Tutup
Sekapur SirihReligi

Kisah Segenggam Gandum dan Syekh Abu Bakar Bin Salim

41
×

Kisah Segenggam Gandum dan Syekh Abu Bakar Bin Salim

Sebarkan artikel ini
Kisah Segenggam Gandum dan Syekh Abu Bakar Bin Salim

Kisah Segenggam Gandum dan Syekh Abu Bakar Bin Salim

Kabarnusa24.com, Jutaan orang berbondong-bondong menghadiri haulnya. Tujuan mereka sama, berharap keberkahan dari Allah melalui wali yang dicintai-Nya. Pemilik kota Inat, sosok kebanggaan umat, Syekh Abu Bakar bin Salim.

Bagaimanakah akhlak beliau, hingga bisa menjadi idola sedemikian rupa?

Syekh Abu Bakar bin Salim sejak kecil sudah terdidik dalam keluarga dan lingkungan yang baik. Hingga beliau tumbuh menjadi orang yang berakhlak mulia, sabar dalam segala hal, banyak bersyukur, lemah lembut terhadap sesama, dan memiliki kasih sayang yang besar kepada umat.

Beliau terkenal sebagai orang yang dermawan. Beliau senantiasa  bersedekah kepada fakir miskin, anak yatim, para janda, orang-orang yang sudah tua, dengan memberi uang atau memberi makan kepada mereka. Lebih-lebih di dalam hal memuliakan tamu.

Sifat mulia seperti ini adalah warisan dari para leluhurnya. Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata,

و حبب إلي من الدنيا ثلاثة: الخدمة للضيف و الصوم في الصيف و الضرب بالسيف.

“Dan aku diberi kecintaan di dalam dunia ini di dalam 3 hal: Memuliakan tamu, berpuasa di musim panas, dan ikut berperang di jalan Allah.”

Belum lagi sedekahnya setiap hari, beliau bersedekah kepada masyarakat setempat dengan sedekah yang banyak. Bahkan diriwayatkan, beliau setiap harinya sedekah 1000 potong roti untuk para fakir miskin di kota Inat.

Dikisahkan, suatu hari ada seorang wanita tua yang berusaha menyenangkan hati Sang Syekh dengan memberikan segenggam gandum yang dimilikinya. Dibawalah gandum itu ke rumah Sang Syekh.

Sesampainya di depan rumah Syekh Abu Bakar, ia pun memberikan salam kepada tuan rumah. Kemudian pembantu Syekh Abu Bakar keluar untuk menemui sang nenek.

“Engkau sedang mencari siapa, duhai Nenek?” Tanya pembantu Syekh Abu Bakar. “Aku sedang mencari Syekh Abu Bakar untuk memberikan gandum ini,” jawab nenek itu sembari menunjukkan gandum yang ada di tangannya.

Pembantu Syekh Abu Bakar bin Salim berkata “Kau ingin memberikan gandum itu kepada Syekh Abu Bakar sedangkan engkau mengetahui, bahwa tiap harinya dapur Syekh Abu Bakar tidak pernah kurang dalam membuat seribu potong roti?”

Mendengar ucapan tersebut, Nenek itu bersedih dan ia pun beranjak pulang. Rupanya, Syekh Abu Bakar bin Salim mengetahui perihal apa yang terjadi di depan rumahnya. Beliau pun langsung keluar rumah untuk menemui sang nenek. “Ada tujuan apa engkau ke rumahku?” Tanya Syekh Abu Bakar bin Salim. “Aku ingin memberikan gandum ini kepadamu, Tuan,” jawab sang nenek.

Beliau berkata, “Wahai Ibu, maafkanlah pembantuku itu, karena ia tidak tau kesukaanku. Ketahuilah! Tidak ada hadiah yang lebih membuatku gembira, selain hadiah gandum darimu ini, semoga Allah membalas kebaikanmu.”

Al-Imam Syekh Abu Bakar bin Salim pun menerima makanan itu dengan gembira, lalu Beliau memberikan kepada wanita itu 1000 dinar. Wanita itu berbunga-bunga hatinya, bukan karena uang 1000 dinar yang ia terima, tetapi karena al-Imam mau menerima hadiah darinya yang tidak seberapa tersebut.

Setelah wanita itu pulang, Syekh Abu Bakar menegur pembantunya dengan teguran yang tegas, seraya mengatakan,

لَوْ ماشَكَرْنَا عَلَى القَلِيْلِ مَاجَائَنَا الْكَثِيْرُ

“Apabila kita tidak bersyukur atas anugerah yang sedikit, maka anugerah yang banyak tidak akan datang kepada kita.”

Dari kisah di atas, kita bisa mendapati bahwa Syekh Abu Bakar Bin Salim adalah seorang yang tidak suka ketenaran. Beliau menganggap dirinya pribadi yang biasa. Beliau senantiasa menghinakan diri di hadapan Allah. Dengan pemberian sekecil itu, beliau menerimanya dengan senang hati. Padahal, yang beliau miliki lebih dari itu.

Inilah tawadhu’ yang dilandasi sifat ikhlas. Amal ibadah yang dilakukannya tidak ingin dirusak dengan pujian dari orang lain, sehingga timbul riya’, bangga diri, dan penyakit hati lainnya. Akan tetapi, beliau murni mengharap ridho Allah.

 

y-wa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *