Tutup
Sekapur Sirih

Khutbah Jumat: Etika Saat Melihat Orang yang Terkena Musibah

13
×

Khutbah Jumat: Etika Saat Melihat Orang yang Terkena Musibah

Sebarkan artikel ini
Khutbah Jumat: Etika Saat Melihat Orang yang Terkena Musibah
Ilustrasi Musibah Kebakaran

Kabarnusa24.com,- Musibah adalah hal yang tak diinginkan, namun pasti hadir dalam berbagai aspek kehidupan, seperti ekonomi, karier, pendidikan, pangan, bahkan kematian. Musibah bisa menimpa kita, keluarga, atau orang lain.

Saat musibah datang pada kita atau keluarga, bersabar adalah sikap terbaik. Namun, ketika menimpa orang lain, kita perlu berhati-hati agar tidak menambah beban mereka. Memahami sikap yang tepat dalam situasi ini sangat penting.

Pemateri khutbah Jumat kali ini Oleh: Dr. Fatihunnada, Lc., M.A., Dosen Fakultas Dirasat Islamiyyah wal ‘Arabiyyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan Tema “Etika saat Melihat Orang yang Terkena Musibah”. Semoga bermanfaat!

Khutbah I

اَلحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. القَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (البقرة: ١٥٥). وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُصَلُّونَ. اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!

Senang melihat orang susah dan susah ketika melihat orang senang adalah ungkapan yang sering dialamatkan kepada orang yang memiliki rasa dengki di dalam hati. Orang ini akan merasa bahagia jika melihat orang lain terkena musibah. Sikap ini bukan sikap yang baik dan tepat ketika melihat orang lain terkena musibah. Islam mengajarkan beberapa etika dalam hal ini.

Pertama, menghibur dan memberikan kabar gembira. Orang yang terkena musibah pasti akan merasakan kesedihan, sehingga perlu diberikan sesuatu yang sedikit menghibur dirinya dan memberikan kabar baik karena segala sesuatu pasti mengandung hikmah dan pelajaran penting, termasuk musibah. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah, ayat 155:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

Artinya: Dan kami pasti akan memberikan kalian cobaan baik berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan makanan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang yang bersabar.

Syekh Wahbah Zuhaili dalam kitab at-Tafsir al-Munir, juz 2, halaman 44 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan memberi kabar gembira dalam konteks ini ada dua. Pertama, kabar gembira berupa sesuatu yang dapat menggantikan kesedihan yang menimpanya seperti yang disampaikan Nabi kepada Ummu Salamah ketika suaminya meninggal di medan perang. Nabi menyampaikan bahwa Nabi akan menikahinya. Kedua, kabar gembira berupa pahala besar, berupa surga yang didapatkan dalam musibah tersebut seperti hadits yang mengisahkan seseorang yang diberikan rumah di dalam surga karena mampu bersabar ketika terkena musibah, berupa ditinggal mati anaknya yang masih kecil.

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!

Kedua, mendoakan orang yang tertimpa musibah. Orang yang terkena musibah sedang diuji oleh Allah dengan penurunan kesehatan, kekurangan harta, kehilangan keluarga, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dianjurkan untuk mendoakannya dengan doa yang relevan terhadap musibah yang dialaminya.

Jika musibah itu berbentuk sakit, maka doa yang diberikan adalah agar mendapatkan kesembuhan. Hal ini diajarkan Nabi sebagaimana yang dikutip Imam Al-Bukhari dalam kitab Shahihul Bukhari, juz 7, halaman 132:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُعَوِّذُ بَعْضَ أَهْلِهِ، يَمْسَحُ بِيَدِهِ اليُمْنَى وَيَقُولُ: اَللّٰهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ البَاسَ، اشْفِهِ وَأَنْتَ الشَّافِي، لاَ شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا

Artinya, “Sesungguhnya Nabi ketika menjenguk sebagian keluarganya yang sakit, Nabi mengusapkan tangan kanan dan berdoa wahai Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit, sembuhkanlah ia karena engkau adalah zat yang maha memberi kesembuhan. Tidak ada yang dapat memberikan kesembuhan, kecuali engkau dengan kesembuhan yang tidak menyisakan rasa sakit.”

Nabi memberikan contoh memberikan doa kesembuhan kepada orang yang sedang terkena musibah seperti sakit, meskipun kesembuhan itu merupakan hak otoritas Allah. Hal ini menunjukkan bahwa secara psikologis, doa kebaikan bagi orang yang sedang terkena musibah dapat memberikan rasa optimis mendapatkan kesembuhan jika diuji dengan penyakit.

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!

Ketiga, mendoakan untuk dirinya sendiri agar terhindar dari musibah tersebut. Secara psikologis, orang yang menyaksikan orang lain terkena musibah, maka ia tidak berharap musibah itu menimpa dirinya. Hal ini tidak dianggap buruk oleh agama, sehingga dianjurkan untuk diucapkan. Hal ini juga dianjurkan Nabi pada hadits yang diriwayatkan Imam At-Tirmidzi dalam kitab Sunan at-Tirmidzi, juz 5, halaman 493:

مَنْ رَأَى مُبْتَلًى، فَقَالَ: الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي عَافَانِي مِمَّا ابْتَلَاكَ بِهِ، وَفَضَّلَنِي عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيلًا، لَمْ يُصِبْهُ ذَلِكَ البَلَاءُ

Artinya, “Siapa saja yang melihat orang yang terkena musibah, maka hendaklah berkata segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkanku dari musibah yang diberikan kepadamu dan melebihkan kepadaku dari kebanyakan orang yang ia ciptakan, maka orang tersebut tidak terkena musibah tersebut.”

Imam al-Mula ‘Ali al-Qari dalam kitab Mirqatul Mafatih Syarh Misykatil Mashabih menegaskan bahwa doa ini bagus untuk diucapkan dengan suara yang lantang di hadapan orang yang terkena musibah dalam bentuk kekurangan agama seperti pelaku dosa besar, sedangkan di hadapan orang yang terkena musibah sakit atau kekurangan harta atau ditinggal mati keluarganya, maka bagusnya diucapkan dengan suara yang pelan. Jika diucapkan dengan suara lantang di hadapan orang sakit, maka akan menyakitinya di dalam hati.

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!

Semoga Allah memberikan balasan kebahagiaan terbaik bagi semua orang yang terkena musibah. Semoga Allah memberikan kesembuhan dan segala kebaikan bagi orang yang terkena musibah. Semoga kita yang belum diberikan musibah selalu mendapatkan perlindungan Allah dari segala macam musibah. Amin, ya Rabbal ‘Alamin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلّٰهِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ بنِ عَبدِ الله وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُسْلِمُونَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَاعلَمُوا إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ. قَالَ اللهُ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىِّ يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا فِي فَلِسْطِيْن وَلُبْنَان وَسَائِرِ العَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ بَلْدَتَنَا اِنْدُونِيْسِيَّا بَلْدَةً طَيِّبَةً وَمُبَارَكَةً وَمُزْدَهِرَةً. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ

عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُم بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْاهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

[Dikutip dari halaman artikel Khutbah Jumat NU Online]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *