Tutup
Sekapur Sirih

Menepis Kekhawatiran Urusan Rezeki

4007
×

Menepis Kekhawatiran Urusan Rezeki

Sebarkan artikel ini
Menepis Kekhawatiran Urusan Rezeki

Tafsir Surat Al-Ankabut Ayat 60: Menepis Kekhawatiran Urusan Rezeki

Oleh : Ustadz Muhaimin Yasin (Alumnus Pondok Pesantren Ishlahul Muslimin Lombok Barat)

Kabarnusa24.com – Kekhawatiran akan rezeki di masa mendatang kerapkali menghantui pikiran manusia. Takut terhadap kebutuhan yang tidak tercukupi karena biaya hidup yang semakin mahal, sementara pendapatan tidak kunjung meningkat.

Ini merupakan hal lumrah dalam dinamika kehidupan manusia. Sebagai hamba Allah swt yang beriman, problem semacam ini merupakan ujian yang harus dilewati dengan penuh keikhlasan dan pengharapan.

Dulu, pada zaman Nabi Muhammad saw, para sahabat juga pernah merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakan oleh kebanyakan manusia di era modern ini. Badai kecemasan terjadi ketika kaum muslimin disarankan untuk berhijrah oleh Rasulullah saw ke Madinah. Karena alasan itulah muncul kekhawatiran, kalau hijrah mereka takut tidak memiliki tempat tinggal dan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Kemudian turun surat Al-Ankabut ayat 60 sebagai perumpamaan dan nasihat bagi kaum muslimin, masalah rezeki itu urusan Allah swt. Tidak perlu dirisaukan secara berlebihan.

Berikut ini ayat, transliterasi, terjemah, dan tafsir ulama tentang surat Al-Ankabut ayat 60:

وَكَاَيِّنْ مِّنْ دَاۤبَّةٍ لَّا تَحْمِلُ رِزْقَهَاۖ اللّٰهُ يَرْزُقُهَا وَاِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Wa ka’ayyim min dâbbatil lâ taḫmilu rizqahallâhu yarzuquhâ wa iyyâkum wa huwas-samî‘ul-‘alîm.

Artinya, “Betapa banyak hewan bergerak yang tidak dapat mengusahakan rezekinya sendiri. Allahlah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Tafsir Ibnu Katsir

Ibnu Katsir menjelaskan, dalam ayat Allah swt mengabarkan kepada kaum muslimin bahwa rezeki itu tidak hanya ada dalam suatu tempat dan waktu tertentu. Akan tetapi rezeki Allah swt sangat luas dan menyeluruh untuk makhluk-Nya, di manapun dan kapanpun mereka berada.

Rezeki yang ditetapkan bagi kaum Muhajirin sekiranya mereka berhijrah akan lebih banyak, lebih luas, dan lebih baik. Tidak lama setelah hijrah ini mereka akan menjadi pelopor kemajuan bagi berbagai negeri.

قال تَعَالَى: وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا أَيْ لا تطيق جمعه وتحصيله ولا تدخر شَيْئًا لِغَدٍ اللَّهُ يَرْزُقُها وَإِيَّاكُمْ أَيِ اللَّهُ يُقَيِّضُ لَهَا رِزْقَهَا عَلَى ضَعْفِهَا وَيُيَسِّرُهُ عَلَيْهَا، فَيَبْعَثُ إِلَى كُلِّ مَخْلُوقٍ مِنَ الرِّزْقِ مَا يُصْلِحُهُ حَتَّى الذَّرِّ فِي قَرَارِ الْأَرْضِ، وَالطَّيْرِ في الهواء والحيتان في الماء

Artinya, “Allah swt berfirman, ‘Betapa banyak hewan bergerak yang tidak dapat mengusahakan rezekinya sendiri.’ Yakni mereka tidak kuasa dalam mengumpulkan dan memperolehnya serta tidak pula mempunyai persediaan sesuatu apapun untuk esok hari.

Allah yang akan memberikannya rezeki dan kalian juga pun begitu’, maksudnya adalah Allah yang akan mendatangkan rezeki untuk hewan tersebut karena kelemahan mereka dan akan memudahkannya.

Allah yang akan mengirimkan rezeki kepada setiap makhluk yang akan membuat mereka cukup, sekalipun semut kecil yang tinggal di dalam bumi, burung yang terbang di udara dan ikan dalam lautan.” (Tafsirul Qur’anil ‘Azhim, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 1998], jilid VI, halaman 263).

Tafsir Maturidi

Syekh Abu Manshur Al-Maturidi menerangkan, sebagian ulama menjelaskan bahwa ayat merupakan shilah (sambungan) dari ayat sebelumnya yakni ayat ke-56 surat al-Ankabut, “Wahai hamba-hambaku yang beriman, sesungguhnya bumiku itu luas.”

