Aceh Timur – kabarnusa24.com.
Kejadian ibu hamil yang terpaksa melahirkan akibat jalan rusak dan berlumpur di Desa Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Kabupaten Aceh Timur pada Rabu (6/11) kemarin, viral serta menuai simpati publik.
Armida Wati (28), warga Dusun Blang Gadeng mau tak mau harus melahirkan di rumah warga setelah tidak berhasil mencapai Puskesmas Ranto Peureulak, yang berjarak sekitar 20 kilometer dari desanya.
Calon Wakil Bupati Aceh Timur Nomor Urut 1, Abdul Hamid, mengaku prihatin dengan peristiwa itu. Permasalahan infrastruktur selama ini memang menjadi isu utama di Aceh Timur, khususnya di daerah pedalaman.
Dia menyebut bahwa pembangunan infrastruktur berupa akses transportasi di pedalaman menjadi salah satu misi strategisnya bersama Calon Bupati Aceh Timur H. Sulaiman (Tole), jika terpilih ke depan.
Apalagi daerah Ranto Peureulak tak asing bagi sosok yang akrab disapa Apong ini, karena dia berasal dari Blang Barom, desa tetangga yang berjarak sekitar 47 kilometer dari Desa Seumanah Jaya.
“Akses transportasi yang memadai akan berdampak langsung terhadap kesejahteraan warga. Hasil bumi seperti sawit, padi, kelapa, pinang, kakao, karet dan sebagainya bisa dipasarkan lebih cepat dan lebih luas. Dan yang paling penting, kejadian ibu hamil yang melahirkan di tengah jalan seperti kemarin (di Seumanah Jaya) kita harapkan tidak terulang lagi,” kata Apong di Idi, Kamis.
Eks kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang pernah menjabat anggota DPRK Aceh Timur 2014-2019 ini menambahkan, selama ini para petani sering mengeluh soal akses transportasi terutama untuk mengangkut hasil panen mereka.
Tak jarang, petani harus merelakan hasil buminya dihargai dengan harga murah, demi memangkas biaya pengangkutan akibat buruknya kondisi akses transportasi khususnya di Ranto Peureulak serta daerah pedalaman lainnya seperti di Banda Alam, Indra Makmur, Rantau Selamat, Pante Bidari, Peunaron, Serbajadi dan Simpang Jernih.
Diketahui dari total 1.549 kilometer panjang ruas jalan penghubung antar desa dan antar kecamatan di Aceh Timur, lebih dari 1.088 kilometer dalam kondisi rusak ringan dan rusak berat. Selain itu, 375 kilometer lainnya dalam kondisi baik dan 85 kilometer sisanya dalam kondisi sedang.
“Kita akan fokus dulu pada akses transportasi di pedalaman, sesuai dengan misi strategis yang telah disusun. Di samping berbagai upaya lain seperti pemberian ilmu untuk para petani, penyediaan pupuk serta perbaikan akses pasar yang kesemuanya berujung pada peningkatan produktivitas serta pendapatan para petani,” katanya.