Aceh Utara – kabarnusa24.com.
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan individu dan masyarakat. Namun, sangat disayangkan saat ini masih ada bentuk kesenjangan akses sarana dan prasarana sekolah yang kurang memadai. Masih terjadinya ketimpangan fasilitas dan akses pendidikan di daerah perdesaan. Salah satunya di Dusun Biram Kampung Plu Pakam, Kec. Tanah luas Kabupaten Aceh Utara.
Kelompok KPM 54 dari IAIN Lhokseumawe melakukan observasi dan wawancara dengan salah satu warga di Dusun Biram. Mahasiswa KPM terjun ke lapangan untuk melihat secara langsung bagaimana perjuangan warga sekitar dusun biram yang berada di dekat Sungai Krueng Kereutoe. Sungguh sangat prihatin akses jalan yang sangat jauh dan licin apalagi di saat musim hujan.
Dusun Biram merupakan salah satu dusun terpencil yang terletak di Kampung Plu Pakam. Akses jalan menuju dusun Biram masih sangat sulit, jalan yang masih rusak dan di kelilingi perkebunan warga serta penerangan yang masih sangat kurang saat malam hari.
Mahasiswa KPM melakukan wawancara dengan salah satu warga di Dusun Biram yang bernama Ibu Halimatun Sakdiah. Beliau merupakan penjaga perahu yang menjadi akses penyeberangan di Sungai Krueng Kereutoe.
Halimatun, Jum’at, (15/11/2024), mengatakan setelah tsunami pemerintah pernah memberikan 1 unit speed boat sebagai kendaraan untuk menyeberangi Sungai Krueng Kereutoe. Namun, seiring berjalannya waktu speed boat pun rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Sehingga beliau berinisiatif membeli perahu dengan uang pribadi nya.
“Penggunaan perahu untuk menyebrangi Sungai Krueng Kereutoe tidaklah gratis, mereka harus membayar 2.000 untuk akses pulang pergi menyeberangi sungai khusus untuk anak sekolah. Jika untuk para warga sekitar 3.000-10.000 tergantung barang yang dibawa untuk sekali menyebrangi sungai tersebut,” ungkap Halimah.
Sementara itu, perahu yang digunakan untuk akses menyeberangi sungai harus diikat dengan tali agar perahu tidak terbawa arus sungai. Ibu Halimah tidak hanya memandu penyeberangan, tetapi beliau juga menjaga perahu agar tidak masuk air kedalam nya. Jika air masuk ke dalam perahu, maka perahu akan tenggelam.
Kepala dusun biram, Nariman mengatakan, keadaan kampung Biram rawan banjir dan jalan licin ketika hujan, karena jalan belum maksimal seperti kampung lain. Anak sekolah harus bersekolah di kampung seberang dikarenakan belum ada sekolah di Kampung Plu Pakam. Namun, sebagain warga menyekolahkan anak-anaknya di kampung seberang yang akses jalan nya harus menyeberangi sungai dan ada juga yang bersekolah yang akses tempuh perjalanan sejauh 2 hingga 2,5 KM.
“Ketika musim hujan debit air sungai meningkat jalan-jalan disekitar dusun licin, anak-anak tidak bersekolah karena tidak dapat menyeberangi sungai karena sangat berisiko besar kecelakaan dapat terjadi kapan saja. Oleh karena itu, sebagian warga juga memondokkan anak-anaknya di Dayah karena sulit dan jauhnya akses jalan ke sekolah,”ungkap Nariman.
Para orangtua berharap anak-anaknya pergi dan pulang dari sekolah dengan selamat. Situasi ini sangat membutuhkan perhatian dari pemerintah untuk memberikan Solusi yang tepat agar dapat memudahkan warga sekitar kampung dusun Biram memperoleh akses pendidikan dan ekonomi mereka.
“Kami semua warga dusun Biram desa Plu Pakam, Kec. Tanah Luas Kabupaten Aceh Utara sangat membutuhkan jembatan penghubung antara desa Plu Pakam dan desa Blang Pante. Kami sangat sedih melihat anak-anak pergi sekolah dan masyarakat umum melewati sungai tersebut. Mohon pengertiannya kepada pemerintah,” ungkap Nariman.