4 Hikmah Ketika Sakit Melanda yang Sering Dilupakan
Kabarnusa24.Com, Sesungguhnya kesehatan adalah nikmat Allah yang agung. Ia adalah mahkota yang tersemat pada diri setiap orang. Tidak terlihat kecuali oleh mereka yang sakit. Oleh sebab itu, betapa sering manusia melalaikan nikmat tersebut dan tidak berupaya untuk menjaga serta mensyukurinya.
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia adalah kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Jika kesehatan begitu berharga, lantas kenapa Allah menurunkan penyakit kepada seorang hamba? Apa hikmah yang bisa diraih dan bagaimana menyikapinya?
Ketika sakit melanda seorang muslim, maka dia meyakini bahwa sakit yang diderita adalah cobaan untuk mengujinya. Apakah dia sabar dan ridha terhadap takdir sehingga kelak menjadi tabungan pahala baginya, atau dia berkeluh kesah dan putus asa dari rahmat Allah?
Sakit yang menimpa seorang muslim bukanlah dalil dari kemarahan Allah, bukan siksaan ataupun deraan dari Allah atas orang sakit. Namun itu adalah ujian baginya. Sebab Allah adalah Dzat Yang Maha Penyayang atas hamba-Nya melebihi kasih sayang ibu kepada anaknya.
لَلَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا
“Sungguh, kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya melebihi kasih sayang perempuan itu terhadap anaknya.” (HR.Muslim)
Maka mari senantiasa berbaik sangka ketika sedang sakit! Karena sesungguhnya Allah menguji dengan penyakit untuk menjadikan manusia lebih dekat dengan-Nya bukan menimpakan azab, namun untuk mensucikan kita dari dosa-dosa.
Oleh sebab itu para ulama menyingkap beberapa hikmah sakit ketika melanda seorang muslim, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
Pertama, Sakit Adalah Ujian Sebagai Alamat Cinta Allah Kepada Hamba.
Ketahuilah! Bahwa sakit yang Allah berikan kepada seseorang adalah tanda serta alamat kecintaan Allah kepadanya.
إِنَّ عِظَمَ الجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ البَلَاءِ، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
“Sesungguhnya besarnya balasan tergantung dari besarnya ujian, dan apabila Allah cinta kepada suatu kaum Dia akan menguji mereka, barangsiapa yang ridha maka baginya keridhaan Allah, namun barangsiapa yang murka maka baginya kemurkaan Allah.” (HR. Tirmidzi)
Maka perhatikanlah perjalan kisah para nabi dan rasul, mereka adalah orang yang paling berat ujiannya, namun bukankah mereka adalah para kekasih Allah? Sungguh mereka adalah suri teladan baik dalam segala hal.
Kedua, Sakit Dapat Menjadi Penghapus Dosa Seorang Hamba.
Di antara indikasi lain Allah itu cinta kepada seorang hamba adalah Allah menyegerakan balasan keburukan di dunia. Tentunya hal tersebut menjadi kafarat penghapus dosa, sehingga kelak seseorang tersebut menghadap Allah dalam keadaan telah suci dari dosa.
مَا يَزَالُ البَلَاءُ بِالمُؤْمِنِ وَالمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ
“Ujian senantiasa menimpa orang mukmin pada diri, anak dan hartanya hingga ia bertemu Allah dengan tidak membawa satu kesalahan pun atasnya.” (HR. Tirmidzi)
Maka ketika seseorang sedang sakit hendaknya dia yakin serta berharap bahwa sakit yang dideritanya adalah perantara untuk menghapuskan, membersihkan dan menyucikan jiwa dari dosa-dosa.
Rasulullah SAW mengumpamakan antara seseorang yang sedang sakit dengan dosanya itu ibarat pohon yang sedang berguguran daun-daunnya.
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ، كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا
“Tidak ada seorang muslim yang ditimpa cobaan berupa sakit dan sebagainya, melainkan dihapuskan oleh Allah Ta’ala dosa-dosanya, seperti sebatang pohon yang menggugurkan daunnya.” (HR. Muslim)
Hal inilah yang menjadikan sahabat Mulia Abu Dzar Al-Ghifari mencintai sakit karena dengan perantara sakit itulah dia berharap akan menjadi kaffarah dosanya.
أُحِبُ الجُوعَ لِيَرِقَّ قَلبِي، وَأُحِبُ المَرَضَ لِيَخِفَّ ذَنبِي، وَأُحِبَ المَوتَ لِألقى رَبِي
“Aku mencintai lapar karena hal tersebut dapat melembutkan hati, sakit karena dapat menggugurkan dosa, dan saya mencintai kematian untuk dapat bertemu Rabb-ku.” (Dalil Al-Wa’id, Shakhar, 2/212)
Ketiga, Sakit Dapat Mengangkat Derajat Seorang Hamba Di Sisi-Nya.
Apabila Allah menguji seorang hamba dengan suatu penyakit maka hendaknya dia sabar serta berbaik sangka kepada-Nya. Sebab ada suatu derajat di akhirat yang disiapkan Allah secara khusus, kedudukan tersebut tidak bisa diraih dengan amalan-amalan, namun hanya bisa dicapai melalui perantara ujian-ujian yang menimpa hamba-Nya.
إِذَا سَبَقَتْ لِلْعَبْدِ مِنَ اللهِ مَنْزِلَةٌ لَمْ يَبْلُغْهَا بِعَمَلِهِ، ابْتَلَاهُ اللهُ فِي جَسَدِهِ أَوْ فِي مَالِهِ أَوْ فِي وَلَدِهِ، ثُمَّ صَبَّرَهُ حَتَّى يُبْلِغَهُ الْمَنْزِلَةَ الَّتِي سَبَقَتْ لَهُ مِنْهُ
“Bila seorang hamba memperoleh kedudukan tinggi disisi Allah dan ia tidak bisa meraihnya dengan amalannya, Allah mengujinya pada diri, harta, atau anaknya kemudian ia bersabar hingga mengantarkannya kepada kedudukan yang diraihnya.” (HR. Ahmad)
Keempat, Sakit Dapat Menyadarkan Hamba Dari Kelalaian Kepada Allah.
Lalai adalah salah satu pintu setan untuk menjerumuskan manusia ke dalam gelapnya dosa dan maksiat, Ia jadikan manusia terbuai dengan bisikan dan janji manisnya, terus-menerus terjerumus dalam syahwat, sehingga tanpa sadari ia telah jauh dari Allah Subhaanahu Wata’aalaa.
Sungguh amat sedikit, mereka yang sadar dan mampu untuk Kembali mengabdi, tunduk dan patuh pada perintah-Nya.
Maka diantara cara Allah menegur, mengingatkan, dan menyadarkan hamba-Nya yang lalai adalah dengan memberikan ujian berupa sakit yang dideritanya sebagai tanda dan sinyal agar seorang hamba Kembali, tunduk dan bertaubat kepada-Nya.
Syaikh Islam Ibnu Taimiyah juga memberikan keterangan bahwa musibah yang melanda seorang muslim, yang dengannya mengantarkan kepada Allah kembali itu lebih baik daripada kenikmatan yang melalaikan dari dzikrullah.
مصيبةٌ تُقْبِلُ بك على الله خيرٌ لك من نعمةٍ تُنْسِيك ذكرَ الله
“Musibah yang menjadikanmu ingat kepada Allah itu lebih baik daripada suatu kenikmatan yang melalaikan kamu dari dzikrullah.” (Jami’ Al-Masail, Ibnu Taimiyyah, 9/387)
Setelah mengetahui beberapa hikmah ketika sakit melanda seorang muslim, maka hendaknya seseorang yang sedang sakit selalu sabar dan tidak berputus asa dari rahmat Allah.
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Perkara orang mukmin mengagumkan, sesungguhnya semua perihalnya baik dan itu tidak dimiliki seorang pun selain orang mukmin, bila tertimpa kesenangan, ia bersyukur dan syukur itu baik baginya dan bila tertimpa musibah, ia bersabar dan sabar itu baik baginya.” (HR. Muslim)
Hal selanjutnya yang disikapi seseorang yang sakit adalah selalu berbaik sangka kepada Allah dan berusaha berobat berharap Allah segera memberikan kesembuhan. Sebab tidak ada suatu penyakit melainkan Allah turunkan juga obatnya.
Maka janganlah kita mengakhiri hidup kecuali senantiasa berbaik sangka kepada Allah.
لَا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللهِ الظَّنَّ
“Janganlah salah seorang dari kalian meninggal dunia kecuali ia berbaik sangka kepada Allah.” (HR. Muslim)
Setelah menjalani beberapa amalan diatas maka yang terakhir adalah berdoa.
Hendaknya seorang yang sedang sakit meyakini bahwa Allah adalah Dzat yang Maha mendengar doa-doa yang dipanjatkan hamba-Nya serta Dzat yang Maha mengetahui batin dan keadaaan jasad hamba-Nya.
Maka selayaknya seorang yang sakit tidak berputus asa, namun selalu berharap dan berdoa meminta kesembuhan atas penyakitnya.
Rasulullah telah mengajarkan banyak doa untuk minta kesembuhan dari berbagai penyakit di antara wirid tersebut adalah doa yang dibaca pada zikir pagi dan petang
اللهُمَّ عَافِنِي فِي بَدَنِي، اللهُمَّ عَافِنِي فِي سَمْعِي، اللهُمَّ عَافِنِي فِي بَصَرِي، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
“Ya Allah, berikanlah kesehatan buat badanku, buat pendengaran dan penglihatanku, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.” (HR. Ahmad)
Inilah beberapa hikmah sakit ketika melanda seorang muslim dan amalan-amalan yang dapat dilazimi untuk menggapai ridhanya dalam ujian sakit tersebut.
Semoga kita menjadi hamba pandai bersyukur dan senantiasa sabar dalam menjalani kehidupan.
Sumber : Ulasan Dakwah Materi Khutbah.