Kisah Inspirasi Ibrahim Bin Adham Membuktikan Janji Allah SWT
Kabarnusa24.com, Semua Janji-janji Allah kepada hambanya itu benar adanya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزۡقُهَا وَيَعۡلَمُ مُسۡتَقَرَّهَا وَمُسۡتَوۡدَعَهَا ۚ كُلّٞ فِي كِتَٰبٍ مُّبِينٍ
Artinya,“Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).” (QS. Hud : Ayat 6)
Ulama’ sufi terkemuka, Ibrahim bin Adham pun ingin membuktikan janji Allah tersebut. Dikisahkan, beliau ingin membuktikan apakah benar-benar Allah yang menjamin rizkinya, tanpa ada sedikitpun usaha dari beliau.
Maka, pergilah beliau ke gua yang jauh dari pemukiman penduduk. Konon gua tersebut tidak pernah terjamah manusia. Beliau ingin menyendiri, berdiam diri di dalam gua tersebut. Beliau ingin membuktikan, apakah mungkin beliau mendapat rizki dengan cara seperti itu?
Baru saja beliau masuk gua, terlihat langit di luar mulai mendung, tak lama kemudian hujan pun mulai turun. Sungguh di luar dugaan, tampaknya ada sekelompok kafilah dagang tersesat di dekat gua. Karena hujan turun, sekelompok kafilah dagang tersebut akhirnya masuk gua untuk berteduh.
Sayyidina Ibrahim bin Adham tetap mematung tak bergeming dengan kedatangan mereka. Beliau menganggap jika beliau menyapa mereka, itu termasuk usaha untuk mendapatkan sesuatu dari mereka.
Dilain pihak, mereka yang melihat ada seseorang mematung di dalam gua menganggap bahwa orang tersebut adalah orang yang kelaparan, kehabisan bekal makanan.
Akhirnya mereka pun hendak menyuapi Sayyidina Ibrahim bin Adham. Mereka ambil makanan dan mulai berusaha memasukkan makanan itu ke mulut Sayyidina Ibrahim bin Adham.
Apa yang terjadi? Sayyidina Ibrahim bin Adham menutup rapat mulut beliau sehingga mereka tidak dapat memasukkan makan ke mulut beliau. Beliau tidak mau membuka mulut karena beliau menganggap itu adalah usaha beliau untuk mendapatkan rizki. Bukankah beliau ingin membuktikan bahwa rizki beliau dijamin Allah meski tanpa usaha dari beliau?
Melihat itu, sekelompok kafilah dagang tadi pun menyangkan bahwa orang yang mematung tersebut sudah terlampau lapar hingga untuk membuka mulutnya saja ia tidak mampu. Tidak kehabisan akal, mereka pun mencoba membuka paksa mulut Sayyidina Ibrahim bin Adham dengan benda yang kuat untuk bisa memasukkan makanan ke mulut beliau. Melihat upaya mereka sampai sedemikian rupa, Sayyidina Ibrahim bin Adham pun akhirnya percaya dan yakin akan janji Allah yang menjamin rizki makhlukNya. Beliau tetap bisa mendapatkan rizki meski tanpa ada usaha sedikit pun dari beliau jika memang Allah menghendaki.
Senada dengan kisah tersebut, kalam salaf :
الذي لغيرك لا يصل اليك•
واللذي قسم لك حاصل لديك•
“Yang bukan untukmu, tidak akan sampai kepadamu.”
“Dan yang dibagi untukmu, pasti akan sampai kepadamu.”
Cerita dan kalam di atas mengajarkan kita untuk ikhtiyar (berusaha) dan tawakkal. Allah sudah tentukan jatah rizki kita, tidak perlu menggebu-gebu mengejar dunia. Apalagi hasud, iri dengki dengan rizki orang lain.
Na’udzubillah min dzalik.
y-wa