itu dari PT. ENERO. Kalau limbah dari PG Gempolkerep gak mungkin dibawa keluar. Karena itu bukan limbah, tapi tetes yang diolah lagi untuk jadi etanol,” tutupnya.
Hingga berita ini diterbitkan, I Dewa Gede Indra Kusuma Suntaka yang menjabat sebagai sekretaris di PT. ENERO belum memberikan keterangan resmi, meski awak media sudah mencoba mengkonfirmasi berulang kali via WhatsApp-nya.
(Agung Ch/AR).