Maksudnya, orang-orang beriman diperintahkan untuk berhijrah dari negeri mereka (Makkah) dan keluar dari keadaan yang menimpa mereka, yakni berupa siksaan, agar menyelamatkan diri mereka dan agamanya.

Namun ini terasa sulit bagi orang-orang beriman. Sebab mereka masih merasa khawatir terhadap kesempitan hidup di Madinah bila tidak bersiap-siap dan memenuhi perbekalan harta benda. Selain itu, mereka juga khawatir atas pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

فأخبر أن له خلائق يرزقهم حيثما توجهوا وحيثما كانوا لا يحملون معهم شيئا من الرزق؛ بل يرزقهم حيثما كانوا ابتداء؛ فعلى ذلك هو يرزقكم حيثما كنتم حملتم مع أنفسكم شيئًا من الأموال والمكاسب أو لم تحملوا، فلا يضيقن صدركم بترككم الأموال والمكاسب في بلدكم

Artinya, “Maka Allah swt mengabarkan (dalam surat Al-Ankabut ayat 60), Dia mempunyai banyak makhluk dan Dia yang memberikan mereka rezeki. Ke manapun makhluk pergi dan di manapun mereka berada, meski tanpa membawa perbekalan apapun. Allah yang akan memberi rezeki kepada mereka.

Dia lah yang akan memberikan rezeki kepada kalian (orang-orang beriman) juga di mana saja kalian berada, baik membawa perbekalan harta dan penghasilan ataupun tidak. Janganlah sempitkan hati dengan meninggalkan harta dan pekerjaan di negeri kalian (Makkah).” (Ta’wilatu Ahlissunnah, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 2005), jilid VIII, halaman 241).

Tafsir Al-Mawardi

Imam Al-Mawardi menjelaskan, pada lafal وَكَأَيِّن مِّن دَآبَّةٍ لَاّ تَحْمِلُ رِزْقَهَا yang berarti “Betapa banyak hewan bergerak yang tidak dapat mengusahakan rezekinya sendiri”, ada empat pendapat terkait tafsirnya:

  1. Hewan itu makan dengan mulutnya tanpa membawa (mengusahakan) apapun. Ini pendapat Mujahid.
  2. Hewan itu makan ketika waktu laparnya tanpa ada simpanan untuk makan besok. Ini menurut Al-Hasan.
  3. Ketiga, rezeki datang tanpa dicari.
  4. Keempat, Nabi Muhammad saw makan tanpa simpanan makanan buat besok hari. Ini diceritakan oleh An-Niqash.

Mengutip Ibnu Abbas dalam mendefinisikan lafal دابة/دواب yang berarti hewan, yaitu setiap binatang melata atau binatang yang merayap. Al-Mawardi mengatakan, semua makhluk Allah tidak menyimpan persediaan makanan kecuali manusia, semut, dan tikus.

Kemudian lafal اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ yang berarti Allah lah yang memberikan rezeki kepada mereka dan begitu pula kalian”, maksudnya adalah porsi rezeki sama. Baik orang yang berusaha lalu bertawakkal dalam rezekinya, orang yang hanya berharap dan berkecukupan, orang yang kuat maupun yang lemah.

Jangan sampai tertipu, orang kuat akan mendapatkan rezeki karena kekuatannya. Begitu pula orang yang lemah, akan terhalang dari rezeki karena kelemahannya.

قال ابن عباس: نزلت هذه الآية لما أُذن لرسول الله صلى الله عليه وسلم في الهجرة وأمر المسلمين بها خافوا الضيعة والجوع فقال قوم نهاجر إلى بلد ليس فيها معاش فنزلت هذه الآية فهاجرواْ

Artinya, “Ibnu Abbas berkata: ‘Ayat ini turun ketika Rasulullah saw diizinkan untuk berhijrah dan memerintahkan kaum muslimin, sehingga dengan perintah ini kaum muslimin takut akan kesempitan hidup dan kelaparan.

Mereka berkata, ‘Kita akan bepergian ke tempat yang tidak ada penghidupan di sana.’ Lalu turunlah ayat ini dan mereka pun berhijrah’.” (An-Nukat wal ‘Uyun, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: tt), jilid IV, halaman 293).

Surat Al-‘Ankabut ayat 60 menjelaskan kepada kaum muslimin agar tidak perlu khawatir secara berlebihan terhadap rezeki dan kehidupan di masa yang akan datang. Segalanya telah diatur oleh Allah swt dengan kadar yang cukup, seperti halnya perumpamaan dalam ayat. Wallahu a’lam.

Sumber: Kajian Tafsir – NU Online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *